-16-

1.4K 92 7
                                    

Happy reading!💛
Sesuai janji aja 6 vote 4 comment up lagi
Langsung kan?

Hari demi hari terlewati, Senja yang sedikit menjauh dari Langit. Senja tidak mau merasakan sakit hati mendalam karena terus menahan sakit hati yang semakin hari semakin membesar.

Jam pelajaran olahraga telah usai, dan pelajaran selanjutnya free class karena guru mata pelajaran ada urusan mendadak dari dinas.

Satu jam pelajaran sebelum istirahat dan dua jam pelajran sesudah istirahat. Sudah cukup bahagia untuk murid-murid

Senja dan Olivia berjalan melalui lorong-lorong sepi. Ya, karena kelas lain sedang belajar. Hanya ada satu-dua kelas yang gaduh.

"Hei, kenapa berkeliaran disaat jam pelajaran?" tanya guru di dalam kelas yang sedang mengajar.

"Jamkos bu," sahut Olivia.

Senja menarik lengan Olivia, mengisyaratkan untuk secepatnya pergi daripada bermasalah. "Duluan bu, mari...."

Senja bercakap banyak bersama Olivia. "Ca, aku kangen sumpah istirahat sama kamu."

"Istirahat kedua kita kan bareng Oliv," jawab Senja.

"Ya tapi, rasanya beda." Olivia terenyum kecil pada Senja.

"Kamu aja yang ngerasa beda, padahal aku gak pernah berubah," ucap Senja.

"Setiap weekend kamu lebih sering main sama squad baru kamu itu," keluh Olivia, "kapan kamu berhenti?"

"Aduh Oliv, lagian ya, aku masuk squad itu cuma penasaran aja kok. Kalo kamu emang pengen ngabisin weekend sama aku ayo aja," kata Senja.

"Bener loh ya, weekend ini full sama aku!" seru Oliv senang.

Senja tersenyum penuh arti, semenjauh ini kah Senja dengan Olivia?

----

Langit keluar dari kelasnya, bersama teman sekelasnya. Kalau dipikir, cowok-cowok kelasnya sangat mengutamakan solidaritas. Sehingga setiap istirahat atau ke mesjid selalu bergerombol.

Meja kantin pasti satu, memang di sediakan meja panjang seperti di tukang baso pinggir jalan. Gunanya sebagai tempat makan yang orangnya banyak tanpa menghabiskan banyak tempat.

"Buruan jalannya anjir, penuh sama cewek-cewek rese tau rasa lo!" seru Danial.

"Halah, kesenengan yang ada lo mah," ejek Topan.

"Berisik anju, jalan mah jalan aja, banyak bacot kayak cewe," sergah Sean.

"Anjay," sahut Langit.

Sean menaik-turunkan alisnya

Di kantin, Langit melihat Senja. Dia tersenyun tipis, tapi Senja seolah tidak melihat, padahal Langit tahu, Senja hanya pura-pura tidak melihat.

Ini kah yang dinamakan karma?

----

Nada suara tinggi terdengar tepat di tengah kantin, "Pindah lo dari sini! Lo tau kan? Ini tempat biasa kita-kita, ngapain lo duduk di sini?"

"Lo ngusir gue hah?" tanya Amira —  saingan Rebecca dan Zulfa.

"Kalo iya kenapa?" sentak Rebecca.

"Enak aja lo ngusir gue, siapa cepat dia dapat dong," ujar Amira dengan santainya.

"Lo cuma duduk berdua, liat kita bersepuluh, kuat mana dong?" tanya Zulfa dengan tatapan sinis.

"Ya gak bisa lah, ini meja bukan punya kalian, jadi bebas dong mau siapa aja yang dudukin," ucap Amira, "mending lo aja yang pergi!"

"Lif, minum lo coba," pinta Rebecca.

"Nih Reb," ujar Amira sambil menyodorkan minumannya.

Byur

"Kak, kok lo gitu sih? Kalo debat ya debat aja kali gak usah tuh pake nyiram-nyiran segala," sergah Senja yang merasa Rebecca memperlakukan Amira tidak wajar.

"Lo dukung mereka?" tanya Zulfa dengan nada tinggi.

"Di sini gue gak membela siapa pun, gue netral aja." Senja menyahuti.

Jasmine pun angkat bicara. "Iya kak, Senja bener, lo gak harus sampe nyiram muka orang gitu."

"Kenapa sih lo? Lo seneng banget nyudutin kita berdua Senja? Lo iri sama kita? Lo ingin dianggap paling baik diantara kita hah?" pekik Rebecca berapi-api

"Sok tau lo, kak."

Byur

Napas Senja kini baik turun, tatapan matanya seolah menyiratkan kebencian

"Maksud lo apa nyiram gue?" tanya Senja.

"Pengen aja," jawab Rebecca.

Senja mengambil mangkuk milik Amira yang tinggal kuahnya. Pasti tau kan untuk apa? Ya, untuk menyiram balik Rebecca

Byur

"Gak sopan banget lo nyiram Rebecca, Rebecca itu kakak kelas lo, gak bisa menghargai apa?" pekik Zulfa.

"Apa? Gue harus ngehargain dia yang sama sekali gak bisa ngehargain orang lain? Gitu? Lo bisa mikir gak sih? Maknya punya otak itu digunain, percuma Allah ngasih otak tapi cuma jadi pajangan!" murka Senja kini keluar, seluruh orang yang ada di kantin melihat kejadian itu.

"Sok-sokan banget sih lo jadi adkel," pekik Alifia lalu mendorong Senja hingga tersungkur.

Rebecca dan kawan-kawanya akhirnya meninggalkan Senja yang tersungkur, kecuali Jasmine yang kini berjongkok di hadapan Senja

"Kamu pergi aja, kamu gak usah mentingin aku, dari pada nanti kamu dapetin hal yang sama," pinta Senja.

"Enggak Ca, aku gak akan ke mereka," sahut Jasmine.

"Please, kalo kamu emang pengen aku gak kenapa-kenapa di sini, please pergi ya," ujar Senja.

Jasmine pun dengan berat hati pergi dari kantin

Senja merasakan sakit di punggungnya, pantat yang sakit, dan juga kaki yang ditendang sebelum mereka pergi

Sebuah tangan terulur, untuk membantu

"Seorang sahabat memang selalu ada di saat kita susah bukan disaat kita senang," batin Senja.

Double update😉

Cie yang di hatinya udah ada bayangan gitu kalo yang ngulurin tangan si Langit🤣🤣
Gak usah potek kawan-kawan, akan ada kok saatnya Langit romantis banget sama Senja hehe

Kalo ada typo boleh di comment apa yang typo yaap

Masih lama tapi 🤣

Makanya kalo mau cepet 7 vote 6 comment

See you! 😙

LANGIT SENJA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang