Twelfth rain

730 116 12
                                    

Selepas Rosie pergi meninggalkan restoran Yoga berusaha untuk mengejarnya, sayangnya Rosie sudah memasuki taksi dan dia cukup tahu bahwa Rosie sekarang menuju ke rumah sakit karena masih ada jadwal shift untuknya, jadi dia memilih untuk ke rumah sakit.

Namun, tujuannya bukanlah Rosie, tapi Jenny. Dia ingin memberi pelajaran kepada gadis licik itu, tapi hal itu membuat Rosie semakin memantapkan niatnya untuk putus setelah melihat Yoga masuk keruangan Jenny alih-alih mencarinya yang kini sudah melangkah ke arah taman belakang rumah sakit.

Sementara Yoga tak menyadari Rosie yang melihatnya menutup pintu Jenny dengan kencang hingga sang pemilik ruangan terkejut.

"Ngeliat cara kamu nutup pintu berarti dokter Rosie udah putusin kamu. Bukan begitu Dok?"

"Apa yang udah kamu bilang ke Rosie?" tanya Yoga sedikit membentak.

"Aku cuma ngasih undangan pertunangan kita sama beberapa spoiler omongan kita tadi siang." Yoga benar-benar kesal dengan gadis di depannya ini yang sama sekali tak menampilkan raut bersalah setelah menghancurkan hubungannya dengan Rose.

"Cukup omong kosongnya sekarang juga kamu jelasin ke Rosie kalau semua yang dia denger itu salah."

"Salah? Itu jelas suara kamu sendiri. Kamu yang ngomong."

"Tapi, kamu udah motong ucapan aku dan itu ngebuat Rosie salah paham."

"Itu artinya dia nggak percaya sama kamu dan dia nggak pantes buat kamu karena dia ngeraguin kamu." Yoga benar-benar tak bisa mengerti Jenny bagaimana gadis lemah lembut selama ini memiliki sifat yang sangat menakutkan

"Siapa pun bakalan raguin aku kalau dengerin omonganku yang udah kamu edit itu." Jenny tersenyum tipis.

"Aku nggak, aku nggak bakal raguin kamu."

"Sakit kamu." Setelah melihat sikap Jenny yang seakan terobsesi padanya membuat Yoga muak dan memilih untuk pergi dari hadapan gadis gila itu.

-o0o-

Sudah beberapa hari setelah Steven dirawat di rumah sakit harusnya dia bisa pulang setelah Dio mengijinkannya. Namun, sayangnya anak keras kepala itu tetap ingin berada di rumah sakit hanya untuk melihat bidadarinya, 'angel with caramel hair' begitu dia memanggil Rosie. Sayangnya selama berhari-hari dia belum menemukan gadis pujaannya.

Sebenarnya bukan dia tak menemukannya, tapi Rosie seperti memiliki jurus ninja dimana gadis itu langsung menghilang setelah merasakan hawa Steven akan mendekat.

Namun, di hari yang gelap dan hanya ada lampu-lampu redup dia melihat gadis pujaannya sedang duduk dengan bahu yang bergetar, tanpa ditanya dia sudah tahu bahwa Rosie sedang menangis, hanya saja dia tak tahu apa yang membuat gadis itu menangis. Jadi tanpa ragu dia mendatangi Rose dan duduk di sampingnya lalu melempar sapu tangan miliknya ke pangkuan Rose.

"Aku tidak menangis." Steven tersenyum tipis saat Rose tak mengusirnya mungkin karena Rose tak melihat wajahnya.

"Aku tahu, itu untuk menghapus keringatmu." Steven sengaja mengatakan itu karena ia yakin bahwa Rose bukanlah wanita yang suka memperlihatkan air matanya, jenis orang yang merasa bahwa air mata adalah tanda kelemahannya.

"Terima kasih."

"Ehm, tapi kenapa kamu nangis?" Rose mendongak dan menatap Steven tajam.

"Aku nggak nangis."

"Iya sorry sorry." Suasana menjadi tenang Steven tak berbicara setelahnya, hingga ia merasa suasana ini terlalu canggung dan dia berusaha untuk mencairkannya sekaligus untuk menghibur gadis di sampingnya ini.

✅The Raindrop Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang