31. Kupu-kupu yang cantik

889 179 18
                                    

"Wah, dia sangat cantik."

"Dia? Kau pikir kupu-kupu itu manusia?"

Senyuman Irene turun seketika. Manik indah gadis itu mendelik menoleh ke arah Sehun. Ah, lagi-lagi Sehun menganggunya. Di saat perasaannya sedang kacau memikirkan kekasihnya Kim Suho yang sudah berminggu-minggu tidak menghubungi gadis itu. Sedikit rasa sedihnya menghilang kala melihat kupu-kupu berwarna biru yang sedang hinggap di atas rerumputan di belakang kelas.

"Tapi, dia sangat cantik, bukan?" tanya Irene.

Sehun terdiam sebentar sembari menatap si kupu-kupu kecil itu. Ia bergumam mengimbangi lalu menganggukan kepalanya. "Ya, mungkin."

Senyuman Irene kembali mengembang. Ditatapnya lagi kupu-kupu yang masih tidak mengedik itu dengan lekat. Tangannya hendak menyentuh sayap kupu-kupu itu. Namun, Irene memilih untuk diam. Dia tidak ingin kupu-kupu itu pergi begitu saja.

"Ibu bilang bahwa aku mirip dengan kupu-kupu. Apa benar aku mirip itu?" gumam gadis itu.

Tapi, Sehun tertawa renyah tak setuju. "Kau lebih mirip singa tahu."

"Apa kau bilang?!"

"Rawr!"

Sehun meledeknya seolah dia adalah seekor singa yang ingin menerkam Irene. Irene melotot kesal. Namun, sebelum Irene memberi pelajaran pada Sehun. Pemuda itu sudah kabur tanpa berpikir panjang. Irene mendengus sebal. Ingin sekali dia mengejar Sehun dan memberinya pelajaran. Tapi kali ini, Irene hanya diam. Gadis itu kembali menoleh pada kupu-kupu itu. Ujung bibirnya kembali tertarik. Cantik, kupu-kupu yang sangat cantik. Karena ibunya, Irene terobsesi dengan kupu-kupu. Sebab saat Irene melihat kupu-kupu itu ia akan mengingat senyuman ibu yang begitu bahagia. Satu pikiran muncul di benak Irene. Apa dia pelihara saja kupu-kupu ini? Ah, benar. Kenapa baru terpikirkan? Tapi ketika tangannya mencoba menangkap kupu-kupu tersebut, kupu-kupu itu pun kabur. Terbang naik ke atas langit.

"Hey, jangan pergi."

Irene cemberut mencoba menggapai kupu-kupu yang semakin tinggi terbang ke atas langit. Akhirnya gadis itu menyerah dan merelakannya. Ah, mungkin lain kali ia bisa bertemu kupu-kupu lainnya. Gadis itu melambaikan tangan memberi salam perpisahan pada sang kupu-kupu. Senang rasanya bisa melihat makhluk indah itu. Ya, mulai sekarang, Irene memutuskan untuk memelihara kupu-kupu nanti. Saat kupu-kupu itu semakin terbang menjauh, manik Irene tak sengaja menoleh ke arah jendela kelas yang terbuka tak jauh dari jaraknya.

Tak sadar seorang laki-laki memandang Irene di sana.

Irene mengernyitkan dahi menatap laki-laki itu. Siapa dia? Irene tidak pernah melihatnya. Wajahnya kecil dan sangat tampan. Rambutnya hitam begitu rapi. Berbeda dengan Sehun yang ugal-ugalan. Dia menatap lurus memandang Irene. Tapi saat dia sadar kalau dirinya juga diperhatikan oleh Irene, buru-buru laki-laki itu mengalihkan pandangannya dengan membaca buku. Irene berjalan mendekat ke arah jendela tersebut. Kepalanya miring merasa penasaran dengan sosok laki-laki itu. Sesekali laki-laki itu melirik Irene dan lagi-lagi terpergok oleh gadis itu. Dia pun gelagapan begitu gugup. Irene tertawa melihat tingkahnya.

"Irene!"

Ah, itu suara Sehun. Gadis itu menoleh ke sumber suara. Mata Irene melotot melihat Sehun yang tersenyum sinis membawa sesuatu di tangannya. "Tebak. Apa yang kudapatkan?" kata Sehun.

"Hey! Sialan! Jangan dekat-dekat!" pekik Irene.

Seekor kecoa yang pasrah itu dipegang kumisnya oleh Oh Sehun. Irene memundurkan langkah kakinya merasa was-was. Sungguh, Irene sangat takut pada serangga yang menurutnya sangat menjijikan. Tentu saja Sehun tahu itu. Tapi, sialan. Bukannya pergi, Sehun malah semakin mendekati gadis itu dengan senyuman jahilnya. Irene pun berlari. Dan Sehun tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Dia mengejar Irene yang sudah berteriak ketakutan.

ButterflyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang