"Selamat malam Pak"
Forth melirik ke arah sekretarisnya yang muncul didepan pintunya. Forth melirik jam ditangannya. Sudah pukul 8 malam
"Oh sudah jam segini, pulang Lah duluan" ujar Forth sambil melepaskan kaca matanya dan meregangkan otot tubuhnya yang terasa kaku "Saya akan menyelesaikan beberapa pekerjaan dulu" ujarnya.
Sekretarisnya mengangguk tapi masih enggan pergi "Anda mau dibelikan makam malam?" Tanyanya.
Forth menatap sekretarisnya dan tersenyum tipis "Tidak terima kasih"
Sekretarisnya mendesah dan menatap Forth sesaat. Dia dan beberapa karyawan tahu bahwa Bosnya selama beberapa bulan ini menginap di kantor. Mereka juga tahu alasannya. Tapi tidak ada satupun yang berani ikut campur dengan urusan keluarga Jamornhum.
"Kalau begitu..." ujar sekretarisnya sambil perlahan pergi meninggalkan Bosnya sendirian. Forth tersenyum dan mengangguk. Ia mempersilahkan sekretarisnya pulang.
Forth menatap pintu ruangannya yang perlahan tertutup. Dia meletakkan dokumen di tangannya dan menarik nafas panjang. Dia memejamkan matanya sesaat sebelum dia berjalan ke arah kulkas yang terletak di sebelah kanan meja kerjanya. Dia mengeluarkan sekaleng bir dan meminumnya sambil memandang ke luar jendela. Jalanan kota Bangkok terlihat padat malam Minggu ini.
Bangkok telah menjadi tempatnya hidup, rumah baginya. Walau dia sekolah di luar negeri selama bertahun-tahun tapi Bangkok selalu menjadi tempat berkesan baginya. Hanya dengan menutup mata, Forth tahu setiap jengkal tempat ini. Dia bersama saudara-saudaranya dulu menguasai kota Bangkok sebagai tempat bermain. Dia dan saudara-saudaranya terkenal sebagai "Tuan Muda Jamornhum". Dulu dia tidak mengerti kenapa tidak ada satupun yang berani menyentuh mereka jika mereka membuat keonaran. Dia tahu Ayahnya begitu berkuasa tapi dia tidak mengerti alasan kenapa ayahnya begitu disegani. Dia berpikir kalau semua orang segan pada Ayahnya karena dia memiliki banyak uang dan banyak teman penting. Dia menikmati menjadi bagian dari keluarga Jamornhum karena tidak ada satupun yang berani menyentuhnya.
Tapi semenjak kembali dari luar negeri, dia menyadari bisnis kotor apa yang keluarganya lakukan. Kini Dia melihat Bangkok sebagai tempat yang berbeda. Gemerlap kota ini menyimpan kegelapan yang terselubung dibaliknya. Bisnis dunia hiburannya yang memukau, dengan paras tampan dan cantik para artisnya, pariwisatanya yang mempesona sehingga mengundang wisatawan datang, dan kehidupan malamnya yang glamor begitu terang benderang ke seluruh dunia sehingga menutupi kelamnya kehidupan kota Bangkok yang penuh kekerasan, bisnis ilegal, korupsi, kolusi dan peredaran benda terlarang.
Setelah mengetahui semua itu, Forth berusaha menjauhi keluarganya. Dia merintis bisnis hukum, digital dan finansialnya sendiri. Dia merekrut Lam, keluarga yang dia pikir bisa dia selamatkan untuk bergabung bersamanya. Tapi pengaruh ayahnya lebih besar. Lam lebih memilih ayahnya dibandingkan dirinya.
Forth mendesah dan meminum birnya.
Benar kata orang bahwa sulit untuk masuk ke keluarga Jamornhum apa lagi untuk keluar dari sana. Setiap orang yang masuk merasa mereka berhutang pada keluarga Jamornhum. Perlahan mereka akan terbiasa dengan bisnis kotornya. Menjadi bagian dari keluarga Jamornhum berarti menanggung beban yang sama. Sebagian loyal karena merasakan hidup mewah dan nyaman dibawah perlindungan ayahnya. Mereka yang memiliki nurani dan memilih keluar dari kungkungannya akan berpikir dua kali untuk keluar. Karena mereka yang keluar biasanya berakhir dengan tidak diketahui lagi rimbanya, masuk penjara, atau terbujur kaku.
Forth kembali mendesah
"Apa dia juga akan membunuhku jika aku menentangnya?" Tanya Forth dalam hati.
Forth tersadar dari lamunannya ketika dia mendengar suara handphoneya bergetar. Forth berjalan ke arah mejanya dan melihat panggilan telepon dari Ayahnya. Dengan enggan Forth menjawab panggilan Ayahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Internal Affairs
FanfictionManakah yang akan mereka pilih di antara cinta, keluarga, negara, dan kewajiban? Karakter milik chiffon_cake dan Ide cerita berasal dari film Internal Affairs milik Max and Felix Chong. I do not own the photos (If you do not want your photo to be in...