Prama refleks berhenti saat mendengar bunyi tumbukan suatu benda yang sepertinya disebabkan oleh terjangan kakinya. Dari menunduk menatap layar ponselnya, kini Prama mencoba menatap area selasar sekolah yang mana hanya terdapat dirinya dan beberapa siswa yang suka berangkat siang.
Benar saja, di dekat salah satu pilar terdapat sebuah mobil jeep remot kontrol tergeletak mengenaskan dengan posisi terbalik. Kamera Gopro Hero 4 warna hitam yang tadinya diletakkan di atas mobil mainan tersebut juga terpental tak jauh dari pilar.
Prama menatap kakinya yang dibalut sepatu sneakers Varka kasual sambil mengerutkan kening. Bagaimana ia bisa mengerahkan tenaga sekuat itu tanpa sadar?
"Tolong bawain ke sini, dong, mobil sama kamera gue."
Prama menoleh pada siswa yang berdiri tidak jauh darinya. Sudah untung ia tidak dimarahi dan cuma diminta tolong mengambilkan barang yang sudah ditendangnya itu. Tapi memang dasar Prama tidak tahu diri, anak itu justru melengos dan pergi begitu saja. Toh mobil dan kameranya tidak mengalami kerusakan. Perkara selesai.
"Gue ngomong sama lo, Bro."
Prama menoleh dan mengangguk. "Iya, ngerti. Gue nggak tuli."
"Terus kenapa lo main nyelonong aja, Njir? Ambilin, lah! Lo yang depak mobil sama kamera gue. Seenggaknya minta maaf, kali."
Prama menyisir rambutnya dengan jemari lengkap beserta gaya sengaknya. "Ngambil sendiri lo bisa, kan? Manja banget, heran gue."
"Wah, gini nih kalau gagang sapu dikasih nyawa. Bikin emosi aja, lo!"
Prama menatap siswa laki-laki yang jika dilihat dari badge di lengan seragam bagian kanannya adalah kelas dua itu tanpa kedip. "Makanya kalau ke sekolah nggak usah bawa mainan," kata Prama malah menggurui.
"Lo tuh udah jalannya meleng, nggak punya sopan santun juga, lagi."
Yang namanya Abian Adi Pramana memang sudah kebal omelan. Cowok itu hanya mendecih dan sama sekali tidak mempunyai inisiatif untuk memperbaiki kata-katanya yang sudah menaikkan pitam. Tapi saat ditatapnya sekali lagi siswa pemilik mobil mainan itu, sepertinya Prama tidak asing dengan wajahnya. Apalagi lesung pipit yang timbul tenggelam tiap kali dia bicara makin membuat Prama yakin kalau matanya tidak salah mengenali. Dia itu .....
Cekrik!
Prama berpaling ke sumber suara khas kamera itu. "Ngapain lo ngambil foto gue, hah?"
Siswi yang membidik adegan adu mulut Prama itu terkesiap lantas berlari menyelamatkan diri.
***
"Pagi-pagi udah ribut aja, nih." Sella menunjukkan sebuah story WA yang diunggah oleh kenalannya dari kelas sebelah pada Zara yang sibuk menyalin jawaban PR biologi milik Hana.
"Apa sih, Sel? Lo nggak liat gue lagi berjuang demi nilai rapor?" Zara menanggapi sembari masih menulis dengan kecepatan luar biasa.
"Tinggal copy-paste doang lo sebut berjuang? Berjuang, nenek lo koprol?" Hana mencibir sambil melayangkan kepalan tangan ke pipi kiri Zara. Dengan gerakan pelan, tentu saja.
"Nenek gue udah beristirahat dengan tenang ngapa lo bawa-bawa?" sahut Zara yang membuat Hana spontan menutup mulutnya.
"Ck! Liat dulu, kali. Temen lu nih." Sella kembali mengacungkan ponselnya ke depan Zara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Com(e)fortable [END]
Teen FictionMenjadi anak kandung tapi tak disayang, menjadikan Zara bertekad membuktikan diri. Bersama dua sahabat, Hana yang memiliki rahasia dan Prama dengan pelik keluarga hingga dicap pencuri. Kedai jus merupakan pembuktian Zara. Bersama dua sahabat, ia ber...