22. Hilang

475 174 146
                                    

Saat ini, masih pagi, pagi sekali sekiranya. Tetapi Byne sudah bangun dari tidurnya padahal dia tau hari ini pekerjaannya sedang libur.

"Pagi anak bunda." Ujar bunda Byne, ibu Mita.

"Pagi Bun. Hari ini gak ada apa-apa lagikan?" Tanya Byne lalu meminum jus yang baru saja diantar oleh bi Inah.

"Oh ya, Byne hari ini kamu tidak bekerja, bukan?"

"Engga sih Bun, kenapa?"

"Nah, bunda mau ngajak kamu jalan-jalan. Udah jarangkan kita jalan-jalan kayak dulu? Girls time lah."

Senyum lalu terlukis jelas dibibir Byne, ketika Ibu Mita mengajaknya untuk pergi berdua melepas segala penat tentang hidup yang mereka punya untuk sementara waktu.

Walaupun, perihal perjodohan itu masih melekat didalam pikiran Byne.

Selesai sarapan, Byne pergi kearah anak tangga, ketika baru dua langkah yang ia ambil, bel rumah lalu berbunyi.

"Aku aja bi, yang buka." Ujar Byne ketika melihat bi Inah hendak menuju pintu utama.

Byne lalu turun dari anak tangga dan membuka pintu itu dengan kedua belah tangannya. Sekarang terlihat jelas siapa yang bertamu pagi-pagi seperti ini.

"Ayah? Mas Fero? Mba Jes?" Ucap Byne ketika melihat mereka bertiga berdiri diambang pintu.

"Nak, kamu belum mandi ya?"
"Hehe, belum yah. Bunda juga belum, kan hari ini kami libur."

"Gini ya, baru juga ayah tinggal 2 minggu."

Ayah Byne atau yang kalian tau, pak Bry itu langsung memeluk dan mencium kening anak bungsunya itu. Lalu mereka berempat menuju ruang makan, untuk menemui ibu Mita.

"Loh ayah? udah pulang? Fero Jessi juga ikut?"

"Iya bun, tadi Fero sama Jessi yang jemput ayah dibandara. Mau minta kebunda, takutnya bunda lagi sibuk dibutik."

Kedua orang tua itupun sedang asik berbicara melepas kerinduan mereka. Lalu Jessi, kakak iparnya Byne mengajaknya keruang tengah.

"Kamu beneran mau dijodohin sama laki-laki yang namanya Alfa itu?" Ujar mba Jessi.

Kini yang ditanya sedang asik memakan jajanan yang dibelikan oleh ayahnya sebagai oleh-oleh itu.

"Mau nolak juga gimana mba? Kalo di usir aku tinggal dimana?"

"Rumah mba ada kali By, kamu ini seperti tidak punya keluarga saja, lagi pula ya uang kamu-kan banyak."

"Sayang mba uangnya, tapikan ya mba- Asal mba tau, yang mau dijodohin sama aku itu, temen aku pas SMA dulu. Bukan temen sih, sudah dekat tapi tak pernah menetap lah sekiranya, singgah tapi tak suguh." Jelas Byne panjang.

Yang lebih tua kini sedang mendengarkan penjelasan adek iparnya sambil mengelus pundak yang lebih muda.

Tiba-tiba datang mas Fero, lalu duduk diantara dua perempuan yang bernama Byne dan Jessica itu.

"Ngomongin apa kalian? ngomongin aku ya?" Ujar mas Fero percaya diri.

"Apasih mas? Ngawur ya kamu, gak malu apa dihadapan adek sendiri?"

"Emang orangnya gak punya malu gitu mba." Timpal Byne kepada kakak iparnya itu.

"Sialan ya kamu." Marahnya mas Fero.

Byne tertawa lalu mengejek mas Fero habis-habisan. Setelah puas mengejek lelaki satu-satunya diruangan ini. Byne dan Jessica melanjutkan perbincangan mereka yang belum selesai tadi.

Hiraeth.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang