Satu

5.5K 344 39
                                    

Tee upload dua photo yang benar-benar menggambarkan karakter Beam di buku ini. Seneng banget. He look bad but soft at the same time.

Note:
Buku ini buku fiksi. Saya juga amatir dan tidak punya banyak waktu untuk riset. Saya menerima kritik membangun diluar plot tapi 😂 (plot adalah hal yang tidak bisa saya rubah)

So enjoy

****

Beam menatap kertas ditangannya tanpa ekspresi apapun

"Saya sudah bicara pada Ayahmu"

Perkataan Kepala Divisinya membuat wajah Beam berubah cemberut. Dia tidak menyukai jika seseorang mengaitkan pekerjaanya dan ayahnya. Dia tidak suka dianggap mendompleng nama Ayahnya. Dia ingin diakui karena kemampuannya. Tapi dia bukan lagi anak SMA yang mudah terbakar emosi jadi dia mencoba menahan diri.

"Dia terlihat tidak senang tapi dia menyerahkan semua keputusannya padamu" ujar Kepala Divisi.

Beam menarik nafas panjang.

"Jika tidak mau, Saya akan menyerahkan tugas ini pada Earth" ujar Kepala Divisi Beam sambil mencoba menarik kertas di tangan Beam tapi Beam menarik kertas tersebut lebih dulu.

"Saya tidak bilang tidak mau" ujar Beam cepat.

Kepala Divisi Beam tersenyum senang. Dia tahu bagaimana Beam dan Earth selalu bersaing satu sama lain dan itu menguntungkan dirinya.

"Jadi?" tanya Kepala Divisinya.

Beam berpikir sejenak lalu mengangguk. Kepala Divisinya tertawa lebar dan menepuk bahu Beam yang duduk disebelahnya.

"Saya tahu kalau Saya akan bisa mengandalkanmu"

****

"Kamu apa?!!!" Earth yang awalnya hanya diam sambil mendengarkan penjelasan Beam menatap Beam berang.

"Apa kamu gila!" teriaknya.

Beam menarik Earth dan menutup mulutnya ketika semua orang di restoran menatap mereka curiga. Earth duduk dan mendorong tangan Beam. Dia menatap Beam lekat. Beam sudah seperti saudara baginya. Mereka bersama sejak kecil. Tidak terpisahkan.

"Ini bukan permainan Beam. Kamu bisa mati" ujar Earth tidak setuju.

Beam tersenyum dan menatap Earth. Dia ingin tertawa melihat Earth mengkhawatirkannya "Pekerjaan kita sudah berbahaya sejak dulu Earth. Bahkan tanpa tugas ini pun, Kita bisa mati kapanpun. Kita selalu bercanda kalau setiap orang harus memesan peti mati ketika melangkah masuk ke divisi ini" ujarnya.

Beam menarik lengan kemeja Earth. Earth menato daftar nama teman mereka yang gugur di lengannya. Banyak rumor beredar mengatakan bahwa nama-nama tersebut adalah nama pria yang pernah tidur dengannya dan Beam selalu mengolok Earth karena itu. Tapi Beam tahu pasti arti nama-nama tersebut.

"Suatu saat namaku mungkin akan tertulis disana" ujar Beam.

Earth menarik lengan kemejanya dan menutup tatonya. Ia mengepalkan tangannya

"Belum tentu" ujar Earth cemberut "Bisa jadi aku yang pergi duluan darimu" ujar Earth.

Beam tertawa "ehm...mungkin" ujarnya sambil meminum bir di gelasnya.

Earth mendesah. Keduanya terdiam untuk beberapa saat.

"Jadi. Kapan kamu akan mulai?" tanya Earth

Beam menatap sisa bir di gelasnya.

"Minggu depan" jawab Beam.

Earth menepuk kepala Beam pelan "Mau pergi ke pantai weekend ini?" tanya Earth

Internal AffairsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang