8. Alex "Percaya Padaku."

621 331 102
                                    

ALEX POV
Tak habis pikir aku dengan kejadian seminggu yang lalu. Benar-benar kejadian yang gila sekaligus tidak masuk akal.

Tantangan, ngebaperin anak orang lalu setelah itu ditinggalkan begitu saja?

Aku benar-benar marah dengan kedua sahabat gilaku itu. Kenapa harus Byne yang dipilihnya? Apakah tidak ada perempuan lain lagi? Gila.

Mengapa aku marah?

Kalian pikir saja, bagaimana perasaan kalian jika mengetahui dengan jelas orang yang kalian cinta sedang dikerjai oleh orang lain. Kalian marahkan? apalagi ini menyangkut perasaan dan hati dia.

Iya, aku cinta sama Byne. Sejak dia meninjakkan kakinya disekolah ini. Tepatnya aku jatuh cinta pada pandangan pertama kepada sosok Ice Princess itu.

Tapi aku tidak bisa berbuat banyak kepadanya, aku juga tidak bisa mengekspresikan perasaanku langsung kepadanya, menegurnya saja jarang.

Ya, hari-hariku aku lalui hanya dengan menikmati senyuman hangatnya yang bukan berasal dariku ataupun untukku.

Senyumannya benar-benar manis, semakin hari semakin manis. Sama seperti perasaan aku kepadanya, semakin hari semakin besar.

Perasaan ini memang aku sembunyikan dalam-dalam, tidak ada seorangpun yang mengetahuinya bahkan kedua sahabat gila aku itupun.

Dan bodohnya mengapa aku tidak memberontak saja tantangan itu, aku terdiam cuma karena Nando berkata bahwa tantangan itu dibuat juga untuk membahagiakan Byne sekarang.

Aku memikirkan apa yang akan terjadi saat Alfa benar-benar pergi begitu saja dari Byne, seberapa hancurkah hati Byne nanti? apakah bualan Nando benar-benar akan dia lakukan nanti? Dan juga apakah aku nanti tidak akan merasa bersalah karena diam saja dan tidak memberitahukan ini kepada Byne?

Sempat aku berfikir, mengapa Alfa harus datang lagi kesini, berkenalan dengan Byne lalu merebut byne dariku.

Nampaknya benar, Byne mencintai Alfa bukannya aku. Buktinya Byne selalu mementingkan Alfa terlebih dahulu dibandingkan aku saat kami bertiga bersama, sakit memang sangat sangat sakit.

Namun apaboleh buat? mau ngeberontak juga gimana? aku tidak punya hak apapun untuk itu, jelas-jelas Byne bukan milikku.

Sekarang yang aku pikirkan bukan tentang membeda-bedakan itu saja, melainkan tantangan itu juga.

Haruskah aku memberi tau itu kepada Byne? Tapi bagaimana dengan tanggapan Nando dan Alfa nanti, bisa-bisa mereka menganggapku seorang penghianat. Tapi aku juga tidak mau Byne sakit hati kedepannya.

Aku beradu pendapat dengan pikiranku sepanjang jam pelajaran ini berlangsung. Ketika lonceng istirahat berbunyi aku tersadar lalu menuju ketoilet untuk sekedar membasuh wajahku yang kusam ini.

Saat keluar dari toilet itu mataku bertemu dengan mata Nando. Benar-benar aku ingin memarahinya ditempat itu juga, tetapi sepertinya hatiku menyuruhku untuk pergi dan tidak memperkeruh suasana lagi.

Aku lalu saja disampingnya dan juga dia sama sekali tidak menegur bahkan menyebut namaku.

Mengapa trio H tiba-tiba bisa retak seperti ini? aku sebenarnya juga merasa sedih tidak bersama mereka lagi akhir-akhir ini, tapi gara-gara mereka juga ingin menyakiti orang yang aku cinta.

Memang ya kalo sudah diperbudak cinta, sifat bodoh kita lalu melekat didalam gen.

Alfa juga bukannya menyatukanku dan Nando, dia malah pergi juga seakan-akan dia juga memiliki masalah. Memang dasar, anak kecil yang tidak tau diri.

Sepanjang perjalananku dikoridor, aku hanya menunduk menatap sepatuku.

Sepatu, berdua tapi tak akan bisa bersatu.

Hiraeth.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang