Im Yoona sedang sibuk belajar di kamar. Ya, dia tidak tahu harus berbuat apa malam ini. Gadis itu hanya ingin menyibukan diri. Yang sebenarnya manik indahnya sudah merengek ingin memejamkan mata. Namun Yoona tidak berminat untuk tidur sekarang.
Suara bel mendadak terdengar. Yang awalnya rumah itu begitu lengang dan hanya diisi dengan suara hujan deras di luar rumah. Kini suara bel terus-terusan di tekan oleh seseorang di depan rumah. Yoona mengernyitkan dahi. Rumahnya jarang sekali kedatangan tamu. Tapi ini aneh, kenapa mendadak ada yang datang ke rumahnya? Apalagi di saat malam dan hujan seperti ini. Gadis itu pun bangkit dari duduk. Dan bergegas membuka pintu.
"Oh?"
Netranya membulat ketika melihat seorang perempuan yang tidak asing di depan pintu. Bae Irene. Bae Irene datang dengan keadaan basah kuyup dan mata yang membengkak. Irene mencoba tersenyum. Namun sedetik kemudian dia menurunkan senyumannya, seolah-olah tidak sanggup untuk bersikap baik-baik saja. Matanya memaksa untuk tidak menangis. Tapi air matanya tak mengizinkan untuk tetap diam. Irene menangis dengan senyuman pahit.
Yoona jelas terkejut melihat keadaan sahabatnya yang seperti itu. Ia berlari dan memeluk Irene. Tak peduli pakaiannya basah akibat memeluk gadis itu. Dekapan Yoona membuat tangisan Irene semakin deras. Sesekali tangan Yoona mengusap punggung gadis itu. Sial, mata Yoona pun mulai perih. Dia tidak mengerti apa yang terjadi pada Irene sekarang. Namun Yoona benar-benar sakit melihat sahabatnya itu yang terlihat begitu sedih.
"Semua akan baik-baik saja, Irene. Tenanglah. Ada aku di sini."
Rasa mencekik kembali datang di dalam hati Irene. Ucapan Yoona membuatnya teringat pada laki-laki yang baru saja meninggalkannya beberapa menit yang lalu. Oh Sehun, dahulu dia sering berkata seperti itu...
Semua akan baik-baik saja. Ada aku pahlawanmu di sini, Bae Irene.
Tapi pahlawan itu sudah tidak ada.
Satu teguk, dua teguk, tiga teguk, empat teguk, dan lima teguk. Pandangan Sehun semakin buram, tapi matanya masih bisa melihat kalau botol sojunya yang ke-4 itu sudah ludes terhabis. Dengan manik yang sudah sayu. Tangannya ia angkat untuk meminta sesuatu pada ahjumma yang sedang melayani pelanggan lainnya. Ia berteriak, "Ahjumma! Dua botol lagi."
"Tidak, Ahjumma. Satu botol saja."
Seseorang datang menarik kursi lalu duduk di hadapan Sehun. Mulutnya berdecak sembari menggelengkan kepala menilik Sehun yang sudah terlihat sangat menyedihkan. Sehun menyipitkan mata berusaha mengumpulkan kesadaran karena ingin melihat manusia di hadapannya itu. Senyumannya pun mengembang ketika pandangannya berhasil melihat jelas meski hanya sedikit.
"Oh! Lee Taeyong! Sahabat hentai-ku!" serunya sembari tertawa kecil.
Taeyong mendesah frustasi. Tubuhnya pun bangkit dan memilih untuk duduk di samping Sehun. Setelah beberapa menit yang lalu dia berlari ke tempat ini sebab Sehun menghubunginya sembari menangis tersedu-sedu. Tak menyangka, pemuda itu benar-benar sudah mabuk. Ah, Taeyong mengerti. Sehun ada masalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Butterfly
FanfictionBae Irene benci pada laki-laki. Namun hanya satu laki-laki yang ia percaya, yaitu Oh Sehun. Started : 30 September 2018