|10| Proximity

4.4K 448 5
                                    

Jimin tidak mengerti mengapa gadis itu tiba-tiba meminta bertemu dengan ibunya, sampai saat ini pun ibunya masih dalam kondisi yang sama saat dirinya pertama kali membawa Demi ke rumahnya. Jelas Jimin tidak akan menuruti permintaan Demi yang satu ini, tidak ada alasan untuk dirinya membawa Demi bertemu dengan ibunya, mereka bahkan tidak saling dekat mengapa ia harus mempertemukan Demi dengan ibunya?

Pada pemikiran lain, Jimin ingat bahwa kondisi ibunya semakin memburuk setelah kejadian malam di mana ibunya bertemu Demi dan mengenali Demi sebagai adik perempuannya yang sudah lama meninggal. Setiap ibunya terjaga, selalu saja beliau meminta agar putrinya kembali dan ibunya benar-benar telah salah menganggap bahwa Demi adalah adiknya yang telah pergi.

Kepalanya mulai merasa sakit memikirkan permintaan Demi yang sebenarnya tidak ingin ia penuhi, namun mengingat bagaimana kondisi ibunya yang semakin parah dan sulit makan membuat Jimin gusar.

"Jebbal~"

Iris Jimin kembali menatap Demi yang menatapnya dengan raut memohon, perasaan yang dirasakan Jimin ketika melihat wajah Demi saat ini memang terasa asing, belum pernah Jimin merasa iba pada orang asing, sebab Demi masih orang asing baginya mengingat mereka tidak begitu dekat selama ini.

Jimin berpikir mungkin tidak ada salahnya mempertemukan Demi dengan ibunya, mungkin saja setelah bertemu dengan Demi, ibunya akan merasa lebih baik.

"Baiklah"

Demi mengukir sebuah senyuman mendengar jawaban Jimin.

"Gumawo!"

Jimin tersenyum membalasnya, sadar bahwa gadis di hadapannya ini tak pernah menunjukkan senyum dan bertingkah lembut seperti saat ini. Jika saja mereka dekat mungkin saja Jimin sudah memeluk tubuh lemah Demi saat ini juga.

"Mau kemana?"

Melihat Demi yang bergerak turun dari atas ranjang, Jimin pun segera menahan bahu Demi agar tidak terlalu banyak bergerak. Kalau boleh jujur... sebenarnya Jimin masih menghawatirkan kondisinya.

Mendapat perlakuan tak terduaga, Demi pun menatap terkejut pada tangan Jimin yang berada pada bahunya lalu membawa tatapannya pada Jimin yang menatap dirinya khawatir.

"Aku harus kembali ke kelas." jawab Demi sesantai mungkin walaupun dirinya tidak nyaman dengan tangan Jimin yang menyentuh bagian tubuhnya.

Segera Jimin menjauhkan tangannya saat sadar ia telah lancang menyentuh Demi dan membuat gadis itu merasa tidak nyaman, terlihat dari tatapan Demi.

"Biarku antar," tiba-tiba suara Jimin tanpa sadar mengudara membuat laki-laki itu mengulum bibir kuat karena merasa bodoh.

"Tidak perlu." tolak Demi

"Baiklah," ingin sekali Jimin menampar mulutnya yang mengeluarkan kalimat yang tidak sesuai dengan hatinya.

"Sunbae?"

"Hm?"

"Kapan Aku bisa bertemu Ibumu?"

"Bagaimana sepulang sekolah nanti?"

Demi tersenyum sambil menjawab, "Araseo."

Seperti terkena sihir ketika melihat senyuman Demi yang mampu membuat Jimin merasa tenang ketika melihatnya hingga tanpa sadar membuat laki-laki itu ikut tersenyum karenanya.

SOLITUDE  (SUDAH TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang