Part 33: The Plan

15.1K 2.1K 278
                                    

Ketika seluruh dunia yang kau kenal dan kau pijak mendadak retak dan hancur di bawahmu, maka insting pertama yang dimiliki seseorang adalah mencari perlindungan di satu tempat yang dia kenal baik dan jelas dia ketahui. Ketika Seokjin merasa dunia ini tidak lagi berarti untuknya, Seokjin akan pergi ke satu tempat yang dia tahu menawarkan ketenangan abadi untuknya.

Rasanya hampir seperti Seokjin kembali ke titik awal kehidupan hidupnya. Lalu di tengah situasi yang tengah dihadapinya saat ini, Seokjin yakin pergi ke tempat itu seperti mencari alasan hidup untuknya yang mungkin sempat hilang setelah kekacauan tadi.

Tubuh Seokjin nyaris bergerak secara otomatis, semuanya terlihat kabur untuknya saat ini. Seokjin mengemudikan mobilnya ke satu tempat yang dikenalnya dengan baik karena dia pernah menghabiskan berhari-hari hanya berdiam di sini tanpa pergi sedikitpun kecuali untuk makan dan minum.

Ketika Seokjin keluar dari mobilnya, angin dingin khas musim dingin berhembus di sekitarnya, membuat Seokjin merasa semakin dingin dan seolah mengingatkannya akan semua rasa sakit yang pernah Seokjin rasakan terkait tempat ini. Seokjin berjalan tanpa berpikir, dia melintasi jalan yang ada dan terus berjalan hingga dia akhirnya tiba di tempat tujuannya.

Seokjin berdiri diam di depan tempat tujuannya untuk beberapa saat sebelum kemudian dia jatuh terduduk di depannya. "Mom.." bisik Seokjin pelan kemudian dia mendongak, menatap huruf yang membentuk nama ibunya, kemudian Seokjin menatap ke nama di sebelah nama ibunya. "Dad.."

Rasa sepi dan dingin terasa menggerogoti seluruh bagian tubuh Seokjin. Rasa kesepian dan kesedihan karena hidupnya terasa seperti monster yang muncul di dalam diri Seokjin dan siap menelannya kapan saja.

Seokjin menatap kedua nisan di hadapannya sebelum kemudian menarik napas panjang, "Jika kalian ada di sini, apa yang akan kalian lakukan?" Seokjin menatap nama ayah dan ibunya bergantian, "Apa yang sebaiknya aku lakukan?"

Angin dingin yang berhembus menjawab pertanyaan Seokjin dan seolah menegaskan bahwa Seokjin sendirian di tempat ini. Seokjin memeluk lututnya di depan dada dan meletakkan dagunya di atas lututnya, "Kenapa ini semua terjadi padaku? Apa salahku?"

Seokjin tahu mungkin orang-orang akan menganggapnya tidak waras, tapi Seokjin selalu merasa dia menemukan ketenangan tersendiri yang tidak bisa dia jelaskan ketika dia berada di depan makam kedua orangtuanya. Entah itu karena Seokjin masih merasa dirinya terikat dengan orang tuanya, atau karena Seokjin pernah menghabiskan hari-harinya di tempat ini seperti zombie ketika kedua orang tuanya meninggal.

Namun terkadang Seokjin hanya merasa bahwa dia membutuhkan halusinasi mengenai sosok orang tuanya yang masih ada di dunia ini. Oleh karena itu dia akan selalu kembali ke sini ketika Seokjin merasa masalahnya terlalu berat untuk dihadapi seorang diri.

Walaupun mungkin pada akhirnya Seokjin harus kembali pada kehidupannya yang menunggu, Seokjin tetap tidak bisa melupakan orang tuanya dan akan kembali ke makam mereka tiap kali Seokjin merasa kesulitan akan sesuatu.

Seokjin menarik napas dalam dan menatap makam kedua orang tuanya, "Ada yang ingin aku ceritakan, Ayah, Ibu." Seokjin tertawa kecil, "Maaf, aku pasti menyusahkan kalian karena aku hanya datang kepada kalian ketika aku terlibat masalah. Pasti kalian mencemaskanku, kan?"

Tidak ada yang menjawab Seokjin, dan Seokjin tahu itu, dia tidak lagi memiliki siapapun yang akan menjawab keluh kesahnya seperti ini. Oleh karena itu Seokjin memilih untuk melanjutkan.

"Hidupku seperti roller-coaster di beberapa bulan terakhir." Seokjin menatap nisan di hadapannya dan tersenyum, "Aku menikah dengan seseorang." Seokjin mengangkat tangannya lalu menuding cincin yang melingkar di jari manisnya.

Legally BoundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang