Jenny mungkin berpikir setelah pernikahannya dengan Yoga, Yoga akan memulai membuka hati untuknya, tapi semuanya salah besar.
Lima tahun menikah tak pernah sekali pun Yoga menyentuhnya, lelaki itu bak seorang biksu yang terpaksa menikah. Yoga bahkan tak pernah tidur satu ranjang dengan Jenny, ia memilih untuk tidur di kamar tamu dan menguncinya dari dalam, ia bahkan meminta tukang kunci untuk memasang kunci slot dari dalam. Bagi Yoga ini adalah balasan yang harus Jenny terima setelah apa yang ia lakukan pada hubungannya dengan Rosie.
Bicara tentang Rosie, gadis itu menghilang begitu saja setelah seminggu pernikahan Yoga. Yoga mencoba mencarinya lewat Sonya ataupun Chandra, tapi keduanya berpura-pura tak tahu dan mengatakan bahwa sebaiknya Yoga melupakan Rosie. Ditambah keluarga Rose yang tiba-tiba pindah ke luar negeri, semua itu semakin menyulitkan nya.
"Sampai kapan kamu akan seperti ini?" tanya Jenny yang tanpa sopan santun masuk ke dalam ruangan Yoga tanpa mengetuk ataupun meminta ijin.
"Apa maksudmu?"
"Kita sudah menikah lima tahun, tapi foto yang ada di mejamu bukan foto pernikahan kita, tapi foto wanita itu."
"Wanita itu punya nama. Namanya Roseanne Park."
"Aku tak peduli siapa dia, aku hanya peduli pada hubungan kita, tak bisakah kamu mencoba untuk menerimaku?" Perkataan itu lagi dan Yoga tak peduli itu adalah konsekuensi yang harus diterima Jenny karena mengacaukan hidupnya.
"Jika itu begitu sulit untukmu kita bisa memulainya dari hal yang paling mudah seperti makan bersama." Yoga mendengus sinis
"Makan bersama? Teruslah bermimpi," kata Yoga dengan dingin.
"Yoga!" pekik Jenny.
"Apa ingin mengadu? Silahkan. Mau bunuh diri? Silahkan. Aku akan mengadakan pesta pemakaman yang besar jika kamu melakukannya." Jenny benar-benar kehilangan kata-katanya.
"Kamu keterlaluan, aku masih istrimu."
"Jika kamu keberatan dengan sikapku, kamu bisa menceraikanku Bukankah itu sangat mudah?"
Jenny sudah tahu bahwa akhirnya akan menuju ke perceraian seperti setiap saat dia membicarakan tentang permasalah rumah tangga mereka Yoga selalu mengakhirinya dengan menawarkan perceraian. Dengan kesal Jenny keluar dari ruangan Yoga dan berjalan dengan emosi yang menumpuk hingga ia menabrak seorang anak kecil.
"Sakit," kata anak kecil itu lalu Jenny berjongkok untuk melihat keadaan anak kecil itu.
"Ah maaf, Tante nggak lihat kamu, kamu tak apa-apa?" tanya Jenny pada anak itu.
Anak itu terlihat sangat menggemaskan dengan pipi yang seperti bakpao dan mata sipit dan kulit putih seperti keturunan Cina atau Korea.
"Apa maksudmu tak apa-apa kamu tak mendengar dia bilang sakit?" Seorang wanita dengan wajah bule memarahi Jenny, Jenny berpikir bahwa itu adalah ibunya, tapi gadis itu terlihat terlalu muda untuk menjadi seorang ibu.
"Aunty, Gara nggak apa-apa," kata anak itu sambil menarik pakaian bibinya yang terlihat kesal pada Jenny.
"Benarkah? Ingat jangan dekat-dekat dengan orang itu. Dia berbahaya," kata bibi anak itu lalu menggendong Gara menjauh dari Jenny.
"This is why i don't want to go to this hospital." Bibi gara sengaja menggunakan Bahasa Inggris agar keponakannya tak tahu, tapi sayangnya dia lupa bahwa Gara lebih mengerti bahasa Inggris dibandingkan bahasa Indonesia.
"Aunty memang ada apa dengan rumah sakit ini.?"
"Di sini banyak monster jahat, Gara lihat dokter tadi? Dia monsternya. Sudahlah ayo kita temui Om Dio."
KAMU SEDANG MEMBACA
✅The Raindrop
Romancekau pernah berkata bahwa mencintaiku seperti cinta hujan keada bumi menyakitkan katamu karena kau tetap mencintai walau jatuh tapi pernahkah kau berfikir tentang bumi? ia tetap menunggu hujan turun meski ribuan kali ditinggal pergi. sekarang lebih m...