The Memories (2)

602 61 2
                                    

Aku, Min Sohyun. Kata orang tuaku aku terlahir spesial. Kata mereka aku diberi kelebihan untuk selalu merasa damai. Tapi tidak, aku malah merasa kesepian. Karena diriku yang tidak bisa membuat suara berisik dan orang-orang menjauhiku karena itu.

Aku cuma punya orang tua dan seorang paman yang menemani hari-hari ku. Aku tidak pernah punya teman, selain asisten di rumah. Aku tidak bisa sekolah di sekolah umum, karena mereka mengucilkanku. Jadi orang tuaku mengirim guru ke rumah untuk mengajarku.

Aku bisa semangat karena ayah dan ibu yang selalu mendukungku. Mereka sangat menyayangiku. Aku juga punya Min Yoongi, adik dari ayahku. Umur kami cuma beda 5 tahun, karena itu aku lebih suka memanggilnya kakak daripada paman. Kami selalu main bersama. Dia mengajariku banyak hal, mengikat tali sepatu, membuat bayangan dengan senter saat malam, bermain ski dan membuat simpul. Aku sangat senang bermain dengan Yoongi.

Suatu hari, kemalangan tiba. Ayah dan ibuku meninggal karena kecelakaan. Mereka meninggalkanku saat umurku baru 15 tahun. Aku bingung bagaimana aku harus hidup setelah mereka pergi. Aku terbiasa hidup dan diurus oleh mereka. Aku takut menghadapi dunia ini sendirian.

Tapi aku masih punya Yoongi. Walaupun dia sudah tumbuh dewasa dan sibuk dengan pekerjaannya, dia tidak pernah mengabaikanku. Kami selalu sarapan bersama setiap pagi dan dia selalu menengokku saat pulang dari kantor setiap malam.

Aku tidak mau kehilangan Yoongi. Cuma dia harapanku satu-satunya.

Aku bertanya padanya apakah dia akan meninggalkan ku kalau suatu saat dia bertemu dengan seorang wanita yang dia cintai..

"Aku tidak akan meninggalkanmu. Aku akan mencintai kekasihku, tapi aku lebih mencintai dirimu"

Janji itu tidak pernah aku lupa sampai sekarang.

Suatu ketika, saat umurku belum genap 19 tahun, Yoongi berencana untuk mempertemukanku dengan seorang pria. Yoongi memintaku untuk menikah dengannya. Aku tidak mau, aku takut.

"Jangan takut, aku mengenal keluarganya. Dia juga punya seorang kakak yang baik. Mereka pasti akan menyukaimu"

Aku khawatir, pria itu pasti tidak akan menyukaiku.

Suatu malam kami dipertemukan. Aku bertemu dengannya, seorang pria muda dan tampan. Dia bukan berasal dari bumi, pikirku. Dia terlalu sempurna buatku. Aku makin tidak percaya diri. Dia pasti kecewa.

Kami berkenalan, tidak kusangka dia sangat baik padaku walau awalnya dia terkejut. Kami berusaha untuk saling dekat, sampai akhirnya kami bertunangan dan menikah.

Sungguh sebuah keajaiban orang sepertiku bisa menikah dengan orang sepertinya. Ayah dan ibu pasti bahagia melihatku. Aku begitu bahagia dan bangga bisa menikah, walau aku belum begitu mengenalnya.

Yang ku tahu dia baik dan mengerti dengan keadaanku.

Setelah menikah kami berlibur ke sebuah pegunungan yang pernah ku datangi bersama orang tuaku. Aku mengajaknya melihat matahari terbit. Dia sungguh terpukau. Ini kali pertamanya melihat matahari terbit secantik ini. Aku suka kalau dia menyukai hal yang sama denganku.

Dia berjanji untuk membuatku bahagia. Ya, dia selalu melakukannya. Dia pun rela meluangkan waktunya untuk belajar bahasa isyarat demi aku.

Tapi hati manusia selalu berubah, kemarin dia berjanji tapi besok dia melupakannya.

Aku tidak pernah lagi merasa diperhatikan. Dia selalu sibuk sendiri.

Aku kecewa..

Aku mulai bosan dengan hubungan kami. Aku mulai mencari tahu apa yang membuatnya berubah, hingga akhirnya aku mengetahui sebuah nama, nama seorang perempuan. Dan aku melihatnya dengan wanita itu. Aku putus asa, pikiranku kacau. Aku berpikir untuk mengakhiri hidupku agar lepas dari semua ini. Aku berdiri di ujung jembatan.

Aku, melompat..

Aku harap aku mati, tapi aku malah dipertemukan dengan seorang pria baik yang menolongku. Sejak saat itu dia mulai menghiasi hari-hariku.

Dia selalu membuatku tersenyum. Aku mulai merasa nyaman berada di dekatnya. Aku kembali bahagia..

Aku memutuskan untuk berpisah dengan suamiku, yang sudah membuatku kecewa. Aku lebih memilih untuk melanjutkan hidupku dengan pria yang baru aku temui. Awalnya kami cuma berteman tapi akhirnya kami memberanikan diri untuk memulai sebuah hubungan.

Kini aku benar-benar bahagia..

Karena dia adalah malaikat penolongku dan aku percaya dengannya.

Kini, kami akan bersatu dan memulai hidup bersama. Ayah, ibu, sekarang aku bahagia dengan pilihanku sendiri. Aku harap kalian bisa melihatku dari atas sana dan tersenyum melihatku.

Karena, aku sudah bahagia..


Hate You Love You | kthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang