17. Move on

487 271 145
                                    

Alex melangkahkan kakinya menuju keluar kelas, tepat ketika kaki kanannya sudah berada diluar kelas, ketua kelas memanggilnya.

"Woi, mau bolos ya lu? gak baik, Lex." Ujarnya.

"Bodo, gue bolos guru-guru gak berani juga menghukum gue."

Ketua kelas yang awalnya menegur, akhirnya tak ingin menyahut perkataan Alex karena ia tak ingin menimbulkan kegaduhan pagi-pagi didalam kelas ini.

"Woi, ketua kelas sok ngatur, ijinin gue ya, thanks." Ucap Alex lalu melambaikan tangannya dan pergi menjauhi kelasnya itu.

Alex memeriksa tempat demi tempat yang sering dikunjungi Byne disekolah, tetapi ia tetap tak menemukan orang itu.

Alex tak mau menyerah begitu saja, walau ia harus sembunyi-sembunyi dari tatapan guru-guru disekolah.

Tapi guru-guru disekolah, jika bertemu dengan Alex dan menanyakan alasan mengapa Alex berkeliaran ketika jam pelajaran pertama ini sedang berlangsung, dengan cepat saja mempercayai semua sandiwara yang diucapkan oleh Alex itu.

Selain karena Alex ini anak yang sudah sering membanggakan nama sekolah, primadonanya sekolah, dia juga adalah anak direktur sekolah. Bagaimana guru-guru tak langsung percaya saja kepadanya?

Sudah hukumnya, anak direktur sekolah adalah anak yang harus dipercayai bahkan dipatuhi oleh semua guru-guru.

"Dimana sih Byne? udah dicari keliling sekolah, dari lantai 1 sampai lantai 4 gak ada. Ditelpon, ponselnya mati. Terus gimana?" Tanyanya kepada dirinya sendiri.

Kedua kaki Alex membawanya turun kelantai 3 sekolah, sebelum benar-benar menyentuh lantai 3, ia teringat bahwa sekolah ini memiliki rooftop.

Dengan cepat ia langkahkan kakinya kelantai paling atas sekolah, dan sampailah ia di tempat yang ia inginkan.

Mengedarkan pandangan keseluruh tempat adalah hal utama yang dia lakukan sekarang, tetapi ia tetap tidak melihat perempuan yang ia cintai itu.

Bagaimana Byne dapat dilihat dengan mudah disini, jika banyak barang-barang besar yang menghalangi pandangan mata.

Selangkah dua-langkah Alex ambil untuk memeriksa keberadaan Byne yang masih belum bisa ia temukan.

"Ada apa? mencariku?" Tiba-tiba suara perempuan dari balik sofa bekas yang menghadap langsung kearah lapangan sekolah.

Alex terkejut, lalu mendatangi suara perempuan yang sudah ia duga-duga itu adalah Byne.

"Byne?" Ucap Alex yang melihat byne duduk bersandar seorang diri.

Byne diam, lalu menarik napas dalam.

"Bolehkah sedikit menyumbang cerita yang tak enak untuk dirasa oleh telinga?" Ucap Byne.

Alex mengangguk, lalu duduk disofa bekas yang sedikit berdebu itu.

"Definisi sahabat menurut kamu apa?"

"Sahabat? orang yang selalu memaafkan apa yang telah kita lakukan sebelum kita meminta maaf kepadanya, sebesar apapun masalahnya."

Byne terdiam.

"Kenapa By?" Tanya Alex.

"Bella bilang, aku bukan definisi sahabat yang baik. Tapi, apakah dia sudah memenuhi pengertian definisi yang baik itu?"

"Ada masalah apa memang? Bella menyakiti perasaanmu?"

"Tidak, Bella tidak punya salah apa-apa dalam masalah ini. Aku yang salah, aku yang tak peka, aku yang egois dan kembali lagi aku yang salah."

Hiraeth.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang