Setiap awan melintas, ia berpikir bahwa awan itu membawa pesan dari kekasihnya;
setiap angin berhembus, ia membayangkan angin itu membawa aroma wangi kekasihnya.
Karena itulah ia menyanyikan lagu-lagu cinta,
berharap bahwa angin dan awan akan membawa ucapannya kepada kekasihnya.
Lembah yang dipilih Majnun sebagai tempat tinggalnya terletak di sebuah wilayah yang dipimpin oleh seorang pangeran Bedouin, Nowfal. Keberanian serta ketabahannya di medan pertempuran telah membuatnya mendapat julukan 'Penghancur Pasukan', meskipun ia menampakkan hati bagaikan singa di hadapan musuhnya, namun di hadapan teman-temannya, ia adalah orang yang sangat mudah iba.
Suatu hari, Nowfal sedang pergi berburu dengan beberapa orang pelayannya. Kali ini mereka berkelana terlampau jauh, melewati gurun, karena merasa terpikat oleh kemungkinan akan menangkap antelop-antelop yang telah mereka kejar dari oase ke oase. Ketika mereka hampir merasa putus asa karena takkan bisa menangkapburuan, salah seorang pemburu melihat sekawanan antelop itu memasuki sebuah gua yang terletak di atas mereka.
Nowfal memerintahkan dua orang pelayannya untuk turun dari kuda dan dengan bersenjatakan busur, panah, dan belati. Ketiga orang itu mulai berjalan menaiki bebatuan. Perlahan-lahan mereka berjalan berjingkat-jingkat menuju gua
tersebut, merasa yakin bahwa dalam beberapa menit saja, antelop-antelop yang terperangkap itu akan menjadi milik mereka. Namun ketika tiba di jalan masuk menuju gua itu, sebuah pemandangan aneh menghentikan langkah mereka. Sekawanan antelop itu memang berada di dalam gua; mereka semua berkerumun di dalam gua yang tak terlalu gelap, mata-mata mereka terbuka lebar karena ketakutan dan panggul mereka gemetaran. Tapi sekawanan antelop ini tidak sendirian, ada sesosok makhluk yang meringkuk di belakang mereka. Nowfal belum pernah melihat sosok seperti itu sebelumnya."Saya pernah mendengar tentangnya," kata salah seorang pelayan. Ia melangkah maju dan melanjutkan ucapannya, "Ia adalah seorang pria muda yang telah dibuat gila oleh cinta. Ia telah meninggalkan kehidupannya dan kini hidup di gurun ini. Sepanjang siang dan malam yang dilakukannya hanyalah menciptakan soneta dan ode untuk kekasihnya. Setiap awan melintas, ia berpikir bahwa awan itu membawa pesan dari kekasihnya; setiap angin berhembus, ia membayangkan angin itu membawa aroma wangi kekasihnya. Karena itulah ia menyanyikan lagu-lagu cinta, berharap bahwa angin dan awan akan membawa ucapannya kepada kekasihnya.
"Dan ia tinggal di gua ini sendirian?" tanya Nowfal dengan keheranan.
"Kadangkala ada yang datang mengunjunginya," sahut sang pelayan. "Bahkan, ada beberapa orang yang rela datang dari kejauhan dan menderita hanya demi bertemu dengannya. Mereka membawakannya makanan dan minuman; kadang mereka juga memberinya anggur. Meskipun begitu, ia tak banyak makan dan minum - hanya cukup untuk membuatnya tetap hidup. Dan jika para tamunya memaksanya untuk meminum anggur, ia hanya melakukannya untuk menghormati kekasihnya. Apapun yang ia lakukan dan katakan hanyalah untuk kekasihnya."
Nowfal mendengarkan dengan penuh perhatian, rasa simpatinya untuk Majnun bertambah hanya dalam hitungan menit. Keinginannya untuk berburu hilang sudah. "Pria malang yang bingung ini membutuhkan pertolongan," bisik Nowfal, "dan kupikir akan menjadi hal yang baik dan terhormat jika aku membantunya untuk meraih hasrat hatinya." Nowfal
menyuruh pelayannya untuk mengangkat Majnun dan membawanya ke tempat para anak buahnya menantinya. Di sana, ia memerintahkan anak buahnya untuk membangun perkemahan dan menyiapkan makanan yang diambil dari oase terdekat. Sudah saatnya untuk makan malam dan Majnun adalah tamunya.Pangeran Nowfal memang pria yang baik dan ramah, namun kali ini usahanya tampak sia-sia saja. Betapa pun usahanya untuk membuat sang tamu ceria dan makan, sang pertapa yang malang itu bahkan tak mau melihat makanan yang telah disediakan untuknya, apalagi memakannya. Nowfal tertawa dan melontarkan lelucon-lelucon, namun semakin ceria dirinya, semakin bingung Majnun dengan keberadaan dirinya, di mana ia dan untuk apa ia berada di sana? Nowfal berusaha sekuat tenaga untuk
menghiburnya dengan gurauan-gurauan, namun Majnun tak menyahut. Dengan setiap ucapan yang bernada penuh kecemasan dari Nowfal, Majnun justru semakin jauh bersembunyi dalam tempurungnya. Merasa lelah karena tak mendapatkan reaksi apapun dari Majnun, Nowfal memutuskan untuk mengucapkan satu kata yang sebelumnya telah diungkapkan oleh salah seorang pelayannya, satu kata yang ia tahu akan memengaruhi Majnun.......yaitu kata 'Layla'.
KAMU SEDANG MEMBACA
Layla & Majnun | Kisah Cinta Klasik dari Negeri Timur
RomanceQays nama pemuda itu, seorang penyair yang terkenal dalam sejarah dengan sebutan si Gila "Majnun".