Masih dengan perasaan yang gelisah, tungkainya berjalan menuju sungai Han. Seperti biasa, pikiran Irene masih berlari entah ke mana. Melamun dengan pandangan yang kosong mengamati jalan beraspal yang masih basah akibat hujan yang baru saja berhenti. Tatkala terdengar suara klakson motor yang ditujukan oleh gadis itu. Yang bahkan tidak didengar atau dihiraukan oleh Irene. Hampir saja gadis itu tertabrak oleh sepeda motor yang berusaha melewatinya. Nyaris saja Irene celaka, sebelum Oh Sehun menarik tangan Irene untuk menyelamatkan. Hingga membuat gadis itu terkejut, bahwa dia sudah sampai di tempat tujuan.
"Hey! Sadarlah!"
Omelan Sehun semakin membuat Irene tersadar akan sepenuhnya. Gadis itu mendengus sebal merutuki dirinya sendiri. Lagi-lagi dia melamun memikirkan sesuatu. Hari-hari berlalu begitu cepat. Dan melewati hari-hari itu Irene hanya disuguhkan dengan pikiran yang kosong. Gadis itu tersenyum getir, merasa bodoh. Merasa sudah melakukan sesuatu yang begitu idiot. Melihat Irene seperti itu membuat Oh Sehun menghela napas tampak cemas. Melepas dekapan Irene. Lalu menatap sang pujaan hati dengan khawatir. Kemudian Sehun berpikir jika pemuda itu ingin selalu berada di samping Irene. Bisa-bisa kejadian tadi terulang lagi. Sehun tak bisa membayangkan itu.
"Jangan melamun lagi. Perhatikan apa yang ada di hadapanmu. Bahkan daritadi aku memanggilmu, tapi kau tidak menjawab."
"Aku hanya sedikit mengantuk tadi," elak Irene.
Irene jelas berbohong. Dan Sehun tidak bodoh karena percaya begitu saja. Gadis itu melamun tadi, sebab Irene terus memikirkan Jaewon yang masih terbaring lemah di rumah sakit. Sehun mengerti. Dia tahu perasaan Irene. Irene Bimbang. Antara harus percaya atau tidak. Antara ingin membenci atau tidak. Bahkan Sehun pun tidak percaya, jika memang benar bahwa Jung Jaewon-lah yang sudah menculik Irene 3 tahun yang lalu. Apalagi Jaewon sudah menyukai Irene sejak dulu. Itu sangat mustahil.
Malam pun semakin gelap. Tak ada satu pun bintang yang menyinari langit malam ini. Sepertinya langit semakin meredup. Mengikuti perasaan Irene yang begitu gusar. Benar saja, langit pun kembali mendung. Padahal baru saja hujan berhenti beberapa menit yang lalu. Bahkan jalanan belum kering. Irene pun berbalik. Memandang air sungai yang begitu gelap di sana. Melamun lagi. Mengabaikan angin yang terus menembus tubuhnya. Membuat matanya kembali perih. Antara memang sedih atau itu akibat angin yang terus berhembus sehingga membuatnya berair.
Namun kenyataannya, Irene masih sangat sedih.
Dan inilah alasan Sehun memanggil Irene ke tempat ini. Untuk berhenti melihat Irene menangis. Membuat Irene kembali tertawa dan tersenyum seperti dulu. Sebab Sehun sangat merindukan kupu-kupu yang ceria itu. Dipeluknya Irene dari belakang. Begitu erat seolah tidak ingin melepaskannya. Gadis itu terkejut.
Kemudian Sehun berbisik, "Selamat ulang tahun, Bae Irene."
"Oh?"
Irene terdiam sesaat berpikir sejenak. Ah, benar. Pikiran Irene begitu kacau sehingga berhasil melupakan hari lahirnya sendiri. Irene pun tertawa setelah menyadari sesuatu. Merasa lucu karena tiba-tiba Sehun begitu romantis. Bukan Sehun seperti biasanya. Tapi, Irene merasakan rasa hangat di dada. Memegang tangan Sehun yang melingkar di pinggangnya. Bersandar di tubuh pemuda itu yang kokoh merasa begitu nyaman. Membuat Sehun menarik ujung bibir. Senang, sebab usahanya berhasil untuk menghentikan keluarnya air mata kesedihan Irene lagi.
"Semakin bertambahnya umur. Kau semakin pelupa, ya? Aku kira kau akan marah karena aku sengaja terlambat mengucapkan selamat padamu," kata Sehun sembari tertawa.
"Asal kau tahu. Aku mempunyai ingatan yang bagus daripada kau."
Sehun mendengus tidak setuju. "Jika kau menjadi nenek-nenek. Aku yakin, kau akan lupa siapa namamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Butterfly
FanfictionBae Irene benci pada laki-laki. Namun hanya satu laki-laki yang ia percaya, yaitu Oh Sehun. Started : 30 September 2018