Part 14: Sparks of Feeling

28.8K 3.8K 1.6K
                                    

Namjoon tersenyum pada Seojin yang menatapnya dengan datar. "Hai," ujarnya lagi.

Seojin menghela napas pelan, "Ayo masuk sebelum orang lain melihatmu." Seojin membuka pintu lebih lebar dan Namjoon segera berjalan masuk. "Namjoon, kau benar-benar membuat semua orang sakit kepala."

Namjoon mendongak menatap Seojin karena sebelumnya dia sedang membungkuk untuk melepas sepatunya. "Aku? Kenapa?"

Seojin mengambilkan sandal untuk Namjoon dan meletakkannya di lantai. "Aku sudah dengar soal insiden tadi sore, Seokjin-ssi baik-baik saja?"

Namjoon mengangguk dan bergerak memakai sandal yang diberikan Seojin. "Ya, dia tidur di rumah."

"Dan kau ke rumahku? Itu terasa sangat mencurigakan."

Namjoon tertawa pendek, "Kau tahu aku harus menemuimu. Kau belum mengatakan apapun soal masalah yang ingin kau bicarakan."

Seojin mengangguk pelan, "Oke, duduklah dulu, kau mau kopi?" Seojin berjalan menuju dapur di apartemennya sementara Namjoon memperhatikan seisi rumah Seojin.

Rumah Seojin sangat rapi dan bersih, tipikal rumah seorang gadis yang tinggal sendiri, beberapa dekorasi dan furniture dihiasi warna biru dan merah muda, ada juga beberapa yang berwarna off-white. "Rumahmu bagus," ujar Namjoon seraya duduk di sofa yang ada.

"Thanks, aku memang mendekorasi rumah ini agar sesuai dengan bayanganku soal rumah yang bagus." Seojin menatap Namjoon yang duduk di sofa, karena apartemennya berbentuk studio, tidak ada sekat pemisah yang kaku di antara dapur dan ruang tengah tempat Namjoon duduk, oleh karena itu Seojin bisa melihat Namjoon dari posisinya berdiri sekarang. "Jadi?"

"Ya, apa ada sesuatu yang mengganggumu? Kau sangat serius kemarin."

Seojin mengangguk, "Benar, memang ada sesuatu yang sangat serius dan ingin kubahas denganmu. Tapi sebelumnya.."

"Ya?"

"Apa kau bisa berjanji kau tidak akan menceritakan ini pada Seokjin-ssi?"

Dahi Namjoon berkerut, "Aku tidak bisa menjanjikan itu, apalagi jika ini menyangkut Seokjin."

Seojin tersenyum tipis, "Aku tahu kau akan mengatakan itu." Seojin mengambil dua mug berisi kopi yang sudah dia siapkan dan membawanya ke meja. Seojin meletakkan dua mug itu di meja kemudian duduk di sisi lain sofa.

"Jadi? Ada apa?"

"Seseorang menyerangku beberapa hari yang lalu. Kurang lebih tiga hari sebelum aku bertemu denganmu di acara makan malam itu." Seojin menyela saat Namjoon terlihat ingin mengatakan sesuatu. "Diam dan dengarkan aku dulu."

Seojin melanjutkan ucapannya setelah Namjoon diam dan memperhatikannya dengan serius. "Kau tahu aku sangat teliti, aku menyadari ada yang aneh dengan mejaku beberapa hari sebelumnya, rasanya seperti ada orang yang menggeser barang-barang di mejaku."

"Awalnya kupikir aku hanya bertingkah berlebihan, jadi aku tidak mempedulikannya. Kemudian dua hari berikutnya aku mendapatkan telepon dari nomor yang disembunyikan di ponselku, mereka mengatakan bahwa mereka tahu tentang kedekatan kau dan aku dan mereka..." Seojin menimbang sebentar, "Mengancamku, mereka bilang mereka akan membongkar semuanya dan menghancurkan karirku, kecuali jika aku mau bekerja sama dan bersama-sama mengatakan pada media bahwa sebelumnya kau dekat denganku dan apa yang terjadi di antara kau dan Seokjin-ssi adalah kebohongan."

"Kau tahu siapa orang-orang itu?"

Seojin menggeleng, "Tidak, suaranya berat dan dalam, kurasa mereka menggunakan sesuatu untuk melapisi mulut mereka agar aku tidak mengenalinya. Kau tahu aku sangat mengenal karakteristik orang lain, makanya mereka selalu menempatkanku untuk urusan recruitment karena aku sangat teliti menilai orang lain."

Legally BoundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang