Setelah pengungkapan yang Alex ucapkan kepada Byne kemarin, Byne memutuskan untuk menjauh dari Alex, Nando sekaligus Alfa untuk sementara ini.
Byne tidak marah karena Alex mencintainya, mencintai itu wajar yang tidak wajar itu hanya menuntut untuk dicintai.
Sudah semingguan ini Byne menghilangkan kebiasaannya disekolah, seperti selalu keperpustakaan, lalu kekantin lantai 1 sekolah saat jam istirahat pertama dan saat jam istirahat kedua Byne juga tidak ke taman sekolah untuk duduk atau bahkan mencari udara segar sambil berjalan santai ditaman itu.
Semingguan ini, Byne habiskan waktu istirahatnya untuk ikut Anna dan Meisya modus kekelas 10 dan juga kadang-kadang kekelas 12.
Anna dan Meisya heran juga, kenapa Byne akhir-akhir ini menghilangkan kebiasaannya yang bisa dibilang baik itu? dan malah mengikuti jejak mereka yang bisa dibilang sedikit aneh/?
Dan saat ditanya juga, Byne hanya menjawab bosan.
Hah, dasar aneh. Byne tiba-tiba saja berkata bosan kepada kebiasaan yang setiap hari ia lakukan disekolah.
Entah seberani apa Alfa kali ini sampai-sampai masuk kekelas Byne yang sedang jam kosong itu. Sedangkan kelasnya sendiri sedang ada pelajaran olahraga.
Ia masuk lalu memutar kursi yang ada dihadapan Byne. Lalu ia duduk dan menatap Byne lekat-lekat. Yang ditatap hanya menatapnya sekilas lalu menundukkan pandangannya kearah meja.
"Ada apa?" Ujar Byne lalu mengangkat pandangannya kewajah Alfa.
"Kamu kemana aja?" Tanyanya.
"Gak kemana-mana." Jawab Byne.
"Gak kemana-mana? lalu kenapa kamu tidak ada diperpus dan dikantin saat jam istirahat pertama? Dan juga, semingguan ini kenapa kamu mengosongkan kursi disamping aku ditempat les kita?" Tanyanya lagi panjang kali lebar.
"Aku bosan." Jawab Byne singkat.
"Kamu marah atau gimana sama aku? sampai tidak mau bertemu bahkan menatapku? " Balasnya lagi sambil menatap lekat Byne.
"Kenapa aku marah sama kamu?"
"Lalu? kenapa kamu seakan-akan menjauh dari aku?"
"Aku tidak menjauh dari kamu, Al."
"Lalu? menghindar? kenapa Byne?"
"Kadang Al, ada pertanyaan yang tidak butuh untuk dijawab."
Alfanya diam beberapa detik mencerna perkataan Byne barusan, kenapa Byne harus berkata seperti itu?
Byne menatap Alfa "Kenapa kamu kesini?"
"Aku khawatir sama kamu, aku takut kamu kenapa-kenapa." Jawab Alfa.
"Mending kamu balik lagi aja belajar sana. Tidak berguna juga datangin aku sekarang." Balas Byne.
"Berguna kok, buktinya aku bisa liat kamu dan ngomong sama kamu. Dan juga kalo aku tidak kesini sekarang, aku tidak bakal bisa ketemu sama kamu pas istirahat nanti. Oh ya, jangan lupa matematika jam 17.00 hari ini." Sahut Alfa lalu meninggalkan Byne pergi keluar kelas.
Byne-nya sih walau diluarnya kini terlihat biasa saja. Tetapi didalamnya dia seakan-akan ingin berteriak sekencang-kencangnya. Alfa mendatangi Byne dan memberi perhatian berlebih kepada Byne.
Perempuan mana yang tidak akan baper jika diperlakukan seperti itu?
Anna, Meisya, Sisi dan Bella mendatangi Byne yang tengah duduk merenung setelah ditinggal Alfa keluar kelas tadi.
Anna duduk "Kenapa? Kok kayaknya tadi serius banget."
"Gak papa kok, dia cuma ngingatin les." Jawab Byne tanpa menoleh asal suara itu.
"Kalo gak papa kenapa gak noleh ke arahku?" Tanya Anna.
Byne menoleh kearah Anna "Gak papa, Anna."
"Gak ada kata lain selain gak papa? Kamu kenapa semingguan ini berubah jadi ya aneh gitu? Kamu galau atau gimana? Ceritalah sama kami." Sahut Meisya.
Belum sempat Byne menjawab mereka, lonceng istirahat berbunyi. Byne hanya berkata "Nanti aja ya ceritanya, mending kalian semua makan sana."
"Kamu? gak makan?" Tanya Sisi.
"Aku kenyang suwer. Kalian pada makan aja nanti kalo udah kenyang, balik kekelas lagi baru aku kasih tau, oke?" Jawab Byne.
Sahabat-sahabatnya mengangguk setuju mendengar saran Byne. Mereka semua lalu pergi meninggalkan Byne, Nando dan Alex dikelas.
Iya, cuma tinggal mereka bertiga. Nandonya makan, Alexnya belajar dan Byne hanya memandangi layar ponselnya yang mati.
Nando menghampiri Byne dan duduk berhadapan dengannya.
"Alfa ngapain tadi?" Tanyanya.
"Nyuruh les." Jawab Byne."Satu les sama Alfa?"
"Iya.""Kalo cuma nyuruh les, kenapa seserius tadi."
"Memangnya kenapa? gak boleh kami serius?"
"Kalian berdua pacaran? sampe seserius itu?"
"Pacaran? Gak mungkin lah, siapa tau dia cuma ngebaperin aku aja terus lama-lama bakal ninggalin aku, kan?"
Alex yang mendengar perkataan Byne tadi sontak menatap kearah Byne. Segila apa perempuan yang dia cintai itu berani berkata Savage seperti tadi. Jelas-jelas dia yang akan kena tuduhan dari Nando nantinya.
Nandonya memasang muka santai saja, "Emang masih zaman ngebaperin kayak gitu? Emang siapa yang buat kamu berburuk sangka kepada Alfa sampai seperti itu?"
"Gak ada, aku cuma nebak-nebak aja sih." Balas Byne santai juga.
Alex masih menguping pembicaraan Byne dan Nando itu. Ketika dia mendengar Byne menyembunyikan indentitasnya dia merasa lega, ya lega-lah kalo dia ketahuan dia akan di amuk Nando sepulang sekolah nanti.
5 menit masih berbicara berdua, Alex memperhatikan betapa gilanya gaya mereka berbicara dan bertatapan. Sungguh mereka seperti seorang musuh yang sedang berpura-pura baik agar lebih mudah menikam lawannya dari belakang.
Suara mereka berdua kini sudah tidak terdengar lagi, Alex menoleh kebelakang dan menyisakan Byne seorang.
Baguslah, manusia gila itu sudah keluar dan tidak menyakiti perempuanku sedikitpun. Gumam Alex.
Byne yang mengetahui sedari tadi diperhatikan oleh Alex kini keluar kelas. Sengaja untuk memancing Alex juga mengikutinya keluar. Dia yakin Alex pasti akan keluar dan hah, benar saja.
"Olive Byne Zulkaraen." Panggil Alex dari belakang.
Byne menghadap kebelakang, ia mendatangi asal suara itu dan hanya berkata "Ya?"
"Mengapa kamu tidak menyebut namaku saat Nando bertanya?"
"Aku tidak mau jika karena aku, trio H berantakan. Anggap saja aku menyelamatkanmu kali ini."
"Menyelamatkan? kamu sadar dong keliatan banget dengan muka polosnya itu dia menyembunyikan sesuatu dari kamu."
"Apa? Tentang dia menyuruh Alfa baperin aku? Yang jelas saja, dia tidak berbuat apa-apa dengan Alfa terhadapku."
"Buka matamu, jangan egois jadi orang Byne. Kamu cuma terpaku dengan kebaikan Alfa selama ini, sampai-sampai kamu tidak bisa berfikir jika kata-kataku itu benar. Jika kamu selalu mementingkan Alfa, tidak akan ada laki-laki yang berani mengajak kamu untuk berpacaran dengannya.
Walaupun ada mungkin dia tidak mengetahui seberapa egoisnya diri kamu itu. Percaya atau tidaknya kamu kepadaku, itu terserah kamu. Intinya aku hanya ingin kamu tidak sakit hati berlebihan untuk kedepannya, Byne." Jelas Alex panjang lebar.
Byne membeku mendengar perkataan Alex yang dibuatnya seolah-olah nyata itu. Dan fakta yang harus kalian ketahui, semua yang dikatakan oleh Alex itu, nyata.
Alex pergi meninggalkan Byne sendirian disitu, Alex kecewa sebenarnya dengan sifat keegoisan yang Byne miliki sekarang.
Tapi apa boleh buat? yang bisa dia lakukan sekarang hanyalah tetap mencintai orang yang jelas-jelas mencintai sahabatnya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hiraeth.
Teen Fiction[ C O M P L E T E D ] hiraeth (n.) : rasa kehilangan, nostalgia, kerinduan, keinginan yang tulus, rasa penyesalan dan keinginan untuk kembali kepada tempat awal- rumah. ❝Kamu datang ke kehidupanku, menebarkan benih kebahagiaan kepadaku sampai membua...