Yang ia ketahui hanyalah bahwa ia harus sendirian;
ia tak lagi sanggup hidup dalam dunia itu.
Ia harus hidup sendirian dengan
kesedihannya,dan tempat terpencil di mana hanya terdapat pasir dan bebatuan, pegunungan dan lembah adalah tempat terbaik untuknya.
Mendengar hal itu, hati pria tua itu melemah dan ia mulai terisak. Ia menggandeng tangan putranya secara perlahan dan membawanya pulang ke rumah. Di sana, teman-teman serta sanak-saudaranya berkumpul, memutuskan untuk membantunya sebisa mereka.
Namun bagi Majnun, mereka semua adalah orang asing. Kehidupan di rumah tak tertahankan; Majnun membuat suram kehidupan semua orang dengan kesedihannya, dan siapapun yang mengunjunginya pergi meninggalkannya dengan berlinang airmata kesedihan dan frustrasi melihat keadaannya yang begitu buruk. Pada awalnya, teman-temannya
mampu menenteramkannya dengan mengingat-ingat kenangan indah
saat mereka masih kanak-kanak. Namun tak berapa lama kemudian, ia merasa tak nyaman dengan keberadaan teman-temannya. Oleh karena itu, di suatu pagi, Majnun merobek-robek selubung cinta dan perlindungan yang telah dibuat oleh keluarga serta teman-temannya, lalu mengambil beberapa barang miliknya kemudian melarikan diri ke Gurun Najd.Seperti seekor hewan yang terluka, ia menjelajahi alam liar, tanpa mengetahui ke mana harus pergi dan apa yang harus dilakukannya. Yang ia ketahui hanyalah bahwa ia harus sendirian; ia tak lagi sanggup hidup dalam dunia itu.
Sementara itu, janji yang telah dibuat oleh kuncup-kuncup bunga benar-benar ditepati oleh sekumpulan bunga, karena Layla tumbuh semakin cantik seiring dengan berjalannya waktu. Kecantikannya dikagumi semua orang dan tak ada yang tak jatuh ke dalam perangkapnya. Matanya menggiring tawanan demi tawanan,
setiap tawanan itu terikat oleh helaian rambutnya yang indah. Siapapun yang menatap wajahnya yang indah bagaikan bunga pasti akan jatuh cinta kepadanya, ia akan merasa lapar untuk melihat bibir merahnya serta mendambakan kecupannya yang semanis madu. Meskipun begitu matanya menolak untuk bermurah hati kepada mereka; saat terpejam, kedua
mata itu seolah berkata, “Hanya Allah yang dapat mengabulkan permintaanmu, dan aku takkan memberikanmu apa-apa.” Ratusan hati telah terjatuh dalam perangkap kecantikannya, begitu dahsyatnya mantera yang dimilikinya.Kecantikan Layla bukanlah satu-satunya pemberian Allah, karena ia juga memiliki bakat dalam hal sajak. Ia menyimpan sajak-sajak Majnun dalam pikirannya begitu ia mendengarnya; lalu ia menyusun kata-kata
indah sebagai balasannya. Ia menuliskannya dalam secarik perkamen dan menuliskan pesan-pesan kecil seperti: ‘Bunga melati yang sedang mekar
mengirimkan lagu ini kepada pohon cemara’, sebelum memberikannya
kepada angin tatkala tak ada seorang pun melihatnya. Kadangkala perkamen-perkamen berisikan sajak-sajak ini ditemukan oleh seseorang –yang kemudian menebak-nebak arti tersembunyi dari sajak-sajak itu. Mereka tahu kepada siapa ditujukannya sajak-sajak itu lalu langsung membawanya kepada Majnun. Sebagai ucapan terima kasih kepada sang penemu, Majnun menciptakan sebuah sajak untuk mereka, yang sudah pasti akan sampai
ke tangan Layla. Begitu banyak pesan yang saling mereka kirimkan dan terima dengan cara seperti ini. Metode ini memperkenankan mereka untuk
menjembatani jurang perpisahan dengan saling memberikan cinta dan harapan. Dan mereka-mereka yang mendengar sepasang kekasih ini bertemu melalui sajak pasti terkagum-kagum: begitu miripnya mereka berdua dalam nada dan ekspresi sehingga terdengar seperti lantunan lagu. Karena
suara sepasang kekasih ini adalah suara cinta, dan cinta itu cukup kuat untuk dapat mematahkan mantra apapun juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Layla & Majnun | Kisah Cinta Klasik dari Negeri Timur
RomanceQays nama pemuda itu, seorang penyair yang terkenal dalam sejarah dengan sebutan si Gila "Majnun".