Darahnya mulai mengucur, lalu Majnun berlari menuju si pemburu dan berteriak, "Kau monster yang kejam! Memalukan sekali bagaimana caramu menindas yang lemah dan tak berdaya! Biarkan makhluk ini pergi agar ia bisa menikmati apa yang tersisa dari hidupnya!
"Tidakkah kau memikirkan kawanan makhluk ini? Anak-anaknya yang sedang menunggu ayahnya kembali pulang? Apa yang akan dika-takan oleh si rusa betina, andaikan ia bisa berbicara? Ia pasti akan mengutukmu; ia pasti akan memohon kepada Allah agar kau tersiksa karena kau telah menyiksa pasangan hidupnya.
"Tidakkah penderitaan makhluk-makhluk yang kau siksa berarti sesuatu bagimu? Coba kau tempatkan dirimu pada rusa jantan itu; bayangkan dirimu sebagai korban dalam perangkap dan rusa jantan itu sang pemburu yang sedang bersiap-siap untuk membunuhmu, bagaimana perasaanmu?"
"Aku tidak melakukannya hanya sekedar untuk membunuh," kata si pemburu, sambil menurunkan belatinya. "Aku membunuh demi keselamatan diriku, agar aku bisa menghidangkan makanan di meja makanku. Jika kau bersedia, aku akan menjual rusa jantan ini kepadamu."
Majnun tak memiliki uang ataupun perhiasan, namun ia masih memiliki beberapa benda yang diberikan oleh Nowfal kepadanya. Ia mengeluarkannya dari tas dan memberikannya kepada si pemburu, yang merasa sangat senang dengan pertukaran itu. Setelah memasukkan benda-benda itu ke dalam tasnya, si pemburu itu membelai-belai bagian belakang tubuh rusa jantan itu, tersenyum kepada Majnun lalu pergi menuju bukit pasir.
Ketika si pemburu telah pergi, Majnun datang mendekati si rusa jantan dan mulai membelai-belainya dengan halus, seperti seorang ayah yang membelai-belai anaknya. Lalu ia mulai berbisik di telinga rusa jantan itu:
"Kau sama sepertiku, telah terpisah dari yang kau cintai. Tak perlu khawatir karena kesedihanmu telah berakhir. Kini kau bisa kembali kepadanya dan berbaring pada bayangannya, tempat di mana seharusnya kau berada. Dan jika dalam perjalananmu kembali kepada kekasihmu, kau bertemu dengan kekasihku, sampaikan pesanku ini kepadanya:
Setiap angin yang berhembus membawa aromamu kepadaku; Setiap burung yang bernyanyi menyebutkan namamu kepadaku; Setiap mimpi yang muncul membawa wajahmu kepadaku; Setiap tatapan yang tertuju ke wajahmu meninggalkan jejaknya kepadaku.
Aku adalah milikmu, aku adalah milikmu, entah kau jauh ataupun dekat;
Kesedihanmu adalah kesedihanku, semuanya milikku, di manapun kau berada."Sambil mengucapkan kata-kata itu, Majnun melepaskan ikatan si rusa jantan dan melepaskannya. Lalu ia melihat rusa jantan itu menjauh, begitu gembira akan kembali bergabung dengan kawanannya.
Jauh di atas langit, karavan malam telah kembali dari perjalanannya; di langit timur, rembulan muncul dari kegelapan dan mulai menyinari gurun pasir itu dengan sinarnya yang keperakan. Majnun memandang langit bagaikan burung dengan sayap terluka, tak sanggup terbang. Lalu ia menatap bintang-bintang dan dengan airmata menetes di pipinya, ia merenungkan takdirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Layla & Majnun | Kisah Cinta Klasik dari Negeri Timur
RomanceQays nama pemuda itu, seorang penyair yang terkenal dalam sejarah dengan sebutan si Gila "Majnun".