24. Makan siang

310 127 129
                                    

"Permisi, dokter Byne." Panggil perawat dari luar ruangan Byne.

"Masuk." Jawab Byne singkat.

"Dok, ada seorang pria yang menunggu anda didepan rumah sakit."

Byne bingung, tidak mungkin ada pasien yang meminta seperti itu selama ia bekerja disini.

Byne lalu berdiri dan mendatangi perawat itu, "Siapa?"

"Saat saya tanya dia siapa, dia tidak ingin memberitahunya."

Byne berterimakasih lalu kembali ke arah meja-nya.

Perawat itupun pergi meninggalkan Byne seorang diri kembali diruangannya.

Setelah 5 menit berpikir apakah ia harus menemui pria itu atau tidak, akhirnya ia putuskan juga untuk pergi menemui orang itu didepan rumah sakit.

Langkah kaki Byne terus menerus bergerak disepanjang lorong rumah sakit.

"Ngapain kamu kesini?" Tanya Byne saat mendapati Alfa yang menunggunya.

Orang itu lalu menoleh kearah Byne, "Menemui calon tunanganku, mengapa?"

Byne tidak menjawab, ia lalu membalikkan badannya bermaksud untuk pergi saja dari hadapan orang itu.

Entah bagaimana ya, orang dihadapan Byne itu sigap sekali. Dengan cepat ia tarik tangan Byne hingga membuat Byne jatuh kedalam pelukannya.

Byne merasakkan hangatnya pelukan yang sedari dulu ingin ia rasakan. Ada niat untuk tidak memberontak pelukan ini, tapi kenangan lama itu selalu tersiar kembali hingga membuat Byne menjauhkan dirinya dari orang itu.

"Ma-ma-maaf." Kata Alfa.

"Sebenarnya aku kesini, cuma ingin mengajak kamu makan siang." Sambung Alfa lagi.

Byne diam, mencoba untuk menolak tetapi orang itu selalu memaksa Byne.

Mereka saling melempar tatap, lalu dengan cepat Byne membuang tatapan itu kearah lain.

"Aku sibuk, Alfa." Ucap Byne sambil melihat jam tangan yang sedang ia pakai sekarang.

Alfa tetap tak menyerah.

Byne memutar bola matanya, sekeras kepala itukah Alfa? Yang dia tau, Alfa itu tidak keras kepala dulu, pikir Byne.

Tapikan itu masa lalu, seiring berjalannya waktu setiap insan dapat berubahkan?

"Oke, setelah makan siang kamu jangan ganggu aku lagi." Putus Byne kepada Alfa.

"Oke, mari pergi." Alfa membiarkan Byne untuk berjalan lebih dulu dihadapannya.

Isi kepala Byne kali ini hanyalah perdebatan antara kedua sisi, sisi bahagia dan sisi kekesalan.

Ia bahagia akan makan siang bersama dengan orang yang ia cinta, sisi kekesalannya karena ia menerima ajakan orang itu.

Keadaan didalam mobil benar-benar berubah 100% telak seperti masa sma mereka dahulu.

Dulu, mobil dipenuhi canda tawa didalamnya. Kini, sepatah katapun tak dapat terdengar oleh panca indra manusia. Hanya lantunan nada-nada sendu yang menemani perjalanan mereka sejauh ini.

"Udah sampe, yuk." Ujar Alfa ketika mobil berwarna silver itu sudah berhenti didepan sebuah warung makan sederhana.

Tanpa menjawab sepatah duapatah kata, Byne lalu membuntuti Alfa yang berjalan mendahuluinya.

Mereka duduk berhadapan, saling menatap lekat tanpa niat mengalihkan pandangan sampai akhirnya pelayan warung tersebut benar-benar memecah keheningan yang penuh arti diantara mereka berdua itu.

Hiraeth.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang