Part 10: Scars

24.4K 3.8K 1.2K
                                    

Namjoon menghentikan gerakan tangannya saat Seokjin menjerit keras seraya menutupi wajahnya dengan bantal sofa. "Kau ini kenapa?" ujar Namjoon malas.

Seokjin mengintip dari balik bantal sofa yang menutupi wajahnya dengan ragu-ragu, "K-kau sendiri.. a-apa yang akan kau lakukan?!" ujar Seokjin agak keras dengan suara melengking.

Namjoon menghela napas pelan, "Kau bilang kau mau melihat apa yang kualami sampai lebih buruk darimu."

"Y-ya, memang. Tapi.. apa kau perlu melepas bajumu untuk itu?" Seokjin masih tidak mau menyingkirkan bantal sofa dari wajahnya.

Namjoon mengangguk santai dan melanjutkan gerakannya melepas kancing kemejanya. Seokjin segera menaikkan bantal sofanya dan menutupi wajahnya dengan itu, dia memejamkan matanya rapat-rapat seraya bersembunyi di balik bantal.

Setelah beberapa detik, Seokjin mendengar helaan napas bosan dari Namjoon.

"Kau ini kenapa, sih? Tubuhku dan tubuhmu tidak jauh berbeda. Kenapa bersikap seperti ini? Turunkan bantal sofa itu."

Seokjin menggeleng, masih bersembunyi di balik bantal. "A-aku hanya merasa tidak nyaman."

"Memangnya kau tidak pernah melakukan pemotretan bersama model pria? Bukankah model biasanya berbagi ruang ganti jika melakukan pemotretan bersama?"

Seokjin terdiam sebentar, "Uuh.. kau benar."

"Lalu?"

"Itu.. memang benar, tapi saat itu ada banyak orang di sekitar kami.."

"Dan apa bedanya dengan ini?" Namjoon terdiam sebentar, "Karena di ruangan ini hanya ada kita berdua?"

Seokjin meremas bantal sofanya, "Aku.. merasa tidak nyaman.."

"Aku tidak akan melakukan apapun jadi berhentilah bersikap seolah aku ini penjahat kelamin." ujar Namjoon malas-malasan.

Seokjin membanting bantal sofanya ke pangkuan, "YYA! KIM NAMJOON!" bentaknya kemudian dia terhenti, Namjoon berdiri di hadapannya, kemejanya sudah terlepas dan tersampir di sofa tapi bukan itu yang menarik perhatian Seokjin.

Seokjin menunjuk ke arah tubuh Namjoon ragu-ragu, "Apa itu.. bekas luka?"

Namjoon menunduk memperhatikan tubuhnya sendiri. "Hmm, begitulah." Dia menunjuk pinggang bagian kanannya, "Ini luka operasi saat seseorang menyerangku dan dia menusukku sewaktu pulang kerja."

Seokjin bergidik.

Namjoon menunjuk bahunya, "Ini luka karena terserempet peluru, seseorang mencoba menembakku saat menyetir."

Seokjin mengerutkan dahinya dengan ekspresi ngeri.

Namjoon berbalik, "Dan luka di punggungku ini, ini bekas luka cambuk sewaktu aku disekap seseorang."

Seokjin memekik tertahan saat melihat punggung Namjoon yang penuh goresan. "Apa yang terjadi?!" ujar Seokjin agak histeris.

Namjoon kembali menghadap Seokjin kemudian dia meraih kemejanya dan kembali memakainya. "Usaha hotel dan resort yang kukelola ini merupakan usaha warisan keluarga. Keluargaku sejak dulu mengembangkan ini dan kami menjaga agar semua pemilik perusahaan adalah keluarga."

Seokjin mendengarkan dengan seksama, wajahnya nampak begitu serius hingga Namjoon merasa dia seperti memberikan kuliah pada muridnya.

"Aku adalah anak tunggal, ayah dan ibuku mewarisi semua bisnis keluarga ketika kakekku berusia tujuh puluh tahun. Kemudian ketika ayahku mulai memimpin dan waktu berlalu, banyak pihak mulai merayu ayahku agar membuat perusahaan kami go public. Mereka ingin menguasai sedikit bagian dari usaha kami."

Legally BoundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang