Dua Puluh Sembilan

1.5K 169 17
                                    


Pelabuhan Laem Chabang yang sepi tiba-tiba berubah menjadi ramai. Mulai dari polisi, mafia, petugas para medis, pihak militer, para penumpang kapal pesiar, hingga wartawan berkumpul menjadi satu di Laem Chabang.

"Ugh..." Beam mengerang kesakitan. Dia tidak merasakan apapun selama penyergapan tapi setelah semua ketegangan berlalu kini dia menyadari cedera di bahu kanannya.

"Kenapa?" Tanya Noey khawatir.

Beam meringis "kupikir bahuku patah pak"

Noey menatap Beam panik "apa sesuatu terjadi?" Dia menatap anak buahnya.

"Kenapa kalian diam saja. Bawa Beam ke rumah sakit" Perintahnya.

Perkataan Noey disambut senang oleh Bobby, Ten, Earth, Sing, White, dan Tul. Mereka berlomba menuju Beam. Mereka bahkan saling mendorong.

"hei, dia adalah patnerku. Aku yang harus membawanya ke rumah sakit" Ujar Earth.

"Ck... Pacarmu hampir membuat gagal rencana kita. Jadi jika kamu merasa sedikit rasa bersalah, Menyingkirlah" Ujar Bobby sambil menahan Earth.

Kesempatan ini digunakan oleh Sing untuk berjalan ke arah Beam tapi Ten menahannya.

"Serahkan masalah ini pada seniormu" Perintah Ten. Ten bukan hanya mengancam Sing tapi juga White dan Tul secara bersamaan.

Noey dan Beam hanya bisa menggeleng melihat mereka.

"Ah sudah! sudah! Biarkan Earth membawa Beam. Lagi pula, kasus ini akan ditangani direktorat kalian jadi kalian tidak bisa meninggalkan tugas" Perintah Noey pada yang lainnya.

Ten, Bobby, Sing, White, dan Tul menatap Noey kecewa. Sementara Earth berjalan menuju Beam dengan senyum penuh kemenangan.

"Mau aku bantu berdiri? Kamu ingin digendong di punggung atau seperti tuan putri?" Goda Earth.

"Ai jerk!" Beam berdiri dan menendang Earth "yang terluka adalah bahuku berengsek! Bahu!" Protesnya sambil berjalan disamping Earth.

"Aku tahu" Ujar Earth sambil memukul bahu Beam yang terluka dengan sengaja. Beam meringis dan menatap Earth kesal. Earth tertawa dan berlari menuju mobilnya.

"Tunggu saja berengsek. Aku akan mendapatkanmu dan menghajarmu!" Teriak Beam sambil berlari mengejar Earth.

Bobby, Ten, Sing, White, dan Tul menatap punggung keduanya dengan kesal.

"Dia pura-pura bukan?" Tuduh Bobby pelan.
"Paling juga dia malas disuruh bikin laporan" Jawab Ten.
"Atau dia tidak ingin bertemu Phana dan yang lainnya" Ujar Sing.
"Kudengar dia dijuluki tukang bolos sekarang aku mengerti kenapa" Ujar White.
"Dia hanya ingin bekerja di lapangan dan tidak mau disuruh buat laporan" Ujar Tul sambil berdecak.

Noey yang mendengar keluhan mereka cuma menggeleng.

"Kenapa? Kalian iri? Ingin aku mengatakan pada bos kalian untuk mengirim kalian jadi mata-mata lain kali?" Protes Noey.

Bobby, Ten, Sing, White, dan Tul menggeleng cepat.

"Kami senang bekerja di belakang meja" Jawab Bobby
"Aku bahkan tidak keberatan jadi tukang buat kopi" Sahut Ten.
"Aku akan membuat laporannya sempurna" Balas Sing.
White dan Tul hanya mengangguk setuju pada perkataan senior mereka.

Noey menggeleng "kalau begitu tunggu apa lagi!" Perintahnya yang langsung membuat Bobby, Ten, Sing, White, dan Tul berlari menuju mobil mereka masing-masing.

*****

"Aw" Beam mencoba tidak meringis kesakitan di depan dokter yang berjaga di IGD tapi ketika sang dokter menekan luka memarnya, dia tidak kuasa menahan sakitnya.

Internal AffairsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang