thirty second rain

755 93 12
                                    

Jenny masih memperhatikan anak yang ia anggap sebagai anak haram yang sekarang sedang bermain bola bersama anak kecil lainnya dengan tawa khas anak kecil begitu lugu dan polos, tapi entah mengapa itu tak membuat hati Jenny luluh. Bagi Jenny anak itu tetaplah seorang pengganggu dan pengganggu harus di singkirkan.

Dewi Fortuna sedang berpihak pada Jenny, bola yang dikejar Gara kini tengah menggelinding ke arah jalan dan anak itu tengah berlari ke arahnya dan tanpa pikir panjang Jenny langsung menghidupkan mesin mobil dan melakukan mobilnya ke arah Gara. Dia terus melajukan mobilnya dengan mata tertutup hingga ia merasa menabrak sesuatu atau lebih tepatnya seseorang. Seseorang yang kini terpelanting kemudian jatuh.

Senyum bertengger di bibirnya hingga matanya tiba melihat Gara menangis dalam rengkuh Steven dan suara Rosie yang sedang menangis.

Kini Jenny sadar bahwa orang yang ia tabrak bukanlah Gara, tapi orang lain. Langkahnya gemetar ketika keluar dari mobilnya, pendengarannya berdenging, tubuhnya lemas melihat orang yang terbaring dengan darah yang terus mengalir sementara Rosie terus menangis sambil melakukan CPR.

"Bangun Ga, bangun." Rosie menangis sambil terus memompa dada Yoga, hingga Steven datang.

"Ambulans datang."

Para petugas medis membawa tubuh Yoga yang sudah tak sadarkan diri sementara Rosie masih berusaha memompa dada Yoga hingga detak jantungnya kembali walaupun masih lemah. Dia pun memasang alat-alat medis yang bisa membantu Yoga.

"Bangun brengsek, kamu mau ninggalin Gara?" Maki Rosie yang ikut di mobil ambulans sementara Steven mengikuti dengan Gara di mobil.

-o0o-

Ruang operasi masih menyala dan itu sudah beberapa jam lamanya, Rosie duduk dengan kepala yang bersandar pada Steven yang merengkuhnya. Baju Rosie penuh darah hingga Steven memberikan kemejanya pada Rosie membiarkan tubuhnya hanya terbalut kaos putih tipis.

"Apa Yoga bakalan selamat?" tanya Rosie.

"Dia pasti selamat," kata Steven mencoba meyakinkan Rosie.

"Kalau aja aku nggak dateng pasti semuanya nggak bakal kayak gini." Rosie kembali menyalahkan dirinya sendiri.

"Ini bukan salah kamu."

"Ini salah aku, Jenny nggak bakal ngelakuin itu kalau bukan karena Gara adalah anak aku dan Yoga, dia nggak bakal celakain Gara dan Yoga nggak bakal kayak gini." Rosie kembali terisak dan itu membuat Steven merasa ikut sedih karenanya.

"Ssst ini bukan salahmu, ini bukan salahmu. Semua ayah akan melakukan hal yang sama. Jangan menangis, Yoga pasti nggak mau lihat kamu nangis." Steven menghapus air mata Rosie lalu dikecup nya mata Rosie satu persatu.

"Jangan menangis lagi, kamu menyakitiku jika kamu menangis," tambah Steven yang langsung membuat Rosie terdiam.

"Selamat malam." Tiba-tiba dua orang berseragam polisi datang.

"Selamat malam."

"Kami dari kepolisian ingin meminta keterangan tentang kecelakaan yang menimpa Bapak Aditya Yoga." Steven menoleh ke arah Rosie yang tampak masih belum bisa ditinggal.

"Maaf Pak, apa tak masalah jika Bapak menanyakan kronologinya di sini? Istri saya masih syok dan saya tak bisa meninggalkannya sendirian."

Kedua polisi itu mengangguk. Lalu memulai menanyakan kronologinya pada Steven, sementara Steven menjawabnya dengan tenang berbeda dengan Rosie yang terus mati-matian menahan tangis karena tiap jawaban yang keluarkan oleh Steven membuatnya mengingat bagaimana Yoga ambruk di depannya dengan darah yang mengalir.

✅The Raindrop Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang