Ia bagaikan sekuntum bunga rapuh yang beku oleh es…
Di hari yang sama, saat Layla berjalan pulang dengan kedua matanya yang sembab karena terlalu banyak menangis. Ia berpapasan dengan Ibn Salam, seorang pria muda dari suku yang dikenal dengan Banu Asad. Ibn Salam adalah seorang pria yang sangat kaya dan terkenal. Ia dihormati
oleh semua orang yang mengenalnya. Ia adalah pria yang kuat, baik, dan selalu beruntung – bahkan teman-temannya memberikan sebutan ‘Bakht’ (nasib baik) kepadanya.Apakah keberuntungannya juga berlaku untuk mendapatkan Layla?
Ya, begitu Ibn Salam melihatnya saat mereka berpapasan, ia tahu bahwa ia harus memiliki gadis itu. Baginya Layla adalah bulan purnama yang megah – sebuah ornamen yang sangat sesuai untuk menghiasi jiwanya yang sepi. �
Dan begitulah, sesuai dengan tradisi Arab, Ibn Salam mengutus salah seorang kepercayaannya sebagai perantara untuk meminang Layla. Ia memerintahkan sang utusan untuk memohon kepada ayah Layla dengan segala kerendahan hati, namun pada saat bersamaan sang utusan harus
dapat menjelaskan bahwa Ibn Salam bersedia untuk memberikan emas yang berlimpah kepada ayah Layla jika ia menerima permohonannya. Ayah Layla menuruti kehendak Ibn Salam. Ia menyadari betapa bodoh dirinya jika tak menerima permohonan tersebut, meskipun ia merasa segalanya berjalan terlampau cepat. Namun ia mengungkapkan bahwa tak ada alasan mengapa ia harus segera menyetujui pinangan itu, jika ia bisa melakukannya esok hari. Ayah Layla tidak menerima maupun menolak tawaran itu, ia hanya berkata agar Ibn Salam bersedia menunggu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Layla & Majnun | Kisah Cinta Klasik dari Negeri Timur
RomanceQays nama pemuda itu, seorang penyair yang terkenal dalam sejarah dengan sebutan si Gila "Majnun".