"Earth!" seorang pria melambaikan tangannya senang. Earth tersenyum melihat teman seangkatannya Ten berdiri didepan meja bar. Earth berjalan kearahnya.
"Lama tidak berjumpa" ujar Ten senang sambil memeluk dan memukul punggung Earth. Semenjak Ten dipindahkan ke kantor cabang, Mereka tidak pernah lagi bertemu.
"Senang melihatmu masih hidup" goda Earth. Candaan biasa diantara mereka. Ten tertawa "harusnya aku yang berkata seperti itu" ujarnya "aku dengar kamu melatih para bocah elit. Bosku membicarakanmu didepanku. Katanya kamu membuat anaknya menderita dengan ikut menghukumnya bersama yang lain"
Earth berdecak "Aku hanya mencoba menerapkan aturan"
Ten menggeleng. Dia tahu bagaimana Earth dan Beam. Mereka berdua sangat terkenal dengan sifat pemberontak mereka. Tapi tidak ada yang berani menyentuh keduanya karena mereka juga punya koneksi besar dibalik mereka. Walau begitu, mereka tidak pernah mau diperlakukan istimewa selama pelatihan. Mereka menjalani pelatihan sama seperti yang lain.
Ten memesan bir dan menyerahkan segelas bir pada Earth "Bagaimana Beam? Aku dengar dia mengambil beasiswa?"
Earth tersenyum "saat ini dia mungkin sedang minum dengan cewek-cewek kampus" jawab Earth.
"aku iriiiiii" teriak Ten kesal sambil merebahkan kepalanya ke meja bar. Earth hanya bisa menggeleng. Jika saja Ten tahu.
Ten memalingkan wajahnya dan menatap Earth "anyway. kamu kemari bukan ingin bernostalgia denganku bukan?" tanyanya serius.
Earth yang sedang meminum birnya terbatuk. Ten menggeleng.
"Aku senang berjumpa denganmu tapi aku tahu bagaimana sibuknya dirimu" jawabnya. Earth tertawa dan menatap Ten bersalah. Dia mengeluarkan sesuatu dari saku jaket kulit hitamnya dan menyerahkannya pada Ten. Ten menatap beberapa foto di depannya terkejut.
"Ini!"
"Phana Jamornhum dan wartawan Park" jawab Earth cepat.
"Bagaimana kamu bisa mendapatkan foto ini!" tanya Ten tidak percaya.
Earth berdecak "kamu tahu kan kalau aku tidak bisa menyebutkan sumberku" ujarnya. Ten mengangguk mengerti
"Kami baru saja akan menutup kasus ini. Walau kami merasa ada yang janggal dengan kematiannya tapi kami tidak punya bukti pendukung yang mengarahkan pada seseorang"
Earth mengangguk mengerti
"tapi ini saja tidak cukup bukan?" ujar Earth. Ten mengangguk "tidak tapi kini kami akan tahu kemana kami harus melangkah" ujarnya.
Earth tersenyum senang.
"Aku dengar kalian masih menyelidiki dia" tanya Ten. Earth menatap Ten dan mengangguk
"ck...kalian saja tidak bisa mendapatkannya, bagaimana dengan aku" jawabnya tidak percaya diri. Earth tertawa dan memukul bahu Ten pelan.
"Jangan khawatir. Aku akan membagi informasi tambahan jika ada"
Ten tersenyum lebar "ehm...aku juga akan memberitahumu jika aku menemukan info lainnya" jawab Ten.
Setelahnya Earth dan Ten hanya berbicara soal kehidupan pribadi mereka. Sesekali mencemooh Beam dibelakangnya. Earth dan Ten berpisah sebelum tengah malam. Earth kembali ke asrama karena dia masih harus mengajar senin pagi.
Earth yang berjalan dari parkiran berhenti sejenak ketika dia melihat beberapa orang anak didiknya berkumpul di sudut gedung. Di tempat yang gelap. Earth berjalan ke arah mereka perlahan dan melihat kalau mereka mengelilingi seseorang.
"Aku dengar kamu yang mengadu pada instruktur" ujar salah seorang dari mereka. Earth mengenali anak tersebut. Anak tersebut adalah anak seorang komisaris polisi. Anak tersebut mengepalkan tinjunya ke dada seorang anak lainnya di depannya. Anak tersebut tidak melawan. Dia hanya menatap dingin ke arah kumpulan anak lain didepannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Internal Affairs
FanfictionManakah yang akan mereka pilih di antara cinta, keluarga, negara, dan kewajiban? Karakter milik chiffon_cake dan Ide cerita berasal dari film Internal Affairs milik Max and Felix Chong. I do not own the photos (If you do not want your photo to be in...