12. Pingsan

493 285 110
                                    

"Byne, dipanggil pak Budi tuh disuruh kekantor." Ucap ketua kelas yang baru saja mendatangi Byne.

Byne menatap ketua kelas, "sekarang? Duh kaki aku sakit nih."

Memasang muka sedikit kesal ketua kelas berkata, "Terkilirnya udah seminggu yang lalu, dan kamu udah bisa loncat-loncat sekarang. Cepat sana, siapa tau penting."

Tak menjawab, Byne-pun langsung meninggalkan kelas menuju ruang guru yang ada dilantai bawah.

"Permisi pak." Ujar Byne ketika sudah berdiri didepan meja pak Budi.

Waktu sudah terlewat 20 menit kiranya bersama pak Budi membahas tentang rencana ekstrakulikuler sastra dan teater yang diketuai oleh Byne semester ini.

Sebelum benar-benar kembali keruang kelas, Byne sempatkan dulu untuk mampir sebentar kekantin untuk membeli sebotol God Day kesukaannya.

"Eh, Byne ya?" Ujar seorang siswi berambut panjang menyapanya.

Byne mengangguk lalu tersenyum, "Iya, ada apa?"

Siswi itu mendekati Byne lalu mendekati wajah Byne bermaksud untuk berbisik kepada Byne.

"Jangan sok cantik deh lu, ganjen banget sama cowok-cowok. Tunggu aja, Byne. Tunggu!" Lalu siswi itu pergi begitu saja.

Byne terlihat kebingungan, lalu ia dengan cepat melangkahkan kakinya menuju kelas.

Sesampainya ia dikelas, yang ia lakukan hanyalah melipat kedua tangannya lalu menidurkan kepalanya diatas lipatan tangan itu.

Terngiang beberapa kali dalam benak Byne tentang perkataan siswi yang tak pernah ia temui itu.

Tetapi tiba-tiba perkataan itu sirna didalam pikiran Byne, iya sirna. Ketika bel masuk berbunyi menandakan bahwa jam pelajaran akan dimulai lagi.

Matematika, ya sekarang mereka sedang dalam pelajaran matematika. Dan lihatlah, tak ada yang bersemangat dikelas ini. Hm, kecuali Sisi dan Alex, ya begitulah anak-anak pintar seperti mereka berdua.

Byne jauh sekali tentunya dari mereka berdua, ia sama sekali tak ada memperhatikan pelajaran. Malahan, yang ia lakukan adalah merenung, bermain handphone secara sembunyi-sembunyi, lalu tertidur selama 2 jam pelajaran sambil mendengarkan lagu dari Spotify melalui airpods yang terpasang dikedua telinganya.

Beruntung sekali, guru kali ini tak memergoki Byne. Tak ada ruginya, Byne bertukar tempat duduk hari ini dikursi paling belakang pojok kiri.

"By, Byne."
"Bangun woi, gak lapar?"

Tetap saja tak dapat membangunkan Byne, ocehan mereka sia-sia. Lalu Anna mulai menggoyangkan kedua pundak Byne. Alhasil, ia terbangun dan melepas airpods miliknya.

"Gila, pucet banget muka kamu." Ujar Meisya lalu menaruh tangannya didahi milik Byne.

"Hangat, lagi gak enak badan?"
"Keruang kesehatan aja Byne."
"Iya sana. Pucet banget tuh loh."
"Kami anter, yuk?"

Byne yang merasa dia tidak sakit lalu menolak, "Aku gak apa-apa. Santai, cuma kayak lelah doang kok."

Teman-temannya merasa benar-benar khawatir, dengan paksa mereka membujuk Byne dan akhirnya Byne menyetujuinya.

Byne sudah terbaring diatas kasur, dan diawasi oleh keempat temannya itu. Menurut mereka, Byne tak pernah sepucat ini selama mereka mengenalnya.

"Sakit apa Byne?"

"Aku gak sakit apa-apa kok. Beneran."

"Yaudah, laper gak? Biar aku beliin makanan."

"Gak usah, kalian makan aja sana. Biar aku sendiri aja disini."

Hiraeth.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang