Sebelas

2K 243 33
                                    

A short update

Last update this week

Entahlah kalian masih mengingat cerita ini atau tidak 😂

****

Forth terbangun dan membuka matanya. Sesaat dia bingung melihat ruangan yang tidak familiar baginya. Tapi kemudian dia berubah panik

"Argh.... beam!" Forth mengerang kesakitan. Dia hendak bangun tapi seseorang menahannya. Forth menatap Phana yang berdiri disampingnya.

"Bocah itu ada disana" ujar Phana sambil menunjuk sebuah tempat tidur lain di sebelah tempat tidur Forth. Forth menatap Beam yang sedang tertidur. Dia bernafas lega.

"Bagaimana keadaannya?" tanya Forth pada Phana.

Phana duduk kembali di kursi yang ada disamping Forth.

"Aku menemukannya pingsan diatas tubuhmu. Dokter mengatakan bahwa dua tulang iganya patah, terdapat luka di leher dan lengannya karena tembakan. Belum lagi luka dalam. Kesimpulannya, dia cukup hebat bisa bertahan hidup"

Forth menatap Phana tidak senang

"Kenapa menatapku seperti itu? Jika bukan karenaku, kamu dan dia mungkin sudah mati saat ini" ujar Phana kesal.

Forth mendesah dan menatap Beam bersalah

"Kamu seharusnya menelponku" ujar Phana tajam. Forth menatap kakaknya dan tersenyum tipis "lalu apa? Membuatmu menambah daftar dosa? Aku tidak ingin kamu datang dan membunuh pria itu dengan kejam"

Phana menatap Forth tidak senang "Dan apa pria itu hidup saat ini?" tanyanya sarkasme. Forth menarik nafas panjang. Dia kembali menatap Beam. Dia ingat bagaimana Beam membunuh pria itu. Tanpa ragu. Beam menembak pria tersebut tiga kali. Forth bisa melihat kalau itu bukan pertama kali Beam memegang senjata.

"dia bukan seseorang yang bisa ditangani oleh polisi" ujar Phana "pria itu hidup dengan menjadi pembunuh bayaran"

Forth menatap Phana terkejut "Kenapa seseorang ingin membunuh Beam?!"

Phana mendesah. Dia menatap Beam. Sejujurnya, dia juga terkejut seseorang akan berani melakukan ini. Terang-terangan mengincar salah satu anak buah keluarga Jamornhum.

"Mungkin karena mereka tidak setuju aku menyerahkan wilayah selatan pada Beam" tebak Phana. Perkataan Phana membuat Forth berang. Dia mencoba untuk duduk. Phana berdecak dan kembali mencoba menahan Forth. Forth menolak untuk berbaring. Dia memegang erat lengan kemeja Phana.

"Kenapa kamu memberikan posisi sepenting itu padanya?!" ujar Forth kesal.

Phana mendengus dan menatap Forth tidak senang "Dia cukup lihai dan aku mempercayainya lebih dari anak buahku sendiri"

Forth menatap Phana tidak senang "Itu sama saja dengan mengumpannya ke mulut harimau" protesnya.

Phana yang melihat ekspresi khawatir Forth hanya tersenyum tipis.

"mereka bilang kamu menyukai Beam. Aku tidak percaya tapi...." Phana menatap Forth lekat "tapi sepertinya kamu serius"

Forth menatap Phana dingin "Benar. Aku serius dan aku akan mengeluarkan Beam dari keluarga kita" ancamnya.

Perkataan Forth membuat Phana tertawa "orang bilang cinta itu buta. Sepertinya memang benar" Phana mendorong Forth keras hingga Forth tertidur ke tempat tidurnya. Phana menekan kedua pundak Forth, membuat Forth meringis kesakitan.

"Lihatlah baik-baik..... Dia tidak seperti yang kamu bayangkan...." ujar Phana sambil menyuruh Forth untuk menatap Beam balik.

"Pria yang dibunuhnya. Shadow. Bukan sembarang pembunuh bayaran. Beam tidak semanis yang kamu pikir" desis Phana tajam.

Internal AffairsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang