Dua Belas

1.8K 212 29
                                    


Loving someone can be hard at times. You risk a lot when you love - your heart and soul, at the least. Love is the most important and most rewarding investment you can make in another person.

J.E.B. Spredemann


*****

Beam POV

Aku berumur 22 tahun ketika aku bergabung ke kepolisian. Aku masih mengingat sumpahku saat itu. Aku berjanji akan patuh pada undang-undang, Raja Thailand, Pemerintah dan berbakti pada negara. Aku berjanji akan mendahulukan kepentingan negara dibandingkan kepentinganku.

Tapi untuk sesaat aku lupa. Aku menghantukkan kepalaku ke kaca di kamar mandi dan menatap wajahku yang memerah. Aku bukan hanya mendahulukan perasaan pribadi, aku juga membahayakan misi kami.

"Seharusnya aku tidak terlibat lebih jauh dengannya" bisikku pada diriku. Dengan begitu, aku bisa memberikan batasan pada hubunganku dan phi Forth. Ciuman itu tidak akan pernah ada. Dan perasaan bersalah ini juga tidak perlu aku rasakan.

Aku mendesah dan membasuh wajahku.

"Mari kita kembali ke jalur yang sudah kita rencanakan" ujarku sambil membersihkan wajahku. Aku berjalan keluar kamar mandi ketika aku selesai membersihkan diri dan pikiranku. Aku terkejut ketika aku melihat seorang anak muda berdiri di tengah kamar.

Aku tidak pernah melihatnya tapi tidak ada tanda bahwa dia masuk dengan paksa jadi aku pikir penjaga diluar pasti mengizinkan dia masuk. Berarti dia merupakan satu dari orang kepercayaan keluarga Jamornhum.

"Jika kamu mencari Phi Forth, dia akan kembali sebentar lagi" ujarku sambil berjalan ke tempat tidurku dengan susah payah. Aku mengerang ketika mencoba untuk naik ke tempat tidurku.

"Duduklah" ujarku ketika aku melihat dia terus menatapku tajam. Dia seperti tersadar akan sesuatu. Dia mengangguk dan duduk di sofa yang ada di depan tempat tidurku. Dia terus menatapku penasaran. Membuatku canggung.

"Kamu.... Beam Jarujitranon?" tanyanya.

Aku terdiam sesaat. Aku tidak heran jika dia tahu namaku mengingat dia bagian dari keluarga Jamornhum.

"Ehm.....dan kamu?" tanyaku sambil menatapnya. Dia tidak memperlihatkan ekspresi apapun. Tapi dia tidak melepaskan pandangannya dariku.

"Sudah berapa lama kamu mengenal Phi Forth?" tanyanya. Wah, dia benar-benar tidak sopan. Dia bahkan belum menjawab pertanyaanku dan malah mengajukan pertanyaan lain!

"Apa kamu pernah mendengar kata take and give. Aku hanya akan memberikanmu informasi jika kamu memberikanku informasi" ujarku tidak senang. Reaksiku membuatnya tersenyum tipis. Lucu? Dia pikir aku melucu?

"Jika kamu tidak mau menjawabnya tidak apa. Toh aku tetap akan mendapatkan informasi tentangmu dari Phi Forth" ujar pria didepanku dengan suara angkuhnya. Seakan dia berkata bahwa dia begitu mengenal Phi Forth dan Phi Forth akan menjawab semua pertanyaannya. Aku menatap bocah di depanku dengan tidak senang. Aku hendak mengatakan sesuatu tapi pintu ruang kamar terbuka.

Phi Forth, Tuan Oh, Wayo, dan seorang perawat masuk ke dalam ruangan. Bocah sombong yang awalnya duduk di sofa berdiri. Dia berjalan ke arah Forth. Wajahnya terlihat khawatir.

"Lam!" Phi Forth sepertinya terlihat bahagia melihat bocah tersebut.

Lam memberi salam kepada Tuan Oh, phi Forth, dan Wayo "Melihat phi bisa berteriak seperti ini, aku merasa lega" ujarnya. Ekspresi bocah tersebut berubah ramah ketika dia bicara dengan Phi Forth.

Phi Forth tersenyum di kursi rodanya "Aku tidak akan mati begitu mudah"

Perkataannya membuatku mendengus di atas tempat tidurku. Apa yang dia sombongkan di depan bocah itu? Jika bukan karena aku, dia sudah akan terbujur kaku saat ini.

Internal AffairsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang