Dua Puluh Dua

1.3K 166 28
                                    

A/N

Plot saya sudah sampai disini. Bab ini mengandung kekerasan, tapi Saya tidak akan menjelaskan detail proses penganiayaan dan pelecehan seksual yang dilakukan. Kalian bisa menggunakan imajinasi kalian sendiri. Untuk mereka yang memiliki gangguan/disorder atau depresi saya sarankan tidak membaca bab ini. Saya mencoba membuat Bab depan bisa dibaca oleh mereka tanpa membaca Bab ini. Tapi tentu saja detailnya saya ceritakan di Bab ini.

Bab ini adalah Bab terberat yang pernah saya buat.

****

"Evil Prevails only Good People Die Young" - internal Affairs 2

*****

Selama tiga tahun bekerja di Red Dragon, Chailai selalu berhasil mempertahankan perasaan dan menjaga kepercayaan dirinya agar dia bisa bertahan hidup. Demi ibunya. Demi dirinya sendiri. Itulah alasan kenapa dia bisa bertahan selama ini, tapi melihat Beam terus menerus di depannya entah kenapa rasanya seperti tercambuk. Sebenarnya Beam tidak melakukan apapun padanya. Tapi tatapan prihatin dan emosi yang Beam pancarkan setiap dia melihat para pria yang menyentuh tubuh Chailai membuat Chailai menyadari betapa kotor dan rendahnya pekerjaannya.

Perhatian Beam semakin membuat Chailai merasa hina. Bahkan tanpa kehadiran Beam pun, Chailai bisa merasakan tatapannya. Hal ini membuat Chailai tanpa sengaja menolak seorang pelanggan, sehingga pelanggan tersebut berbuat kasar dan melukainya.

Seed menarik dagu Chailai dan mengamati luka di wajahnya Chailai dengan kesal "Ck Apa kamu mau cari mati? Lihat ini? Kalau sudah begini bagaimana kamu akan bekerja?" Desis Seed kesal.

Chailai tidak mengatakan apapun. Bagi Seed, dia tidak lain hanyalah alat untuk menciptakan uang dan kepuasan. Di dunia ini, pekerjaannya adalah yang terendah di rantai pekerjaan. Dia tidak ada bedanya dibandingkan budak. Dia tidak memiliki kebebasan dan perasaan. Dia harus melakukan kemauan pelanggan tidak peduli sekejam apapun mereka.

"Maaf"

Hanya itu yang bisa Chailai katakan. Seorang pekerja rendahan sepertinya tidak bisa membela diri. Tapi sepertinya mood Seed sedang tidak bagus.

Plak

Seed menampar Chailai sangat keras sehingga Chailai merasakan darah mengalir di sisi dalam mulutnya.

"Maaf! Apa maaf akan mengkompensasi seluruh kerugian dan nama baik dari club-ku?" Seed mendorong wajah Chailai ke meja kerjanya.

"Sudah kukatakan berapa kali, kamu hanyalah alat. Alat tidak memperlihatkan emosi. Dia bekerja sesuai kemauan pemiliknya" Seed membungkuk di belakang tubuh Chailai dan mendesis ke telinga Chailai.

Chailai mencoba mengendalikan emosinya.

"Mungkin ini saatnya melatihmu kembali"

Perkataan Seed membuat Chailai terkejut. Dia merutuk dirinya. Diantara pria yang menyentuhnya, Seed adalah salah satu pria yang masuk dalam daftar pria yang dia benci. Karena dia hanya akan puas ketika dia melihat wanita dibawahnya menangis.

"Saya tidak akan melakukannya lagi" Tegas Chailai. Tapi sepertinya Seed tidak mendengarkan. Chailai merasa jantungnya berhenti ketika dia mendengar Seed membuka pengait celananya. Dan setelah itu, mimpi buruk Chailai kembali. Disaat seperti ini, Chailai berharap dia bisa melupakan saja dunia ini dan menyusul ibunya. Tapi dia sudah berjanji pada ibunya, untuk tetap hidup tidak peduli sesusah apapun. Karena itu, Chailai menahan dirinya dari semua rasa sakit dan hina yang Seed berikan padanya malam ini.

Dan sejak malam itu juga, Chailai sudah bertekad bahwa dia akan mengakhiri semua perasaan hina ini. Dia tidak bisa terus bekerja pada Seed. Saatnya meraih kebebasan dirinya. Lebih baik mati berjuang dari pada mati seperti manusia rendahan.

Internal AffairsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang