Kosong. Terasa hambar. Batin yang dipenuhi dengan rasa penyesalan. Merasa mati, padahal dia sedang bernapas. Hidup Irene terasa hancur begitu saja. Andai saja, dia tidak seperti anak kecil. Andai saja dia mau mendengar penjelasan sepatah kata pun saja. Mungkin nyawa seorang laki-laki yang tidak bersalah itu pun masih bisa diselamatkan. Beribu kali Irene berpikir seperti itu. Begitu benci pada dirinya sendiri. Menangis sampai air mata itu kering. Meski Oh Sehun sudah ada di sampingnya. Dan ia selalu berkata di setiap pagi hari.
"Kau tidak salah, ini semua takdir Tuhan."
Tidak. Irene masih berpikir, bahwa ini semua terjadi karenanya. Bagaimana pun juga ini semua karenanya. Mengingat terakhir kali ia melihat Jaewon. Apapun yang terjadi, Jaewon akan baik-baik saja, jika ia mendengar penjelasan sepatah kata saja. Bodoh, Irene semakin merasa buruk.
Sehun menghela napas, melihat punggung gadis itu dari belakang yang selalu turun. Duduk melamun sembari melihat jendela yang bahkan di luar sana sudah begitu gelap. Tapi, gadis itu masih setia memandang, seolah menunggu sesuatu yang tak pasti. Mencoba beratus kali untuk membuat Irene terlihat seperti dulu, tapi hasilnya tetap saja nihil. Kadang Sehun rindu melihat kupu-kupu itu kembali ceria. Tapi ia selalu terbaring di atas ranjang dengan pikiran kosong begitu sakit. Tak lagi mengepakan kedua sayapnya untuk terbang bersama. Kali ini, ia mencoba untuk memeluk Irene dari belakang. Dan gadis itu hanya menggeliat menoleh lalu berkata. "Oh, kau sudah pulang." dengan senyuman palsu.
"Apa yang sedang kau lihat? " tanya Sehun.
"Hanya menunggu kupu-kupu datang. "
Melepas pelukannya, Sehun menghela napas. "Aku juga, " Dia menjeda sebentar. "Aku juga sedang menunggu kupu-kupuku untuk kembali terbang lagi seperti dulu. "
Hening, Irene hanya bisa membisu. Selalu terpuruk dengan rasa penyesalan. Hingga membuat ia lupa, bahwa ada seseorang yang selalu ada di sisinya. Air mata gadis itu malah turun. Oh Sehun kembali memeluk. Dan semakin membuat tangisan gadis itu deras. Irene tidak tahu harus berbuat apa lagi.
"Semua bukan salahmu. Berhenti menyalahkan dirimu sendiri," bisik pria itu.
"Ini salahku. Apapun yang terjadi. Akulah penyebab dari kematian Jung Jaewon."
Sehun menggeleng. Menatap gadis itu penuh arti. "Harta, jodoh, dan kematian. Itu semua takdir Tuhan."
Napasnya memburu. Irene memekik bersamaan dengan tangisannya. "Aku tahu! Tapi tetap saja, aku yang memulainya!"
Sehun beranjak, kemudian duduk dari hadapan gadis itu. Memegang kedua pundak gadis itu. Iris matanya dalam memandang Irene. Meskipun Irene terus menangis, tak berani menatap laki-lakinya itu. Gadis itu merasa malu. Malu akan dirinya sendiri. Sehingga Sehun meyakinkannya lagi. "Irene, lihat aku. " Membuat kedua mata itu saling bertabrakan.
Sehun menghapus air matanya yang hangat itu. "Semua akan baik-baik saja. Jaewon tidak akan suka melihatmu yang terus-terusan menyalahkan dirimu sendiri. Aku tahu Jaewon, dia tidak akan bahagia melihatmu seperti ini."
Irene hanya membisu sembari terisak.
"Jika kau benar-benar menyesal. Tolong kembali menjadi kupu-kupu yang ceria lagi. Untukku dan untuk Jaewon."
Namun, Irene tidak yakin, akankah ia bisa menjadi kupu-kupu yang indah lagi? Seperti dulu.
