eleventh rain

702 131 28
                                    

"Aku adalah tunangannya."

Kata itu terus saja terngiang di kepala Rosie bahkan dia tak bisa bekerja dengan benar karena itu hingga dia harus melimpahkan pekerjaannya pada Irene dengan alasan dia sedikit merasa tak enak badan. Syukurlah Irene tak bertanya lebih lanjut dan membiarkan Rosie tidur di ruangannya tanpa ia tahu bahwa Rosie hanya menutup matanya tanpa ada niatan untuk tidur. Dia sedang mengorganisir pikirannya sekarang.

Haruskah ia tetap bersama Yoga? Atau dia harus meninggalkan Yoga? Itu pemikiran yang bolak-balik melintas di kepalanya. Beribu pertanyaan muncul begitu saja, apa jika ia tetap bersama Yoga ia akan bahagia saat ia menyakiti orang lain? Tapi, apa ia juga bisa rela untuk meninggalkan satu-satunya lelaki yang ia cintai?

"Kenapa semuanya begitu berat?" tanyanya lebih pada diri sendiri.

"Apanya yang berat?" Suara Sonya tiba-tiba terdengar dan saat Rosie membuka mata dia melihat Sonya yang tengah berdiri di dekat pintu dengan tangan yang bersendekap di depan dada.

"Kenapa kamu nggak bilang kalau Yoga udah tunangan?" Bola mata Sonya membesar lalu berjalan mendekat.

Sejujurnya dia bingung bagaimana ia harus berhadapan dengan Rosie sekarang ia tak menemukan kata bijak untuk temannya itu, tapi dia juga tak bisa meninggalkan Rosie sendiri.

"Sorry." Rosie mendudukan dirinya dan menutup matanya dengan tangan kirinya berusaha memasukkan kembali air mata yang hendak turun.

"Mereka belum tunangan Ros."

"Tapi, mereka akan bertunangan Son."

"Nggak selama Yoga nggak makein cincin di jari Jenny. Yoga bakal nolak. Percaya sama aku."

"Tapi, itu bakalan bikin Jenny benci sama aku." Sonya ikut duduk di samping Rosie dia membawa kepala Rosie ke bahunya.

"Kamu nggak bisa buat semua orang suka sama kamu Rosie, bahkan Ovamaltine yang enak aja masih banyak orang yang nggak suka apalagi kamu yang nggak enak dimakan."

"Sonya aku lagi serius."

"Aku cuma ngasih analogi, jangan ngegas!"

"Tapi, analogi kamu nggak nyambung."

"Gini, jangan terlalu pikirin omongan orang selama kamu bahagia maka itu adalah jalan yang bener."

"Walaupun ngelukain perasaan Jenny?" Pertanyaan Rosie membuat Sonya mendengus.

"Terus kamu nggak mikirin perasaan Yoga? Dia nunggu kamu lebih dari enam tahun. Bayangain enam tahun! Yah walaupun nggak sekuat Tulus yang nunggu sewindu sih, tapi tetep aja enam tahun itu bukan waktu yang singkat. Dia bahkan nggak nanyain kenapa kamu ninggalin dia karena semua yang dia mau adalah kamu ada di sampingnya."

Rosie terdiam entah mengapa omongan Sonya membuatnya merasa bersalah pada Yoga, tapi saat itu ia tak punya pilihan.

"Kalau menurutku kamu harus ngomong ini sama Yoga karena ini juga menyangkut dia. So, talk to him."

-o0o-

"Aku udah bilang sama dia." Yoga dikagetkan dengan kedatangan Jenny yang tiba-tiba duduk di ruangannya, tapi dia hanya diam dan tak ada niat menanggapi.

"Kamu tunanganku." Yoga berhenti memperhatikan chart pasien dan memandang Jenny dengan tatapan tajamnya.

"Kalau dia gadis baik dia akan melepaskanmu."

Inikah Jenny yang sebenarnya yang selama ini tak pernah ia lihat? Begitulah kira-kira yang ada dipikiran Yoga, tapi di lain sisi kini dia mulai mengkhawatirkan Rosie. Ia sangat tahu Rosie bukan orang yang bisa menyakiti orang lain dan kemungkinan besar gadis itu akan meninggalkannya lagi.

✅The Raindrop Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang