Ep 60

717 59 2
                                    

Lisa melangkah gontai menuju atap, terhuyung menuju tempatnya biasa berdiam diri di pinggir pagar beton. Tangan kanannya membawa sebotol minuman keras yang isinya sudah tidak penuh lagi.

Lisa menatap langit yang bahkan tidak terlihat apapun disana, hanya ada kegelapan.

"Seokjin..", Lisa meracau.

Dia duduk bersandar di dinding itu. Dengan kondisinya yang setengah sadar dan emosinya yang campur aduk. Menatap lesu sambil berkedip perlahan. Dia membuang botol yang masih berisi minuman itu dan membuat isinya mengucur ke lantai.

"Hah.."

"Aku tidak mau pergi, tapi aku harus.."

Lisa berbaring disana, menghadap langit gelap. Memorinya kembali ke saat dia melihat bintang yang terpancar dari proyektor bersama Seokjin. Pada saat itu dia cuma melihat langit palsu tapi begitu indah dan sempurna dibanding yang asli.

.

Lisa turun dari taxi. Pagi tadi mobilnya sudah dibeli oleh seorang tetangga apartemennya. Dia menurunkan koper dari bagasi lalu masuk ke bandara.

Busananya hari ini tidak mencolok seperti biasanya. Hanya dihiasi warna hitam dari ujung kepala hingga ujung kaki. Lengkap dengan topi, kacamata dan masker.

Lisa duduk menunggu keberangkatan yang masih dua jam lagi. Sepasang earphone menutupi telinganya dari suara bising di sekitar. Ibu jarinya menyentuh layar ponsel mencari nama Seokjin di daftar kontak. Dia hendak menghubunginya, namun ragu.

Aku tidak mau memaksanya untuk datang, setelah dia melihat kelakuanku waktu itu.. Dia pasti muak!

Lisa mengurungkan niatnya, dia kembali mematikan layar ponsel dan khusyuk mendengarkan musik. Lisa tidak begitu berharap Seokjin akan datang, yang penting baginya dia sudah pamit semalam.

Menit demi menit berlalu. Seperti yang diduga, Seokjin tidak kunjung datang. Lisa melihat sekitar, sosok yang diharapkannya tidak ada.

Lisa berdiri.

Baiklah, aku akan pergi sekarang

"Lisa, tunggu!"

Lisa berpaling.

Seokjin berdiri lurus menghadapnya. Wajahnya begitu serius. Seokjin mendekat, lantas mendekapnya. Lisa hanya membeku dalam pelukan Seokjin.

"Tinggallah disini", pinta Seokjin.

"Lebih baik aku pulang. Aku tidak punya siapa-siapa disini. Aku sendirian, Seokjin.."

"Kan ada aku..", balas Seokjin.

Hati Lisa terenyuh mendengar ucapannya.

Seokjin melepas pelukannya. Dia mengambil cincin dari saku dan langsung memakaikannya di jari manis Lisa. Lisa terbelalak.

Cincin ini!

"Apa maksudnya ini?", tanya Lisa.

"Aku mau kamu memakai ini"

"Tidak. Lebih baik kau beri ini untuk orang lain"

Lisa berusaha melepas cincin itu namun Seokjin menahannya.

"Lisa, aku menyayangimu"

Lisa menatap penuh emosi.

"Mungkin aku tidak pantas buatmu, aku cuma mau menyatakannya saja.. Sebelum terlambat"

"Seokjin.."

"Keadaan kita memang berbeda, aku tahu aku tidak sebanding denganmu. Aku cuma ingin kamu tahu kalau aku sungguh sayang padamu"

"Seokjin, kau pria yang baik. Aku yang tidak pantas buatmu, kamu lebih pantas bersama wanita baik-baik bukan dengan wanita sepertiku"

"Kamu jangan salah paham, aku cuma tidak mau membuatmu kecewa", kata Lisa.

Lisa melepas cincin di jarinya.

Dia meraih tangan Seokjin dan meletakkan cincin itu di telapak tangan Seokjin.

Seokjin tersenyum getir.

"Aku harus pergi sekarang. Terima kasih sudah datang untuk menemuiku"

Keduanya saling menatap.

"Tunggu!"

Seokjin meraih tangan Lisa dan langsung menyematkan cincin itu lagi di jari manis Lisa.

"Aku tidak peduli tentang perasaanmu padaku, aku tidak peduli meski aku ditolak tapi kau tidak boleh menolak untuk memakai cincin ini"

Lisa hanya diam.

"Kalau kamu rindu aku lihat saja cincin ini, kamu juga boleh menciumnya"

Lisa tersenyum.

"Pergilah! Pesawatmu sebentar lagi berangkat", kata Seokjin.

Lisa jadi merasa berat meninggalkannya.

"Baiklah. Sampai jumpa, Seokjin"

Mereka saling melambai.

Seokjin menatap dari tempatnya berdiri sampai Lisa akhirnya menghilang di kerumunan.

Seokjin tidak merasa bahagia tapi dia mencoba untuk tetap tegar.

"Sampai jumpa.. Semoga kita bisa bertemu lagi, suatu hari nanti.."

.

Seokjin berjalan menuju apartemennya. Sekarang sudah lewat tengah malam. Lampu remang-remang menuntun jalannya menuju rumah. Seokjin mendongak, dia melihat beberapa bintang yang terlihat malam ini.

Malam ini langitnya cerah, kamu harus lihat ini. Kamu pasti senang..

"Hadapi kenyataan, Seokjin! Dia sudah pergi!"

Seokjin melanjutkan langkahnya di bawah langit malam berbintang dengan kesepian.

Hate You Love You | kthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang