Tujuh

2.1K 256 59
                                    

Hi, Pa kabar?

Practically, my last update is one month ago

I am glad that i took a break.

****

Cerita ini adalah fiksi semata. Tidak ada satupun dari cerita ini berdasarkan kisah nyata. 

****

Beam POV

Aku ingat ketika Aku kecil, kakekku pernah bertanya, jika dewasa, aku ingin menjadi apa?. Tanpa ragu Aku menjawab "Aku ingin menjadi seperti Pho". Saat itu, Aku berpikir betapa kerennya memakai seragam, membasmi kejahatan, dan memegang senjata. Naif sekali, saat itu aku tidak tahu bahwa pekerjaan sebagai polisi lebih rumit dibandingkan impianku. Sejak aku ditempatkan di divisi interpol, aku hanya memakai seragam saat acara resmi. Saat ini, aku bahkan tidak tahu apa aku orang baik atau jahat, dan aku bahkan tidak memegang senjata selama hampir satu tahun.

"Masuklah" ujar asisten pribadi Phana, tangan kanannya, orang yang Phana paling percayai, Paris. Aku melangkah masuk ke sebuah ruangan yang terlihat seperti ruang kerja dan berdiri di belakang sebuah meja kerja. Seorang Pria berdiri membelakangiku.

"Selamat siang Pak" sapaku. Pria tersebut berbalik dan tersenyum ramah padaku.

"Apa kamu merasa gugup?" tanyanya sambil duduk pada kursi di depanku.

"Sedikit" jawabku jujur. Pria didepanku tersenyum tipis.

"Jangan khawatir" ujarnya padaku sebelum dia melirik ke arah pria disebelahku "Bisakah kamu meninggalkan kami berdua?" pintanya.

Aku melirik pria disebelahnya. Paris terlihat tidak senang tapi dia mengangguk. Dan tidak perlu usaha keras untuk mengetahui bahwa Paris juga tidak menyukaiku. Ia menatapku tajam sebelum meninggalkan ruangan.

Yup

Daftar pria yang ingin menyingkirkanku di keluarga Jamornhum semakin panjang.

"Duduklah" Perintah Phana menarik perhatianku kembali. Ia berjalan ke arah sofa yang berada di kanan sudut ruangan ini dan menunjuk ke sebuah sofa di sebelahnya. Aku berjalan ke arah sofa dan duduk dengan ragu. Ini pertama kali aku dan dia berada di sebuah ruangan tanpa Paris.

"Sebelum bertemu dengan yang lain aku ingin berbicara beberapa hal padamu" ujar Phana. Aku menatap wajahnya yang berubah serius.

"Apa yang kamu ketahui sejauh ini?" tanya Phana. Aku memutar otakku. Pertanyaan tersebut terdengar seperti jebakan. Aku mencoba memilah informasi yang aku dapatkan saat ini. Informasi yang aku dapatkan hanya sebatas rumor yang berkembang di keluarga Jamornhum. Aku tidak bisa menghubungi Earth. Terlalu berisiko.

"Tidak banyak. Rumor berkembang tentang kematian Tuan Nate dan kenapa saya menggantikannya. Saya hanya tahu kalau Tuan Oh mengumumkan kematian Tuan Nate sebagai bunuh diri" Aku memilih untuk membatasi informasi yang aku sampaikan dan melihat reaksi Phana.

"Dan kamu percaya itu?" tanya Phana.

Aku menelan ludahku. Jika Aku mengatakan ya maka aku akan kelihatan bodoh dan jika aku mengatakan tidak maka aku akan butuh seseorang untuk dijadikan kambing hitam. Walau dalam pikiranku hanya ada satu orang tersangka.

"Tidak" jawabku setelah berpikir beberapa saat. Bagaimanapun, pria seperti Phana tidak akan senang jika aku menjawab sebaliknya.

Phana tersenyum dan mencondongkan tubuhnya kearahku "Dan bagaimana kamu bisa menyimpulkannya begitu?"

Aku mencoba menatap kedua mata Phana yang terlihat bersemangat menunggu jawabanku.

"Well, dibandingkanku, Tuan Nate tidak punya alasan untuk mengakhiri hidupnya. Dia punya istri yang cantik, dua orang anak dengan masa depan yang cerah dan keuangan yang sangat baik"

Internal AffairsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang