-10-

1.6K 99 3
                                    

"Ah pake nelepon segala lagi," Langit tak henti mengoceh karena Senja yang secara tak sengaja menelepon Langit yang sedang main game.

Dan menyebabkan kalah bermain game, Senja meminta maaf tapi jawaban Langit sangat singkat, moodnya kali ini hilang dengan kalahnya game.

Langit pun memutuskan untuk tidur, daripada terus mengumpat gara-gara kalah bermain game, mending bermimpi.

Itu lebih baik daripada mencari dosa.

Langit tau, tidur jam segini tidak baik. Tapi dirinya sangat lelah dan dengan berat hati tidur, rasa kesalnya pada Senja masih ada, walaupun dia sudah memaafkan.

🌅

Senja merutuki dirinya sendiri."Bodoh! Bodoh banget ish Senjaaa."

Senja mengetuk-ngetukan jarinya di atas ponsel, Senja masih bingung apakah Langit sudah memaafkan? Pasalnya saat Senja meminta maaf, Langit hanya menjawab 'ya'.

Itu tidak ada kepastian, Senja tak akan mengerti kalo hanya seperti itu.

"Senja tuh telmi, gak bisa cuma satu kata langsung ngerti." Senja bermonolog.

Senja tak hentinya mengoceh tentang kesalahan fatalnya. "Udah Senja sama Langit jauh, ditambah kayak gini, makin aja jauh nantinya."

"Dari tadi ngomong aja gak seret?" tanya Bintang yang baru pulang kerja.

"Kakak denger?" tanya Senja kaget.

"Denger, tapi ngomongnya gaje kayak orang gila," sahut Bintang.

"Emang orang gila," balas Senja.

"Hahaha, nyadar juga kamuu," canda Bintang.

"Apasih," gumam Senja.

Untung saja Bintang tidak mendengar jelas, masih bisa terselamatkan dari ocehan maut sang kakak. Sangat bersyukur mempunyai skill menjadi orang gila hwhwhw.

Senja pun memutuskan untuk makan, makan adalah pengembali mood, kalau perut kenyang ya, mood gak akan hilang —  Senja memang gembul.

"Senja, ini Vitamin gak dimakan?" tanya Bintang.

"Iya kak, lupa," sahut Senja.

"Katanya mau sehat, kok minum vitamin sampe kelupaan," sindir Bintang, Senja hanya menghela napas berat lalu meminum vitamin yang belakangan ini jarang ia minum.

"Senja bosen," lirih Senja.

----

"Langit kenapa tidur jam segini? Mama udah kasih tau beberapa kali gak boleh tidur jam segini," oceh Arumi.

"Langit ngantuk, mah," balas Langit.

"Makan dulu yuk, papa udah pulang," ajak Arumi, Langit mengangguk lalu mengekori Arumi menuju ruang makan.

"Main game seharian di kamar?" tanya Ridwan —  Papa Langit.

"Tidur pah," jawab Langit.

"Jangan main game terus! Belajar perlu," tutur Ridwan, Langit mengangguk.

"Kak Langit dari tadi tereak-tereak mulu, ade lagi tidur juga," Dilla mengoceh.

"Katanya tidur, Langit," ujar mama.

"Sebelumnya main game, terus kalah, ya jadi teriak lah," jujur Langit.

"Kayak cewek aja," ejek Dilla sambil memeletkan lidahnya, adik kecilnya ini selalu bisa membuat Langit tersenyum. Tinggah lucunya selalu membuat semua orang tertawa.

Dilla baru berumur 6 tahun, dia suka sekali mengganggu Langit. Dia mempunyai kamar sendiri bernuansa pink, dengan boneka di setiap sudut kamarnya

Di kamarnya, Dilla tak lepas dari boneka barbie-nya atau sekedar bermain masak-masakan bersama boneka beruangnya

Tak jarang juga Dilla mengajak Langit untuk main masak-masakan, walaupun Langit adalah laki-laki, tetapi Langit selalu mengikuti apa yang Dilla pinta.

Hanya agar Dilla bahagia.

"Kak Langit, nanti di halaman belakang abis makan kita main masak-masak yu," ajak Dilla.

"Udah malem, dingin, meningan di kamar Dilla aja atau di tengah rumah," Langit memberi saran.

"Gak mau kak Langit, Dilla inginnya di taman belakang!" seru Dilla sambil cemberut.

"Iya gimana Dilla," pasrah Langit, Dilla ternsenyum penuh arti.

Gimana? Kalian baru tau ya kalo selama ini Langit punya adik yang masi kecil ulala
Jangan lupa follow akun aku, vote dan comment cerita ini
Maaf kalo typo

Gak kesian nih sama aku? Udh nulis eh ilang🤣 jadi nulis ulang

Dan buat yang udah baca jangan lupa vote dan comment. Suruh temen temennya baca Senja juga yaa😘

Find me on,
Instagram : @sandrinaavii
2nd acc : @sandrinaaaviy

LANGIT SENJA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang