Yoga berdiri di sebuah keramaian dengan senyum ramah pada mereka yang berbicara dengannya, sesekali dia berbicara dengan keras saat musik yang menjadi backsound mengganggu pendengarannya saat berbicara dengan temannya. Tak ada yang aneh saat itu hingga dia melihat seorang gadis dengan dress biru yang jelas bukan dari brand yang biasa digunakan oleh orang selevel dirinya, tapi sosok itu tampak begitu sempurna dengan senyum tipis yang entah mengapa terlihat begitu terpaksa.
Sosok itu perlahan mendekati Yoga selangkah demi selangkah yang membuat jantung Yoga berdetak sangat cepat seperti penderita aritmia hingga akhirnya gadis itu memangkas jarak antar dirinya dan juga Yoga.
Dalam gerakan cepat tanpa bisa Yoga terka sebelumnya gadis itu memegang pipi Yoga kemudian dengan beraninya memberikan sebuah ciuman lembut di depan banyaknya tamu lalu dengan gerakan lambat dia memeluk Yoga dam membisikkan kata terakhir pada lelaki itu.
"Aku mencintaimu. Selamat tinggal."
Sebelum Yoga mendapatkan kesadarannya gadis itu sudah hilang dari pandangannya digantikan oleh suara berat yang memanggil namanya.
"Dokter Yoga, Dok bangun Dok." Yoga tersentak kaget. lagi-lagi dia memimpikan gadis itu. Apa dia masih merindukan gadis itu setelah enam tahun lamanya? Maka jawabannya adalah iya.
"Ada apa Jim?" Yoga tak pernah menghormati rekan sejawatnya itu dan lebih senang memanggilnya tanpa ada embel-embel "Dok" seperti yang sering Jimmy lakukan pada Yoga.
"Kamu nggak pulang? Bukankah kamu nggak ada shift malam hari ini?" Yoga mengangguk, tapi dia juga tak ingin pergi dari rumah sakit, jelas bukan tanpa alasan dia tak ingin ibunya merecokinya dengan perintah untuk makan malam bersama dengan Jenny.
"Siapa yang shift malam hari ini?" tanya Yoga memastikan apakah Jenny ikut shift malam atau tidak?
"Teo, Jenny, Lisa dan Jeka." Yoga tersenyum tipis itu artinya dia bisa pulang dengan tenang hari ini.
"Baik aku akan pulang."
"Kamu nggak ngerasa kalo kamu berlebihan ke Jenny. Dia menyukaimu dan sebentar lagi kalian akan tunangan jangan lupakan lima ratus orang akan kalian undang. Bersikaplah dewasa Ga." Ini pertama kalinya Jimmy memarahinya tentang sikapnya yang kelewat dingin pada Jenny.
"Itu tergantung dari mana kamu memandang Jim. Kamu tahu aku dan dia sama–sama saling melukai." Jimmy hanya menghembuskan napas kesal, Yoga dan segala keegoisannya selalu membuatnya emosi.
"Jadi mana yang menurutmu lebih bagus?"
Rosie harus mendengarkan pertanyaan yang sama sejak sepuluh menit yang lalu, Sonya yang terus saja menanyakan undangan mana yang pas untuk pernikahannya enam bulan lagi, waktu yang masih sangat lama, tapi dia sudah repot memilih desain undangan. Harusnya Rosie sadar jika Sonya sudah memanggilnya maka itu tandanya ada hal tidak penting yang akan merepotkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
✅The Raindrop
Romancekau pernah berkata bahwa mencintaiku seperti cinta hujan keada bumi menyakitkan katamu karena kau tetap mencintai walau jatuh tapi pernahkah kau berfikir tentang bumi? ia tetap menunggu hujan turun meski ribuan kali ditinggal pergi. sekarang lebih m...