Setelah pengungkapan bahwa sang Alfa telah dimaafkan oleh Byne, Alfa sekarang lebih sering mendatangi Byne dirumah sakit.
Alfa mengetuk pintu ruangan Byne, "Siang, calon tunanganku." Ucap Alfa yang membuat Byne terkejut.
"Siapa yang mengijinkan kamu masuk?" Jawab Byne.
Alfa terdiam, ia mengingat walau beberapa hari ini ia sudah diijinkan Byne untuk berada didekatnya, tetapi sikap Byne tetap saja seperti sebelumnya.
Iya, walau sudah saling memaafkan. Byne masih mencoba untuk tidak bersikap dingin lagi kepada Alfa. Tetapi hal itu membutuhkan waktu dan susah untuk Byne lakukan sekarang.
Mengapa? ya karena apa lagi, selain karena kenangan lama itu selalu tersiar dan tersiar kembali saat Byne melihat wajah Alfa.
Byne, ketika bertemu dengan Alfa seperti seseorang yang mengidap philophobia sekiranya.
"Maaf, jika aku salah berbicara." Ujar Byne lalu menghampiri Alfa yang sedang berdiri dihadapan meja sekarang.
Alfa lalu tersenyum menghadap calon tunangannya itu, "Aku juga minta maaf untuk perbuatanku ke kamu selama ini ya, ajarkan aku agar aku bisa menjadi Alfa yang asli mencintai Byne tanpa harus berekayasa seperti dulu."
Byne ikut tersenyum lalu menepuk pundak Alfa, "Ajari aku juga cara melupakan dan mengikhlaskan masa lalu itu tanpa harus membencinya."
Alfa mengangguk sebagai jawaban ucapan Byne barusan, lalu Alfa duduk disofa yang ada diruangan Byne ini.
Sibuk memandangi Byne yang sedang menatap serius komputer dihadapannya, Alfa tak sadar bahwa sedari tadi handphonenya berbunyi.
"Alfa, handphone kamu bunyi tuh." Ujar Byne, melihat Alfa yang sedang melamun menghadapnya, Byne lalu pergi mendatangi Alfa dan menepuk pundaknya.
Alfa tersadar dari lamunan panjangnya itu, entah apa yang dipikirkannya.
"Aku angkat telponnya dulu ya."
"Oh, silahkan."Alfa pergi kesudut ruangan, menekan tombol hijau panggilan masuk dan menjawabnya.
"Alfa, kamu kemana aja? mamah telponin dari tadi, kamu nongkrong-nongkrong ditempat yang tidak jelas ya?"
Oh ternyata mamahnya Alfa yang sedari tadi menelpon tapi tak mendapatkan hirauan dari sang pemilik handphone.
"Siang mah, kenapa? apa ada masalah? mamah gak apa-apakan?"
"Jawab pertanyaan mamah dulu Alfa."
"A-a-aku lagi sama dokter Byne, mah. Dirumah sakit ini, bukan ditempat yang aneh-aneh."
"Kalo begitu cepatlah pulang, ada beberapa orang berjas yang datang kerumah. Katanya, dia temanmu. Tapi Alfa, jika kamu dapat mengajak Byne maka itu adalah hal yang baik."
"Baiklah, mah. Kalo begitu aku akhiri dulu, selamat siang."
Menutup panggilan lalu kembali kesofa itu dan memakai jas hitam yang sempat ia lepas tadi.
"Kenapa?" Tanya Byne kepada Alfa.
"Katanya ada tamu yang mencariku. Tapi mamah berpesan, jika kamu mau ikutlah bersamaku untuk pulang kerumah, maukah?" Jawab Alfa sambil merapikan pakaiannya.
"Hm, mengapa tidak? bentar aku mau membereskan barang-barangku dulu." Jawab Byne santai.
Alfa tersenyum senang mendapatkan jawaban itu keluar dari mulut Byne. Setelah siap rasanya untuk pergi, mereka melangkahkan kaki bersama keluar dari ruangan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hiraeth.
Teen Fiction[ C O M P L E T E D ] hiraeth (n.) : rasa kehilangan, nostalgia, kerinduan, keinginan yang tulus, rasa penyesalan dan keinginan untuk kembali kepada tempat awal- rumah. ❝Kamu datang ke kehidupanku, menebarkan benih kebahagiaan kepadaku sampai membua...