=
Malam yang berbeda. Saat pria itu terbangun dari tidur siangnya. Sehun terpaku melihat seorang gadis yang kini sedang menyiapkan makanan di meja makan. Gadis tinggi yang rambut panjangnya kali ini ia gerai. Dia tidak kusut. Begitu indah dilihat. Dengan senyuman yang terus menghiasi wajahnya. Irene, dia berbeda. Dia berubah. Kupu-kupu itu kembali terbang.
"Ayo makan. Kenapa diam?" kata Irene. Yang sudah duduk di kursi. Mulai menyendokan nasi ke dalam piring.
Sehun menghela napas. Ia tersenyum lantas duduk di hadapan Irene. Tak memakan malah menatap Irene tidak berhenti. Ternyata, ucapannya kemarin malam itu sudah menyadarkan gadis itu. Berhasil, Sehun begitu senang.
Bibir gadis itu mengerucut. "Kenapa tidak kau makan? Aku tahu, masakanku tidak enak. Setidaknya buatlah aku senang karena sudah berhasil membuatmu kenyang."
"Bukan begitu! Ini sangat enak!" Buru-buru Sehun memakannya. Begitu lahap tidak berhenti. Hingga ia tersedak akibatnya. Irene berdecak.
"Hey! Pelan-pelan! Dasar bodoh!" omel gadis itu.
Sehun berhenti mengunyah. Menelan makanannya dan meminum air. Dan kini raut wajah itu berubah menjadi serius. Irene bingung, takut salah bicara. "Ke-kenapa? Maafkan aku. Harusnya kau—"
"Tidak apa-apa. Aku hanya senang bisa melihatmu seperti dulu lagi. "
Irene membisu.
"Tetaplah seperti ini. Aku mohon, jangan menangis lagi. Sesungguhnya aku sakit melihatmu yang seperti itu."
Tapi, iris gadis itu malah berkaca-kaca lagi. Dia beranjak, duduk dipangkuan Oh Sehun. Dan langsung memeluk Sehun dengan begitu erat. "Aku minta maaf. Aku minta maaf karena selalu membuatmu sakit, Oh Sehun. "
Sehun membalas pelukannya dengan erat. "No-no-no. Aku bilang jangan menangis."
Melepaskan pelukannya. "Sekali lagi aku minta maaf," kata gadis itu.
"Kau tidak salah. Aku hanya ingin kau yang selalu seperti ini." Menghapus air matanya yang hangat. Sehun tersenyum. "Terima kasih telah kembali kupu-kupuku."
Irene terdiam sebentar. Lalu gadis itu mengangguk sembari tersenyum. Senyuman yang sudah lama Sehun tidak lihat. Apalagi dari dekat seperti ini. Tatapan kedua mata itu semakin dalam. Perlahan mereka saling berciuman. Dan ciuman itu semakin memanas. Kembali menyadarkan Oh Sehun. Bahwa dia benar-benar sangat menyangi Irene. Bahwa ia tidak akan melepaskan Irene begitu saja. Dan bahwa ia tidak akan membuat Irene terluka lagi. Rasa yang amat bahagia tak bisa dikendalikan oleh malam itu. Untuk pertama kalinya, Sehun merasa Irene adalah miliknya seutuhnya.
Tapi hanya untuk hari itu. Karena, keesokan harinya Irene menghilang.
Saat Sehun membuka matanya. Pagi hari itu begitu kosong. Kata maaf yang Irene ucapkan malam itu, adalah untuk hari ini dan seterusnya. Dia pergi meninggalkan Sehun. Yang ia tinggalkan hanya sebuah surat.
Gadis itu pergi bersama dengan egonya yang ternyata masih ada. Semuanya tidak bisa menyadarkan Irene. Irene butuh waktu. Tapi sampai kapan?Isi suratnya sangat menyayat hati untuk dibaca. Tapi ada kalimat yang tak bisa Sehun lupakan di dalam surat itu.
Aku selalu mencintai kamu, jangan tunggu aku.
"Tidak. Aku akan selalu menunggumu, Irene."
TAMAT
mhmmm maaf endingnya kacau. tunggu ceritaku selanjutnya yaa
tunggu guys, blm kelar. ada epilognya
KAMU SEDANG MEMBACA
Butterfly
FanficBae Irene benci pada laki-laki. Namun hanya satu laki-laki yang ia percaya, yaitu Oh Sehun. Started : 30 September 2018