Tiga Puluh

2.3K 199 75
                                    

A/N
Every story have to end

*****

Selama enam bulan Forth berjuang untuk mempertahankan pengajuan vonis bagi Keluarganya. Dibandingkan hukuman mati yang diajukan jaksa penuntut, dia ingin Phana dan Oh Jamornhum menerima hukuman seumur hidup. Dia meyakinkan publik Thailand bahwa hukuman mati bukanlah hukuman setimpal yang bisa diberikan untuk orang seperti Phana dan Oh Jamornhum. Dan setelah berbicara beberapa kali di depan media, Forth mulai menerima banyak simpati. Aktivis kemanusiaan dalam dan luar negeri mendukung langkah Forth. Kini Forth berdiri di depan ruang sidang dengan perasaan campur aduk. Dia menanti keputusan hakim terhadap ayahnya, Phana, dan Mingkwan.

Phloi Vongviphan yang merupakan hakim senior yang menangani kasus keluarga Jamornhum sudah memikirkan keputusannya berulang kali. Dia bahkan membuka satu per satu lembar hukum pidana kerajaan Thailand sebelum menentukan keputusannya.

Oh jamornhum terlihat pasrah dengan apapun yang akan diterimanya. Dia tahu dia berhak menerima hukuman terberat setelah semua yang dia lakukan.

Dan ketika Hakim Phloi Vongviphan mengetukkan palu dan memberikan vonis hukuman seumur hidup pada Oh Jamornhum dan Phana tanpa remisi ataupun pengurangan hukuman istimewa lainnya, Forth meneteskan air matanya. Phloi juga menghukum Mingkwan 20 tahun penjara mengingat dia bekerja sama dengan aparat penegak hukum.

Oh Jamornhum menatap putra keduanya tanpa mampu berkata apapun. Forth bergerak ke arah Oh Jamornhum dan memeluk ayahnya erat.

"Forth akan mengunjungi Pho setiap minggu" Janjinya.

"Bodoh. Untuk apa kamu menghabiskan waktu berhargamu pada pria tua sepertiku. Pergilah pacaran atau habiskan waktumu dengan Beam" Ujar Oh Jamornhum.

Forth tersenyum sekilas tapi senyumannya menghilang saat polisi menarik ayahnya, Phana, dan Mingkwan keluar ruang pengadilan. Polisi bersiap memindahkan mereka ke rumah tahanan. Forth terus mengikuti keluarganya.

Phana berhenti berjalan ketika dia melihat Beam. Dia menolak mengikuti polisi dan berjalan ke arah Beam yang berdiri di lorong di depan ruang pengadilan tinggi. Semenjak kejadian penyergapan, Beam enggan menemui Phana tapi dia selalu menunggu setiap persidangan yang Forth lalukan. Dia merasa bersalah, walau dia tahu dia hanya menjalankan tugasnya.

Phana berdiri dengan wajah kesal di depan Beam. Forth dan beberapa polisi mencoba menghalangi Phana tapi Beam meminta waktu untuk bicara dengan Phana.

Phana menatap Beam tajam "aku kalah" Ujarnya. Beam menatap Phana terkejut.

"Semenjak di arena balapan hingga sekarang, Kamu selalu selangkah lebih dulu dariku. Aku mengakuinya" Ujar Phana.

Beam tertawa tapi dia merasakan air mata menggenang di matanya. Dia tidak mengerti kenapa, mungkin karena Phana dan Oh Jamornhum benar-benar memperlakukannya seperti keluarga selama dua tahun ini.

"Berjanjilah, kamu akan menjaga Forth untuk kami" Pinta Phana. Forth sedikit terkejut. Beam tersenyum dan mengangguk. Phana mendesah lega. Dia memalingkan wajahnya dan menatap Forth.

"Phi bangga padamu dan berbahagialah" Ujarnya. Phana tidak menunggu reaksi Forth, dia memutuskan untuk meninggalkan Forth dan masuk ke mobil tahanan dengan penuh perjuangan karena desakan para wartawan dan beberapa organisasi masyarakat yang tidak setuju dengan keputusan hukuman seumur hidup yang Oh dan Phana terima. Polisi memindahkan Oh, Phana, dan Mingkwan ke penjara pusat dan memasukkan mereka ke sel khusus.

Beam menyaksikan bagaimana Forth berdiri di depan pengadilan hingga seluruh orang-orang meninggalkan tempat itu. Beam berjalan kearah Forth dan mengaitkan jemari mereka. Forth memalingkan wajahnya dan menatap Beam terkejut.

Internal AffairsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang