eighth rain

879 127 5
                                    

Sonya memasuki kamar Rosie yang begitu penuh dengan nuansa baby pink. Hal itu wajar karena Rosie sangat menyukai baby pink bukan hot pink, tapi baby pink.

Langkah Sonya sama sekali tak mengganggu Rosie yang tengah memandang ke arah jendela dengan tangan yang memegang hot chocolate instan yang ia buat beberapa menit lalu dan sama sekali belum ia cicipi.

"Ada apa lagi?" tanya Sonya membuyarkan semua lamunan Rosie tentang semuanya, tentang dia, Yoga dan kehidupannya.

"Ada apa?" Decakan Sonya membuat Rosie mengangkat sebelah alisnya bingung.

"Irene bilang kalau kamu makan siang sama Yoga terus pas pulang kamu kayak buru-buru, so menurut pengamatan si cantik Sonya kamu lagi ada masalah." Hembusan napas panjang dari Rosie cukup menjadi jawaban untuk Sonya, hembusan napas itu sudah sangat menjelaskan.

"Jadi, dia udah tahu atau mau balikan?" Asumsi Sonya kadang membuat Rosie seperti merasa bahwa temannya ini adalah seorang cenayang.

"Balikan."

"Ya udah balikan aja, kamu masih sayang sama diakan? What are you waiting for?"

Sonya menempatkan dirinya dengan nyaman di atas kasur yang lagi-lagi berwarna baby pink.

"Kalau saja semudah itu."

"Terus bagian mananya yang sulit? Heran aku. Ini nggak kayak kamu dipaksa hidupin orang mati Rosie. Ini bahkan lebih gampang dari main gundu. Kamu bilang iya dan voila kalian pacaran tunangan, nikah dan hidup bahagia selama-lamanya. Tamat."

"It's about his mom."

6 tahun Lalu

Rose, Dio, Sonya dan Abraham sedang mendiskusikan tentang sebuah penyakit yang sempat dijelaskan oleh dokter pembimbing mereka. Ya, mereka masih menjadi seorang intern di sebuah rumah sakit swasta yang kecil di daerah Jakarta timur lalu tiba-tiba seorang ibu-ibu dengan gaya bak sosialita mengintruksi diskusi mereka dan meminta Rosie untuk mengikutinya.

Tadinya Sonya hendak melarang karena sejujurnya dia sudah tahu maksud dari wanita itu, tapi Rosie bukanlah orang yang mudah menolak, jadi dia mengikuti wanita itu tanpa tahu bahwa ketiga temannya itu juga ikut mengikutinya diam-diam.

"Ibu pengurus pantimu sudah mengatakannya padamu?" katanya setelah duduk di sebuah kursi di taman rumah sakit.

"Belum."

"Hah wanita itu benar-benar keras kepala, sepertinya dia lebih sayang denganmu dibanding anak-anak itu," katanya sambil berlagak sebagai wanita yang angkuh dengan tangan yang ia lipat di depan dada dan menyandarkan diri di kursi.

"Apa maksud Tante?" Wanita itu tak menjawab, tapi memberikan sebandel kertas dan menyerahkannya pada Rosie dan mengamati setiap ekspresi terkejut dan juga marah dari wajah Rosie yang kini sudah memerah sempurna kontras dengan warna kulitnya yang putih.

"Gusur?"

"Yap, kamu pikir ucapan saya tempo hari main-main?"

Rosie diam menutup matanya sebentar dan mengepalkan tangannya kuat kuat hingga buku buku jarinya memutih hanya untuk menahan emosinya agar tak meledak di depan wanita yang melahirkan orang yang kini menempati hatinya.

"Tante nggak bisa libatin mereka dalam urusan ini, mereka nggak ada hubungannya dengan hubungan saya dan Yoga."

"Nggak ada hubungan kata kamu? Jelas mereka punya hubungan denganmu, hanya karena kamu sudah keluar dari panti itu bukan berarti mereka tidak ada hubungan denganmu."

✅The Raindrop Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang