Di alam liar itu, Majnun adalah seorang raja, benar-benar seorang
Sulaiman yang memerintah dengan bijaksana dan penuh belas kasih.
Ia adalah raja kebaikan dan cinta; sorang raja yang tak pernah
kejam terhadap kaumnya, tak pernah memaksakan pembayaran
pajak,ataupun memaksa mereka untuk mengorbankan hidup mereka
atau menumpahkan darah musuh mereka pada pertempuran yang
tak berguna sama sekali.Bagi orang lain, Majnun kini sedikit lebih buas dari makhluk buas,
ia bagaikan seekor hewan buas yang patut dikasihani karena ia terjebak
dalam isolasi serta keburukannya sendiri. Namun ia tak sendiri, bahkan
orang gila pun memiliki teman. Teman-teman Majnun adalah para hewan;
hewan-hewan liar yang berkeliaran di gurunlah yang menjadi temantemannya, dan ia cukup senang dengan kenyataan itu.
Majnun telah memasuki dunia hewan gurun sebagai sosok asing,
namun mereka dapat menerimanya dengan baik karena Majnun datang
secara damai. Ia tidak datang untuk memburu, menjebak, memotong,
atau membunuh mereka. Ia merangkak memasuki gua serta sarang mereka bukan sebagai musuh yang jahat tapi sebagai tamu yang baik. Mereka
tak melihat kejahatan pada kedua tangannya sehingga mereka semua
menghormatinya.
Mungkin juga para hewan itu berpikir bahwa Majnun merupakan
salah satu dari mereka, tapi itu hanya sebatas asumsi semata. Berdasarkan
insting, mereka tahu bahwa ia berbeda dari manusia-manusia lainnya. Ia
memiliki kekuatan khusus, kekuatan yang tak ada kaitannya dengan kekuatan tubuh ataupun ketajaman gigi seperti yang dimiliki oleh singa, puma,
atau serigala gurun. Kekuatan Majnun – sumber kemampuannya untuk
mengendalikan para hewan itu – adalah kenyataan bahwa ia tidak membunuh segala hal yang lebih kecil darinya. Ia bukanlah seorang predator, karena
itulah mereka semua merasa aman dan nyaman bersamanya.
Meskipun begitu, pada awalnya mereka tak memahaminya.
Makhluk macam apakah dirinya, yang dapat dengan mudah membunuh
makhluk-makhluk lainnya untuk dimakan namun tak melakukannya?
Mengapa ia bisa begitu? Siapa yang dapat memahami pikirannya? Yang
dimakannya hanyalah akar-akaran serta buah beri – hanya untuk bertahan
hidup – dan ia tak menunjukkan rasa takut ketika dikelilingi oleh hewanhewan pemangsa buas yang dapat dengan mudah merobek-robeknya
menjadi beberapa bagian kecil, lalu memakannya. Meskipun demikian,
ia tak pernah diserang, tak pernah sekalipun hal itu terjadi. Dan yang lebihmengejutkan lagi, Majnun tak pernah merasa terancam ataupun terintimidasi oleh hewan buas apapun di gurun tersebut.Di alam liar itu, Majnun adalah seorang raja, benar-benar seorang
Sulaiman yang memerintah dengan bijaksana dan penuh belas kasih. Ia
adalah raja kebaikan dan cinta; sorang raja yang tak pernah kejam terhadap kaumnya, tak pernah memaksakan pembayaran pajak, ataupun
memaksa mereka untuk mengorbankan hidup mereka atau menumpahkan darah musuh mereka pada pertempuran yang tak berguna sama
sekali.
Dengan dibimbing oleh sang penguasa melalui tindakannya,
secara perlahan para hewan itu kehilangan dorongan untuk membunuh.
Serigala-serigala tak lagi menyiksa para kambing, para puma mulai berteman dengan rusa, singa betina menyusui anak-anak rusa yang tak punya
induk, dan rubah-rubah telah berdamai dengan kelinci. Pasukan hewan
buas yang mengikuti ke mana pun Majnun pergi adalah pasukan yang
damai, pasukan yang digerakkan oleh rasa cinta, keharuan serta persaudaraan.Apakah hewan mencontoh tingkah laku manusia? Apakah atribut
yang biasanya disertakan pada setiap nama hewan buas di bumi ini hanya
merupakan gema suara manusia sendiri? Renungkanlah hal ini selagi
kita mengalihkan perhatian ke tempat lain…….*ini cerita cuma lewat
Dulu pernah ada seorang raja, sang penguasa Marv, yang memiliki beberapa ekor anjing penjaga. Anjing-anjing itu bukanlah anjing biasa,
bisa dikatakan bahwa anjing-anjing itu adalah iblis yang terlepas dari ikatannya, benar-benar anjing hound dari neraka.
Setiap ekornya memiliki kekuatan bak puma, rahang mereka
cukup kuat untuk memutuskan leher unta hanya dengan satu kali gigitan
saja. Tapi untuk apa sang Raja memelihara anjing-anjing buas semacam
itu?Alasannya sederhana saja. Setiap kali ada seseorang yang tak
disukai oleh sang Raja atau membuatnya marah entah dengan cara apa,
maka sang Raja akan melemparkannya ke anjing-anjing tersebut. Anjinganjing itu akan merobek-robek si orang malang itu menjadi beberapa
bagian kemudian memakan dagingnya.
Di antara para anggota kerajaan, ada seorang pria muda yang
bijaksana serta pandai, ia memiliki keahlian berdiplomasi dan beretiket.Tentu saja pria muda ini mengetahui keberadaan hewan sebuas syaitan
tersebut serta kegunaan mereka di istana itu.
Ia beserta teman-temannya juga menyadari bahwa sang Raja
adalah seorang pria yang temperamental, ia sangat mudah marah.Siapapun yang disenangi oleh Raja pada hari ini, tiba-tiba saja
tak disenanginya keesokan harinya, biasanya tanpa alasan yang jelas.
Suasana hati sang Raja tak bisa diprediksi; apa yang telah terjadi pada
yang lainnya, pikir si pria muda, bisa saja terjadi kepadaku.Dan begitulah, ia tak dapat tidur setiap malam, memikirkan takdir
yang akan segera ia hadapi. Apa yang harus ia lakukan?Akhirnya, si pria muda itu mendapatkan sebuah ide. Setiap kali
ada kesempatan, ia selalu melewati kandang tempat anjing-anjing buas
itu dirantai. Di sana ia akan berbicara dengan sang penjaga selama beberapa waktu dan kemudian memberikan hadiah kepada mereka untuk
mendapatkan kepercayaan para penjaga itu.Dengan demikian, dimulailah rencana keduanya. Pertemanan
yang dibina dengan para penjaga anjng itu membuka peluang baginya
untuk berteman dengan para anjing itu.
Beberapa hari sekali, ia membawakan beberapa potong daging
untuk mereka; terkadang, saat ia mendapatkan akses menyelinap ke dapur
istana, ia akan membawa kambing atau domba secara utuh.Secara perlahan, ia mendapatkan kepercayaan para anjing itu;
tak lama kemudian, mereka telah terbiasa dengan kunjungannya sehingga
mereka biasanya melompat-lompat dan menggonggong kesenangan
setiap kali mereka melihatnya datang mendekat.Dan ia telah mengatasi rasa takutnya. Ia membelai mereka dan
bermain dengan mereka seolah mereka hanyalah anak-anak kucing.
Memang itulah rencananya sedari awal.
Suatu hari, tanpa alasan yang jelas, sang Raja menjadi marah dengan si pria muda itu, seperti yang telah dikhawatirkan oleh si pria muda
selama ini.Sang Raja memanggil para penjaganya dan memerintahkan agar
si pria muda itu dilemparkan ke kandang anjing. Para penjaga mengikat
tangan serta kaki pria muda itu dan menyeretnya menuju kandang anjing.
Mereka kemudian memaksanya masuk ke dalam kandang dan menguncinya.
Lalu mereka berdiri dan menunggu para anjing buas itu menyerang
mangsa barunya.
Komen dan vote lah, agar saia semangat update
KAMU SEDANG MEMBACA
Layla & Majnun | Kisah Cinta Klasik dari Negeri Timur
RomanceQays nama pemuda itu, seorang penyair yang terkenal dalam sejarah dengan sebutan si Gila "Majnun".