nineteenth rain

567 87 2
                                    

Kenapa kamu kembali?" tanya Dewi kepada Rosie yang kini duduk di depannya dengan rasa was-was memikirkan skenario yang mungkin akan terjadi.

"Bukankah aku sudah memintamu untuk menjauhi anakku?" katanya lagi dengan angkuh dan Rosie belum ingin menjawab kata-kata wanita itu.

"Kamu ingin semua yang sudah kulakukan di masa lalu terulang lagi?"

"Apa anda tak lelah melakukan itu semua?" tanya Rosie pada Dewi.

"Apa maksudmu?"

"Apa anda tidak lelah menghancurkan hidup orang lain hanya untuk tujuan anda? Apa anda bahkan tak peduli dengan keinginan anak anda." Dewi tertawa dengan pertanyaan Rosie.

"Untuk anak naif sepertimu tak akan mengerti kerasnya dunia. Di dunia ini tak ada yang tulus," kata ibu Yoga dengan gaya angkuhnya.

"Itu karena anda melihat dengan mata Anda bukan dengan hati anda," ujar Rosie dengan tegas dia tak menyukai kata-kata ibu Yoga.

"Huh, aku tak tahu apa yang membuatmu menjadi berani kepadaku jika kuingat enam tahun lalu kamu bahkan tak berani menatap mataku." Rosie tersenyum kecil.

"Saya belajar dari masa lalu. Saya bukan Roseanne Park yang Anda kenal dulu. Saya bukan gadis lemah yang akan takut dengan ancaman Anda. Dan yang perlu Anda tahu bahwa bagaimana pun cara Anda memisahkan kami kami akan tetap bersama." Rosie berdiri.

"Jika tidak ada yang ingin Anda katakan lagi saya mohon pamit. Selamat siang."

-o0o-

Jenny tengah duduk di kursi kerjanya saat sambil melihat infotainment yang entah mengapa menyoroti rumor tentang Rosie, dia dan Yoga. Kesal dan marah bercampur menjadi satu, dia sangat berharap bahwa saat dia menggunakan cara kotor itu Yoga akan berpaling padanya.

Namun, sepertinya dia salah, tak seharusnya meremehkan seorang Roseanne park.

"Apalagi yang harus kugunakan sekarang?" tanyanya pada diri sendiri.

Otaknya sudah tak bisa merencanakan sesuatu untuk memisahkan Yoga dan Rosie. Cara mendapat dukungan dari kaum ibu-ibu tak bisa ia gunakan, mengancam Yoga dengan memecat Rosie sama sekali tak berdampak apa pun. Ia bahkan tak mendapat dukungan orang tuanya saat tahu apa yang terjadi antara Yoga, Rosie dan juga Dewi melalui video yang viral itu.

Kini dia benar-benar sendiri tak ada yang membantunya, orang tuanya sendiri berencana menemui Dewi untuk membatalkan perjodohan antara kedua anak mereka, dan Jenny tak bisa membiarkan itu terjadi.

Ia sangat tahu bahwa perasaannya pada Yoga sekarang sudah tak lagi murni. Ia tahu sekarang yang ia rasakan adalah obsesi. Obsesi untuk memiliki Yoga bagaimana pun caranya ia akan lakukan asal lelaki itu jatuh ke pelukannya.

"Jenny," panggil Lisa

"Ada apa?" tanya Jenny ketus.

"Kamu sudah mendengar kabar bahwa pasien yang terkena kanker kemarin?"

Jenny ingat seseorang yang bertengkar dengan orang tuanya karena tak ingin berobat dengan alasan dia tetap akan mati dan itu hanya akan menyusahkan orang tuanya saja.

"Ah anak nakal itu?"

"Ya dia."

"Kenapa dengannya?"

"Dia meninggal tadi pagi." Bukan hal mengagetkan karena kanker yang diderita anak itu sudah menyebar ke organ penting di dalam tubuhnya.

"Oh."

"Hanya oh?" Lisa tak suka dengan respon Jenny yang biasa saja.

"Lalu aku harus apa? Itu memang sudah takdirnya untuk mati."

✅The Raindrop Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang