Tak seperti hari biasa dimana Yoga tampak kelelahan mungkin karena dia memaksa untuk terus melakukan shift malam saat Jenny tak ada shift malam. Raut wajahnya yang putih kini semakin pucat saat bibirnya juga tak memiliki rona di sana dan itu jelas menjadi alasan untuk Jenny melakukan operasi sendirian meninggalkan Yoga yang tertidur di sofa ruangannya.
Jenny terlalu takut membuat Yoga kelelahan hingga membuat calon tunangannya itu jatuh sakit.
Namun, sayangnya semua niat baiknya itu tak berakhir dengan baik karena nyatanya dia juga merepotkan calon tunangannya dengan melakukan tindakan yang di luar keinginannya.
"Apa?" Yoga jelas tak bisa mencegah amarah yang biasanya dia sembunyikan saat seorang perawat memanggilnya karena kesalahan Jenny saat melakukan operasi.
"Ruang mana?"
"OR-2 Dok."
Yoga melangkahkan Kakinya menuju ruang OR 2 yang lumayan jauh dari ruangannya dengan wajah yang kental dengan kekedalannya.
Ketika dia sudah bersiap dengan pakaian operasi dan hendak masuk dia melihat Jenny sudah berada di pinggir dengan pandangan fokus pada seseorang yang tengah mengoperasi pasien yang seharusnya menjadi pasiennya. Hanya dalam waktu sesaat Yoga terpukau dengan bagaimana kerja orang yang menggantikan Jenny yang terkesan tenang.
"Siapa dia?" tanyanya pada perawat yang tadi memanggilnya.
"Saya tidak tahu Dok, sebelum saya pergi tadi hanya ada Dokter Jenny."
Dokter itu jelas seorang wanita dan dokter wanita di divisi toraks hanya ada empat; Jenny, Lisa , Irene dan juga Joy. Menurut posturnya dia hampir serupa dengan Joy hanya saja tampak lebih kurus dan juga Joy tak cukup tenang dalam melakukan operasi sedangkan dia cukup tenang seperti Irene. Namun, setahunya Irene sedang melakukan operasi bypass di ruangan sebelah.
Saat larut dalam pikirannya sendiri pintu ruang operasi digeser kemudian menampakkan sosok yang berbalut pakaian operasi masih dengan masker dan juga sarung tangan. Dari matanya Yoga merasa pernah melihat mata itu, mata yang selalu ia rindukan setiap harinya. Tanpa pikir panjang dia menahan tangan dokter itu.
"Kamu siapa?" tanyanya sambil memegang tangan orang di depannya agar tak lepas darinya, ia yakin siapa orang di depannya itu.
"Kamu siapa?" Rosie seakan membeku sejak mendengar suara itu, rasanya kekuatan di tubuhnya luruh seketika hanya dengan mendengar suara itu.
Bagaimana mungkin efeknya masih tetap sama selama enam tahun? Kenapa ia masih saja jatuh untuk suara itu? Kenapa hanya dengan mendengar suara itu dia ingin merengkuh sosok di depannya. Ia tahu cepat atau lambat dia akan bertemu dengan sosok di depannya itu, tapi dia tak menyangka akan secepat ini.
"Ini aku." Reflek Yoga melepaskan tangannya, kini dia semakin yakin jika orang yang berdiri di depannya adalah orang yang meninggalkannya.
"Rosie?" Rosie melepaskan maskernya memperlihatkan senyuman yang sebisa mungkin dibuat natural walaupun sudut bibirnya berkedut menunjukkan senyuman itu hanya keterpaksaan seperti awal bertemu dengan orang asing.
KAMU SEDANG MEMBACA
✅The Raindrop
Romancekau pernah berkata bahwa mencintaiku seperti cinta hujan keada bumi menyakitkan katamu karena kau tetap mencintai walau jatuh tapi pernahkah kau berfikir tentang bumi? ia tetap menunggu hujan turun meski ribuan kali ditinggal pergi. sekarang lebih m...