thirty first rain

679 85 19
                                    

Bukan hal yang sulit bagi Jenny untuk mengetahui keberadaan Yoga sejak dia sendiri memasang alat pelacak di ban mobil Yoga, dan di sinilah dia sekarang di dalam mobil mengamati seorang lelaki dewasa yang tengah berkencan dengan seorang anak balita.

Melihatnya membuat Jenny berandai andai, bagaimana jika anak kecil yang tengah disuapin Yoga adalah anaknya dan Yoga mungkin itu adalah masa-masa paling membahagiakan baginya. Sayangnya, dia hanya bisa berandai-andai karena nyatanya anak itu bukan anaknya.

Yoga bahkan tak pernah sekali pun mengharapkan anak darinya dan semua ini karena Roseanne Park. Wanita itu adalah batu besar dalam hubungannya dengan Yoga. Jika saja wanita itu menghilang dari bumi ini Yoga pasti akan menjadi miliknya sepenuhnya.

"Harusnya bukan anak dari wanita itu yang kamu ajak bermain, tapi anak kita," gumam Jenny sambil mengelus perutnya yang sebenarnya tak ada apa pun di sana.

"Jika bukan karena wanita dan anak itu, kita pasti akan menjadi keluarga yang bahagia," kata Jenny sambil terus mengamati Yoga dan Gara hingga sebuah telpon mengganggunya.

"Siapa?" tanya Jenny tanpa basa-basi pada sangat penelepon yang tak ia ketahui.

"Apa itu selalu ditanyakan oleh seorang penguntit?" Bersamaan dengan itu jendela mobilnya diketuk dan menampilkan wajah seorang wanita setengah bule yang pernah ia lihat di rumah sakit.

"Buka jendelanya bitch," kata Sena pada Jenny sambil terus mengetuk jendela mobil Jenny.

"Apa maumu? Aku tak mengenalmu." Sena menampilkan wajah garangnya masih mengetuk-ngetuk jendela mobil Jenny.

"Kamu juga tak mengenal keponakanku kenapa kamu terus mengikutinya? Kamu pedofil?"

Tadinya Sena memang hanya ingin melihat Gara dari jauh seperti permintaan sumber uangnya a.k.a Steven, tapi setelah melihat mobil yang selalu mengikuti Gara dan Yoga ia merasa bahwa orang yang melakukan itu bukan orang baik. Jadi, dia menghampirinya dan benar wajah wanita yang dia do'akan agar sengsara tiap hari minggu berada di sana. Sena langsung menghubungi Jenny dari nomor yang pernah diberikan oleh Dio.

"Aku tak mengikuti keponakanmu, aku mengikuti suamiku."

"Ah suami? Suami dalam status?" sindir Sena yang membuat Jenny mendengus.

"Apa bedanya dengan kakakmu yang hanya dimanfaatkan Rosie untuk kembali kepada Yoga. Lihatlah sekarang, Yoga sudah dekat dengan anaknya itu hanya menunggu waktu mereka dekat dan dia akan meninggalkan Kakakmu." Sena tertawa mendengarnya.

"Ku pikir kamu salah paham di sini. Kamu tak mengenal Kak Rosie dengan benar, dia sudah mencintai kakakku walaupun mungkin dia belum menyadarinya, tapi dia akan segera menyadarinya. Jika kamu pikir dia kembali untuk mengambil Yoga darimu kamu salah. Karena targetnya bukan Yoga, tapi kamu." Jenny terdiam tak mengerti.

"Bersiaplah, sebentar lagi karma akan mendekat padamu, memelukmu hingga kamu berpikir lebih baik mati," kata Sena lalu meninggalkan Jenny yang mendengus kesal.

"Karma? Tahu apa dia tentang Karma." Jenny dengan wajah sengaknya.

-o0o-

"Kamu benar, kamu adalah dok—"

Belum sempat Steven menyelesaikan ucapannya Rose sudah membungkam bibir Steven dengan bibirnya. Steven yang masih kaget ini memang bukan pertama kali mereka berciuman, tapi ini adalah pertama kalinya Rose menciumnya lebih dulu, bahkan saat mereka menikah Steven hanya mengecup ujung bibir Rose saja.

"Sepertinya aku sudah tahu jawabannya," kata Rosie sambil menyentuh dadanya yang terus berdetak tak karuan.

Steven tak apa yang baru dikatakan Rosie, lelaki itu sedang menemui euforia nya sendiri setelah bertahun-tahun bersama akhirnya Rosie menciumnya tentu hal itu membuatnya senang bukan kepalang lihatlah bagaimana bibirnya hampir menyentuh telinganya dan wajah yang memerah persis seperti remaja pubertas yang sedang jatuh cinta.

✅The Raindrop Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang