2. Ketika singa yang menang

1.5K 236 21
                                    

"P-permisi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"P-permisi..."

Seorang pria berkacamata dengan rambut hitam yang begitu rapi berusaha untuk menyamakan langkah kaki Irene. Sesekali ia membenarkan kacamatanya yang selalu turun. Pakaian pria itu begitu kuno, tapi terlihat sekali bahwa wajahnya sangat manis. Jika gayanya sedikit modern, mungkin para gadis akan mengejarnya. Pria itu tersenyum kepada Irene tampak malu-malu.

"B-bolehkah aku meminta, Hei--"

Bukannya berhenti, tapi Irene malah berjalan semakin cepat. Telinga gadis itu bahkan tidak disumpal oleh earphone, tapi Irene bersikap seolah-olah tidak mendengar pria culun itu memanggilnya.

"Hei, tunggu. Aw!"

Tangan pria itu menyentuh pundak Irene, berusaha untuk memberhentikan langkah kaki gadis itu. Seperti tersengat listrik karena sentuhan pria itu, Irene pun menoleh. Kemudian ia menjaga jarak dari pria itu. Tatapan Irene was-was memandangnya. Tangannya mulai gemetar, tapi ia sembunyikan. Matanya berusaha menatap tajam pria itu. Meski dia ingin sekali mengalihkan pandangannya. Namun, Irene berusaha keras agar ia terlihat berani di hadapan pria itu.

"Apa?! Mau apa kau?" tanya Irene.

Pria culun itu meringis kesakitan. Telapak tangannya tergores akibat jarum di pundak Irene. Darahnya pun sedikit keluar. Ia menatap Irene dengan heran. Kemudian pria culun itu berpikir, apa-apaan perempuan mengerikan ini?

"T-tidak ada. Maafkan aku."

Merasa akan berbahaya jika berurusan dengan gadis di hadapannya. Pria culun itu pun memilih untuk segera pergi. Itu membuat Irene menghela napas lega. Sungguh, pria culun itu membuatnya ketakutan. Irene melihat sekelilingnya. Dia ada di taman kampus. Kemudian ia baru saja sadar bahwa tempat ini sepi. Dan menurutnya, ia nyaris celaka karena pria aneh itu.

"Ternyata jarum ini berguna juga," ujar Irene sambil menatap pundak kirinya. Lalu membenarkan jarumnya lagi. Kemudian menutupinya dengan rambutnya yang panjang.

"Wah, kau menakutkan sekali."

Irene menoleh ke sumber suara. Oh Sehun datang. Pria itu menggelengkan kepala dengan mulut yang berdecak, karena tidak percaya dengan apa yang ia lihat barusan. Seorang pria culun yang tampak lemah begitu tidak membahayakan itu sudah menjadi korban jarum super milik Irene.

"Sehun, kau ada di sini daritadi? Kenapa tidak menolongku?" balas Irene.

"Yang benar saja. Untuk apa aku menolongmu? Pria itu adalah Xiumin. Dia ketua kelompokmu. Kurasa dia ingin menanyakan tentang tugas. Yang harusnya kutolong itu dia, karena dia terlihat lemah. Dan aku yakin dia sedang menangis karena perbuatanmu itu sekarang."

"Bagaimana pun juga, laki-laki adalah orang yang berbahaya bagiku."

"Baiklah, terserah kau saja."

Gadis itu pun duduk di bawah pohon besar. Dan Sehun duduk di sampingnya. Mereka mulai mengeluarkan bekal dari tasnya masing-masing. Terlihat lucu melihat mereka berdua membawa bekal dari rumah, seperti anak TK saja. Namun, itu semua keinginan Irene. Gadis itu tidak suka makan di kantin, karena begitu ramai. Dan juga, jika ia makan diluar kampus pun tidak akan cukup waktu karena tidak ada restoran di sekitar kampus.

ButterflyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang