Jalanan Jakarta yang tak pernah tak macet selalu sukses menguras kesabaran Chandra yang tak seberapa itu. Ia sudah terlambat lima belas menit karena pekerjaannya dan sekarang ditambah dengan padatnya kendaraan yang membuatnya stay di jalan Thamrin selama beberapa menit. Satu hal yang ia syukuri adalah ia menggunakan mobil jadi dia bisa membunuh waktu dengan mendengarkan musik.
Setelah menempuh perjalanan yang panjang akhirnya Chandra sampai di tempat janjian mereka yang tak lain adalah rumah Yena.
"Sorry aku telat."
"Biar gue tebak alasannya pasti macet." Yena selalu saja menganggu Chandra hanya karena alasan simple dia iri dengan Chandra yang tingginya seperti menara sutet sedangkan dirinya hanya setinggi pohon bayam.
"Ya cuma alasan itu yang paling pas," kata Chandra lalu duduk di sofa tanpa menunggu sangat tuan rumah mempersilahkan.
"Nggak pernah ketemu kok tinggi lo makin nggak manusiawi sih Kak?" Entah Yena menyindir atau memang takjub dengan tinggi Chandra yang memang sudah bertambah dari terakhir kalau mereka bertemu.
"Bukan aku yang tambah tinggi, tapi kamu yang tambah menyusut." Yena mencibir Chandra sedangkan Sonya sudah biasa dengan pemandangan itu hanya bisa menggelengkan kepala prihatin.
"Jadi apa yang bisa kubantu?" tanya Chandra to the point ia tak suka jika dirinya merasakan yang namanya rasa penasaran.
"Ini." Sonya memberikan hpnya kepada Chandra.
"Apa? Mau servis HP? Aku nggak bisa," kata Chandra setelah melihat HP Sonya yang LCD-nya sudah pecah.
"Bego sih Kak," umpat Yena lalu mengambil alih HP Sonya lalu memutarkan sebuah video yang di-copy dari memori Abe kemudian memberikannya kepada Chandra.
Chandra melihat video itu dengan segala emosi yang bercampur di salah hatinya. Sedih, marah ,kesal, kecewa.
"Kenapa kalian nggak ngasih tahu dari dulu?" Chandra meremas rambutnya dengan kencang menyalurkan kekesalannya yang selama ini tak tahu apa-apa.
"Sorry Kak, bukannya kita bermaksud nyembunyiin, tapi semuanya udah telat buat ngasih tahu Kakak sekali pun." Sonya mengungkapkan apa yang ada dipikirannya dan napas Chandra yang tadinya memburu kini mulai tenang.
"Masalahnya cuma harus bikin video ini viral, kan?" tanya Chandra dan dibalas anggukan kepala dari Sonya dan Yena.
"Kita nggak bisa nyebar video itu karena tahu sendiri pasti langsung bisa di blok sama orang-orang itu dan akun kita udah di blok lamtur jadi nggak mungkin minta tolong untuk naro di akun itu."
"Oke aku ngerti biar aku yang ngurus setelah ini," ujar Chandra lalu meminta Sonya untuk mengirim video itu ke hpnya dan setelah mendapatkannya ia langsung pergi begitu saja.
-o0o-
Saat bicara bahwa Rosie ingin ke pantai Yoga berpikir sangat keras untuk menemukan pantai bagus di Jakarta. Bahkan ia mengunjungi banyak laman internet untuk mencarinya karena jujur saja walaupun selama 28 tahun berada di Jakarta ia belum pernah sekalipun berlibur di pantai yang berada di Jakarta jadi dia perlu melakukan riset. Dan setelah hasil riset kilatnya akhirnya dia memilih pulau Bidadari yang berarti dia harus menyebrang Muara Angke dulu.
Dan di sinilah mereka sekarang duduk di atas speed boat dengan rompi pelampung yang mereka gunakan. Rosie sedikit pusing karena ia tak terlalu biasa dengan goyangan ombak walaupun dia menyukai laut. Sebagai kekasih yang baik Yoga membawa kepala Rosie yang sedikit pusing ke dadanya untuk bersandar.
"Bulan madu ya Kak?" tanya sangat pemilik speed boat yang mereka sewa.
"Belum Pak, cuma liburan," kata Rosie masih bersandar di dada Yoga karena dia cukup pusing dengan pergerakan kapal yang diterpa ombak.
KAMU SEDANG MEMBACA
✅The Raindrop
Romancekau pernah berkata bahwa mencintaiku seperti cinta hujan keada bumi menyakitkan katamu karena kau tetap mencintai walau jatuh tapi pernahkah kau berfikir tentang bumi? ia tetap menunggu hujan turun meski ribuan kali ditinggal pergi. sekarang lebih m...