-07-

1.8K 96 0
                                    

Happy reading guys!

Nasi goreng yang dimakan Senja kini sudah habis. Buru-buru saja Senja membayar apa yang tadi dia makan.

Senja langsung pergi tanpa menoleh ke arah Langit. Perasaannya kini campur aduk, Senja tidak ingin mempunyai masalah dengan Langit Rivera.

Senja langsung mengendarai motornya menuju Apartemen sederhana yang dia tempati bersama kakaknya.

Sampai di Apartemen, Senja baru bisa menenangkan diri. Bagaimana jika Langit benar-benar mendengar apa yang Senja ucapkan di depan Zulfa dan Rebecca? Cukup sekali Senja membuat masalah dengan Langit. Tolong, kali ini jangan lagi.

Terdengar ketukan pintu. Ternyata Bintang yang datang.

"Udah lama sampe? Kok belum ganti baju aja?" tanya Bintang

"Baru aja nyampe, jadi belum ganti baju, masih capek," jawab Senja.

Lalu Bintang memasuki kamar mandi untuk membersihkan diri-nya. Sementara Senja memejamkan mata, mencoba membuang pikiran-pikiran yang belum tentu benar

Kalau memang Langit mendengarnya dan meminta penjelasan, Senja akan jujur sejujur-jujurnya, tapi semoga saja Langit tak mendengarnya.

---

Langit baru sampai di rumahnya. Langit langsung membuka aplikasi game yang memang sedang ramai di mainkan akhir-akhir ini.

Tapi Langit tak bisa fokus memainkan game-nya, beberapa kali Langit membantingkan handphone-nya ke kasur.

"Langit gak ada PR?" tanya Arumi.

"Enggak," jawab Langit. Lalu mencoba permainan sekali lagi, sebenarnya ada PR, namun Langit sedang tidak mau mengerjakannya.

Langit lama-kelamaan sudah melupakan pikiran-pikiran yang dari tadi di pikirkannya karena Langit mulai bisa melampiasakannya kepada game.

Saat pukul 6 sore. Baterai handphone-nya habis sehingga dengan berat hati, Langit men-charger-nya dan mulai berbaring di tempat tidur.

🌄

Pagi harinya, Senja sudah siap memakai baju seragamnya, sedang sarapan, sementara Bintang sudah ke lobby Apartemen karena menunggu jemputan dari calon suaminya itu.

Yaa, Bintang dua bulan lagi akan menikah dengan Vando. Temannya sewaktu SMP, tak pernah dekat sebelumnya, tapi kalau jodoh mau bagaimana lagi?

Senja buru-buru mengunci pintu dan menekan tombol 1 di pintu Lift. Senja memang selalu turun ke lantai 1 menggunakan lift. Dari lantai 1 baru menggunakan tangga ke basement. Lumayan, sedikit olahraga.

---

"Langit! Cepat sarapan, liat udah jam setengah 7. Lelet banget," teriakan Arumi membuat Langit buru-buru turun dari kamarnya.

"Iya ma, Langit kan lagi masukin buku pelajaran," kata Langit dengan malas.

"Dari malem makanya, bukannya ngedadak pagi-pagi," kata Arumi langsung mengambil sarapan Langit dari dapur. "Abisin jangan sampe kesisa, makan tuh harus sampe kinclong piringnya."

"Hmm," guman Langit, malas harus berdebat pagi-pagi dengan mamanya yang super cerewet itu.

Sekitar 10 menit, Langit telah menghabiskan sarapannya lalu menyalimi tangan Arumi dan menuju garasi.

1 menit kemudian Langit mengendarai motornya menuju Meteora.

🌄

Koridor sepi, sangat aneh karena biasanya jam segini orang-orang sudah banyak yang datang. Tapi kali ini masih pada di rumah karena udara yang dingin membuat setiap orang agak malas untuk berangkat ke sekolah pagi-pagi.

Kelas pun hanya tiga atau lima orang yang sudah datang. Guru juga belum banyak yang datang, hanya guru dengan jarak ke sekolah yang dekat saja yang sudah datang

"Gue pastiin nih ya, pasti jamkos," kata Zaki.

"Duh Alhamdulillah jadi gue gak usah rusuh minta contekan PR," kata Ramdan.

"Ya ngerjain harus lah, kalo tebakan Zaki salah mampus." Senja nimbrung.

"Apaan sih cewek ikut-ikutan," kata Ramdan

"Bodo amat, cuma ngasih tau," kata Senja lalu fokus kembali pada handphone-nya. Senja kini sedang membaca novel-novel teenfiction, seringkali membayangkan kisah cintanya bisa seperti itu.

"Semanis itu ya cinta di wattpad," batin Senja.

Senja selalu membayangkan bagaimana suatu hari akan terasa selalu bahagia karena bisa bersama Langit,bagaimana jika Langit bisa berubah menjadi romantis seperti di novel-novel.

Hanya itu yang Senja harapkan.

---

"Lo pacaran sama Jasmine?" tanya Langit pada Gibran.

"Kenapa? Lo cemburu?" sewot Gibran.

"Nanya doang juga, lagian level gue bukan Jasmine," kata Langit.

"Level lo Senja kan?" celetuk Ardan.

Deg.

Mengapa harus Senja? Langit menatapnya dengan pandangan frustasi, bagaimana bisa Ardan menebak Senja?

"Sok tau," sahut Langit.

"Senja ka suka sama lo," kata Ardan.

"Kata siapa?" tanya Langit.

"Kata Oliv lah," jawab Ardan.

"Emang cerita?" tanya Langit.

"Kayak gak tau cewe aja," balas Ardan

"Jadi Langit tuh suka sama Senja?" tanya Gibran.

"Terbalik," kata Langit.

"Pede banget lo Langit," kata Gibran sambil menoyor kepala Langit.

"Sakit anjay," kata Langit langsung melemparkan balas dendam pada kepala Gibran.

"Monyet!" umpat Gibran.

"Kasar," kata Ardan.

"Berisik, kayak cewek," ucap Langit sinis.

"Emang, lo mau gabung?" tawar Gibran bercanda.

"Pasti akan lebih seru kalau Langit gabung sama geng cowok rasa cewek," kata Ardan.

"Najis anju," kata Langit jijik

"Kasar!!" pekik Ardan dan Gibran bersamaan.

"Stress," kata Langit menyimpan telunjuknya miring di kening sambil di gesekan.

"Sirik," kata Gibran.

Maaf kalo typo sama gak nyambung hwhwhw
Dan maaf juga kalau banyak typo

LANGIT SENJA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang