Tak perlu bertanya Sonya sudah tahu bagaimana perasaan gadis yang kini terduduk sambil menyantap makanan pedas khas bandung itu. Meskipun orang-orang mungkin berpikir jika gadis itu sedang menangis karena seblak yang kepedasan nyatanya hal itu hanyalah kamuflase.
Makanan yang dia makan bahkan tak ada cabe-cabean yang mampir ke mangkoknya. Sonya hanya mengamatinya sambil meminum esnya menunggu calon suaminya menjemput mereka.
"Elap tuh ingus kamu." Sonya memberikan tisu pada Rosie yang masih menangis dalam diam.
"Sekarang apa yang akan kamu lakukan? Kamu nggak bisa lari lagi."
Rosie menghentikan acara makannya kemudian menatap Sonya yang juga menatapnya dengan pandangan prihatin.
"Aku tahu."
"Besok kamu akan ketemu dengannya lagi." Rosie melihat cincin yang melingkar dijari manisnya, dia beruntung karena dia sempat menyembunyikannya sebelum Yoga menyadari jika ia masih menyimpan cincin yang pernah diberikan kepadanya dulu.
"Aku akan menyimpan ini lebih dan mungkin aku bakal bilang persis sepeti apa yang sering kulatih bareng kamu."
"Kamu masih sesayang itu sama dia?"
Pertanyaan yang selalu diucapkan oleh Sonya bahkan itu selalu menjadi isi dari semua pembicaraan mereka.
"Sesayang itu."
"Lupain dia, kamu nggak bisa kayak gini terus." Ini juga bukan pertama kalinya Sonya menyarankan hal itu hanya saja biasanya Rosie akan diam sambil tersenyum, tapi kali ini gadis itu mulai menjawabnya.
"Sulit Son."
"Kamu kurang berusaha Ros."
"Benarkah? Apa yang harus aku lakuin lagi Son? Aku udah nyibukin diri. Sewaktu di Korea aku selalu ambil shift paling padat, aku juga pergi jadi dokter relawan perang, tapi itu malah membuatku semakin memikirkannya. Setiap aku merasa nyawaku di ujung tanduk aku malah melihat wajahnya yang tersenyum padaku. Sekarang aku harus apa?"
Selama ini Rosie adalah anak yang tangguh selalu menyimpan semuanya sendiri dan tak pernah menangis. Sonya ingat Rosie hanya menangis tiga kali. Rosie tak pernah menangis saat orang-orang menghinanya karena dia anak panti asuhan, Rosie juga tak menangis saat anak-anak nakal itu menempelkan permen karet di rambutnya, Rosie juga tak menangis saat ia jatuh dari sepeda hingga kakinya terluka.
Saat itu untuk pertama kalinya Sonya melihat Rose menangis karena seseorang yang membuat semuanya menjadi rumit. Ia tak tahu apa yang harus dia lakukan selain memeluk sahabatnya itu.
"Cobalah membuka hati untuk orang lain."
Andai saja semudah itu.
"Sial, ada apa dengan remnya?"
Steven terlihat panik mengendarai mobilnya yang semakin tak terkendali saat remnya sudah tak bisa digunakan dan dengan segala ketangkasannya menggunakan mobil, dia menabrakkannya pada pagar pembatas dari pada melukai orang-orang di jalanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
✅The Raindrop
Romancekau pernah berkata bahwa mencintaiku seperti cinta hujan keada bumi menyakitkan katamu karena kau tetap mencintai walau jatuh tapi pernahkah kau berfikir tentang bumi? ia tetap menunggu hujan turun meski ribuan kali ditinggal pergi. sekarang lebih m...