Bagian 45 Kasih Ibu

35.8K 2.1K 532
                                    

Apa kabarnyahhh??

Karena udah waktunya, jadi author nya up yaaa...

Apapun yg sy tulis di cerita ini tolong abaikan buruknya, ambil pesan moralnya, krn sekalipun ini cerita mesum banget tapi tak pernah sy lewatkan untuk menyisipkan pesan moral di dalamnya, baik kalian sadari atau tidak, makanya...

INI CERITA HANYA UNTUK 21+
Atau YG SUDAH MENIKAH

Kalo lom menikah tapi udah 21 boleh? Boleh
Kalo lom 21 tapi udah menikah boleh? Boleh
Kalo lom menikah dan lom 21 boleh? Ga boleh,

Cari cerita lain yg lebih menutrisi otak kalian ya sayang..
Bukan apa2, itu krn semata2 author sayang sama kalian..
😘😘😘

Percayalah sesuatu yg diterima pd waktu yg tepat itu jauuuuhhh lebih memuaskan, betul ga buibu??
😍😍😍

VOTE COMMENT!!

Ai nid 1175 vot

***

"Kak.. Ahh.." Dina berusaha menahan dada Elan. Betapa lelaki itu selalu menyudutkanya dalam bilik kenikmatan hingga ia kerap susah payah bertahan dari serangan. Seperti saat ini, ia berusaha mengelak tapi dibarengi dengan desahan.

"Apa Sayang.. Hmm?"

Elan masih menggesekkan ujung miliknya yang sudah menegang sempurna pada belahan milik Dina. Ia lebih dari siap memasuki, menjelajah ruang istrinya yang selalu istimewa baginya.

"Kakaak.."

Rengekan Dina mencerminkan kerisauan. Berusaha menemukan cara mencegah Elan memasukinya. Ia baru teringat pesan dokter Diana, bodohnya setelah sekian lama terlena oleh perlakuan Elan di dada dan klitorisnya, hingga menghasilkan telaga yang siap membenam milik Elan dalan syahdunya senggama.

Ah lelaki itu selalu saja membuat kewarasannya ambyar. Buyar lalu tercerai berai. Sebelumnya, Dina hanya bisa hanya bisa mengeratkan remasan di tepian meja kerja saat Elan berjongkok, lalu lidah profesionalnya bekerja prima hingga sebuah klimaks mudah ia gapai. Jika saja boleh, ia ingin merutuki diri sendiri sepuasnya saat ini. Mengapa selalu saja lengah dan takluk diperdaya Elan?

"Apa Sayang?" Elan lembut memastikan.

"I.. Itu pintunya sudah dikunci?"

"Sudah."

Dina mingkem karena jawaban Elan tak butuh sangkalan. Ia berusaha keras menggali ide yang surut. Hingga Elan telah kembali bersiap memasuki.

Baru sebatas menempel tapi Dina kembali mendorong dada Elan. Rasanya seperti tersedak, ditelan sakit dimuntahkan tak bisa, tanggung.

"Kak Elan.."

"Apalagi sih Sayang??" Elan mulai kesal.

"Nanti sakiit.." Dina mulai mengada-ada. Lupa akan klimaksnya barusan.

"Katanya sakit sedikit? Nanti juga enak kok seperti biasanya, barusan kan bisa klimaks.."

Wajah Dina semakin mengkerut takut bercampur malu. Kebohongannya memang sudah tak berlaku, sudah dimentahkan klimaks pertamanya tadi.

Diremasnya bagian dada kemeja Elan. Mengisyaratkan ragu tanda tak mau.

"Dicoba dulu, kalau masih sakit tidak ku lanjutkan, bagaimana?"

REVENGE (SUDAH TERBIT) PART LENGKAP DI GOODNOVEL ATAU KARYAKARSA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang