Empat Belas

1.9K 206 20
                                    

Cerita ini mengandung unsur kekerasan sehingga tidak cocok untuk anak dibawah 21 tahun kebawah. 

******

Beam POV

Setelah malam itu, Phi Forth tidak mengatakan apapun. Dia memilih untuk bersikap seperti kejadian itu tidak pernah ada. Begitu juga denganku. Aku bersikap seperti aku tidak pernah mendengar Phana atau Ayahnya yang ingin membuatku bergabung dengan mereka atau mereka mungkin akan melenyapkanku. Ketika aku menerima pekerjaan ini, aku sudah tahu risiko yang harus aku hadapi.

Aku kembali menyibukkan diriku dengan "pekerjaanku". Membuat laporan keuangan berdasarkan laporan anak buahku. Aku tidak perlu mengkhawatirkan soal White Dragon, aku punya March yang bisa dipercaya. Tapi, aku mengamati laporan dari bisnis narkotika Phana di selatan. Keningku mengkerut melihat laporan dari salah satu anak buahku. Bagaimana bisa kamu menjual barang yang tidak bisa seseorang tolak dan omsetmu malah menurun? Entah karena kliennya mati overdosis, ditangkap polisi, atau berpindah ke pemasok lain. Apapun itu, Phana tidak akan senang melihat hasilnya.

"Bagaimana menurutmu?" tanya Phana ketika aku melaporkan perkembangan bisnisnya.

Aku menatap Phana tanpa ekspresi apapun. Entah dia sedang mengujiku atau dia memang meminta saranku. Tapi dari ekspresinya yang seperti ingin melenyapkan anak buahku yang tidak kompeten, aku yakin dia ingin mengujiku.

"Aku akan menyelidikinya" jawabku. Aku tidak ingin kehilangan seorang anak buah hanya karena Phana tidak mampu menahan emosinya.

"Bagaimana dengan lukamu?" tanyanya khawatir.

Aku tersenyum tipis. Dia ingin membunuhku beberapa hari lalu dan lihat bagaimana dia mengkhawatirkanku sekarang.

"Luka luarnya sudah membaik. Aku hanya perlu memulihkan tulangku tapi aku yakin aku akan baik-baik saja"

Phana mengangguk "Aku akan mengirimkan beberapa orang untukmu. Dan berhenti bersikap seperti kamu tidak punya uang. Aku memberikan cukup bagimu untuk hidup mewah jadi gunakan lah" desisnya.

Aku hanya tersenyum tipis dan mengangguk sebelum keluar dari ruang kerjanya lalu kembali ke kamarku, Well, kamar Phi Forth tepatnya. Aku bernafas lega setelah melihat Phi Forth belum kembali dari kantornya.

Phi Forth sudah mulai kembali bekerja beberapa hari lalu. Itu membuatku lebih mudah untuk menghindarinya. Aku akan tidur lebih dulu dan bangun lebih dulu darinya. Sejauh ini, aku sangat ahli dalam melakukannya. Sejujurnya aku tidak ingin menyakiti perasaannya tapi hanya karena dia membuat jantungku berdebar dan membuatku bahagia setiap berada bersamanya, bukan berarti aku harus mengungkapkan segalanya terutama pekerjaanku. Lagi pula, lebih baik jika dia tidak tahu sama sekali. Jika dia tahu, kemungkinan besar dia akan mencoba ikut campur dengan urusanku dan dia bisa mengacaukan segalanya. Aku lebih senang begini tanpa teman yang merecokiku.

Aku mendesah

Bicara soal teman, sudah beberapa minggu aku tidak bisa bertemu Earth. Aku yakin Earth tahu aku sedang terluka dan pasti saat ini dia dalam keadaan panik. Tapi tidak ada yang bisa aku lakukan. Aku tidak bisa keluar tanpa memberikan alasan. Aku menunggu alasan yang tepat untuk keluar dari rumah ini dan menemui Earth.

"Besok adalah saat yang tepat" pikirku.

*****

"Kamu akan mulai bekerja?" tanya Phi Forth khawatir ketika dia melihatku mengenakan kemeja putih dan celana hitamku.

"Ehm.." jawabku sambil merapikan rambutku. Dari cermin aku bisa melihat Phi Forth menatapku khawatir.

"Aku akan baik-baik saja. Setelah di pikir, siapapun yang mencoba membunuhku akan berpikir dua kali untuk melakukannya lagi setelah kegagalannya. Dan jika dia mencoba lagi, aku akan memastikan bahwa pria tersebut menderita sebelum dia menemui ajalnya di tanganku"

Internal AffairsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang