Tujuh Belas

1.6K 168 26
                                    

Hi

*****

Tul berdiri di depan pintu rapat yang terbuka. Forth sudah mengisolasi dirinya setengah hari disini.

Tok

Tok

Forth memalingkan wajahnya dan menatap Tul sekilas "Hai. Ada masalah?" Tanyanya. Karena tidak biasanya Tul yang sibuk muncul di hadapannya kecuali mereka ada rapat penting.

"Tidak. Justru aku ingin bertanya, apa yang sedang kamu lakukan?" Tanya Tul sambil berjalan masuk dan mengamati tumpukan dokumen di atas meja rapat

"Ini... Aku..." Forth mencoba menjelaskan pada Tul tapi dia tidak menemukan kata yang tepat. Tul mengambil dokumen diatas meja dan menatap Forth tidak senang.

"Kamu kembali menggali kasus lama?" Tanyanya tidak percaya.

Forth mendesah dan menatap ratusan dokumen di depannya. Semua adalah pengaduan kepada keluarga Jamornhum yang bisa dia kumpulkan. Dugaan pembunuhan, penguasaan lahan dan bangunan, kekerasan, penjualan obat-obatan terlarang, prostitusi, suap, judi, dan banyak kejahatan lainnya.

"Aku ingin mencoba sekali lagi" Ujarnya "mungkin aku bisa menemukan bukti yang saling terkait" Ujarnya.

Tul berdecak. Dia menepuk bahu Forth "kamu tahu kenapa jaksa tidak mau meneruskan kasus ini?" Tanya Tul.

Forth menatap Tul lekat. Kejaksaan selalu menyatakan bahwa dokumen mereka kurang bukti atau kurang saksi. Tetapi Forth tahu bukan itu masalahnya.

"Ayahmu menghidupi begitu banyak orang. Bisnis haram ini sudah mendarah daging dalam sistem ekonomi kita. Jika dia jatuh, maka dia tidak akan jatuh sendirian. Seluruh industri dan rekan bisnis terkait akan ikut bersamanya"

Forth mendesah "aku tahu" Ujarnya sambil menatap Tul lekat. Tul adalah teman sekaligus partner baginya. Tul cerdas tapi dia lebih suka bermain aman. Jika dia menganggap suatu kasus tidak bisa diselesaikan maka dia akan menolaknya. Di pengadilan, dia memiliki persentase keberhasilan 100%

"Tapi aku harus melakukan ini" Ujar Forth sambil kembali fokus ke dokumennya.

Tul berdecak "apa ini karena dia? Pria itu?" Tanya Tul

Forth berhenti sejenak dan memandang Tul. Dia ingin berbohong dan mengatakan bahwa ini sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan Beam tapi tentu saja hati nuraninya tidak bisa berbohong. Forth mengingat bagaimana tubuh Beam bergetar di tangannya malam itu dan bagaimana Beam tidak bisa berhenti menangis. Forth memahami itu. Dia juga mengalami hal yang sama ketika dia pertama kali mengetahui apa yang ayahnya lakukan selama ini.

"Ini bukan hanya tentang dia, Tul. Ini tentang semua orang" Tegasku "Ini tentang keluargaku, kota ini, dan negara ini. Aku tidak ingin kita terbiasa melihat kejahatan, dan menghalalkan yang haram"

Tul terdiam. Dia menatap Forth lekat. Dia tidak bisa mengerti, bagaimana Tuhan melahirkan Forth di tengah keluarga Jamornhum.

"Ah terserahmu Man. Tapi berhati-hatilah. Bahkan jika dia ayahmu, aku yakin dia tidak akan diam saja melihat kamu menyerangnya" Ujar Tul.

Forth tersenyum tipis dan menatap dokumen di depannya "aku tahu Tul....aku tahu..." Ujar Forth.

*****

Beam menuangkan wiski ke gelas Phana. Biasanya dia akan melaporkan perkembangan bisnisnya ke Phana lewat email. Tetapi sesekali Phana akan datang berkunjung, seperti ini ke clubnya.

"Tempat ini terlalu kecil, haruskah kita memperluasnya?" Tanya Phana sambil menatap ke lantai satu. Mereka berada di ruang vip lantai dua. Dari sini, pengunjung bisa melihat ke lantai 1.

Internal AffairsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang